HAPPY READING...
***
Suasana di dalam mobil terlihat hening. tak ada yang bersuara sama sekali. hanya membusan nafas keduanya yang seseklai terdengar. sesak dan entahlah, tak bisa di jelaskan.
Sean hanya menatap jalanan sambil memegang stir kemudi. sedangkan Anna, entah apa yang dipikirkan wanita itu, tatapannya jauh ke luar jendela samping tempat duduknya.
tapi terlihat jelas sekali kalau ada kesedihan di sana.
Bahkan hingga setengah perjalanan, masih tak ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan.
Anna hanya sesekali memutar tubuhnya demi melihat Arion, putranya yang tiba-tiba terlelap di bangku belakang.
Dia kan tidak tau tempat tinggal ku? batin Anna. hendak mengatakannya tapi juga sungkan untuk membuka mulut lebih dulu. sedangkan menunggu Sean bicara dan bertanya, sepertinya terlalu lama.
"Aku tinggal di Apartemen Xx..." ucap Anna dengan nada berantakan.
"Sudah tau...".
Ha?
Anna sesaat menatap Sean, tapi di detik berikutnya langsung membuang mukanya lagi.
Darimana dia tau?
Sungguh Anna bertanya-tanya tentang hal itu. padahal antara dirinya dan Sean tidak sedekat yang terlihat.
Hingga tiba di Apartemen. baik Sean dan Anna benar-benar tidak berbicara sama sekali. hanya tindakan Sean yang jelas memperlihatkan bagaimana pria itu bertanggung jawab atas segalanya.
"Terimakasih, biar Arion aku gendong..." ucap Anna sedikit gugup.
"Aku saja,.." tolak Sean singkat dan segera membuka pintu, membawa Arion dalam gendongannya dan berjalan masuk Apartemen. sedangkan Anna, tetap membuntuti mereka dari belakang.
Dia putraku? Sean terus mengamati wajah bocah yang tertidur lelap di pangkuannya. wajahnya begitu teduh, membuat hati Sean berdesir aneh. rasanya sungguh tak bisa di jelaskan. tapi ada sebuah ketenangan disana.
Anna, perjalan perlahan sambil mengamati tubuh Sean dari belakang. tatapan matanya begitu sayu, seperti menahan kesedihan. bahkan sesekali wanita membuang pandangannya, setiap kali melihat punggung Sean. air matanya kian menggantung di pepupuk mata. hingga yang bisa Anna lakukan hanya menggigit bibir bawahnya agar tangisnya tak pecah.
Sungguh malam ini benar-benar malam yang buruk baginya.
mengingat semua perkataan Jessi yang bahkan tak mampu ia sanggah sedikit pun. karena... semua yang dikatakan Jessi adalah benar. betapa buruknya Anna. dan semua itu harus kembali terbuka di depan banyak orang.
bahkan mungkin Anna tidak akan percaya diri untuk mengangkat pandangannya.
"Yan,"
"Aku tau unitmu berada...". Lagi lagi Sean hanya menjawab singkat.
dan hal itu kembali membuat Anna tak lagi berbicara. hanya terdiam dan terus mengikuti kemana langkah Sean membawanya.
Tiba di depan Unit yang Anna tinggali, Anna langsung membuka pintu.
"Arion tidur?. Pengasuh itu terbangun dan langsung menyambut kedatangan Anna dengan seseorang.
Bukankah dia pria yang tadi? pengasuh itu hanya bicara dalam hati saja. melihatnya membawa Arion masuk ke dalam rumah.
"Dimana kamarnya..?".
"Sini..." ucap Anna. membuka pintu sebuah kamar dan mempersilakan Sean masuk.
dengan penuh hati-hati, Sean menidurkan Arion.
meletakkan bantal diantara kanan dan kiri tubuhnya, menjaga agar bocah itu tidak langsung jatuh ke lantai.
Sean menatap ke arah Anna. yang tengah berdiri tak jauh dari ranjang Arion. menatap lekat tanpa berkata apapun yang membuat Anna salah tingkah. lebih tepatnya gugup ditatap seperti itu.
Apa yang harus aku katakan? Anna meremas gaunnya. menetralkan detak jantungnya yang berpacu hebat.
"Aku ingin bicara berdua denganmu..." ucap Sean singkat. memastikan Arion dan langsung bangkit dari sana.
Apa? apa yang ingin dia bicarakan? batin Anna.
Oh iya... memang ada yang perlu di bicarakan..
Sean keluar dari kamar Arion. menunggu Anna sambil mengamati setiap sudut rumah itu.
Cukup besar...
Apartemen yang Anna tinggali dengan Arion memang mewah. cukup nyaman bagi mereka.
Tidak enak jika bicara disini... hati Sean bicara. mengingat ada pengasuh Arion yang juga berada di sana.
"Kita bicara di luar..." ajak Sean tanpa bertanya lebih dulu apakah Anna mau atau tidak.
nyatanya pria itu benar-benar keluar dan berjalan pergi.
Udara kian menusuk tulang ketika Sean dan Anna berdua saja di taman samping Apartemen. langit terlihat keputihan menandakan hujan akan jatuh sebentar lagi.
"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" pancing Sean semakin tak sabar. melihat Anna yang hanya mematung tanpa menjelay apapun. padahal Sean sangat berharap kalau Anna menjelaskan semuanya.
"Terimakasih..." ucap Anna. sepatah kata yang keluar dari mulutnya hanyalah ucapan terimakasih.
Terimakasih? Sean terkejut.
"Hanya itu?".
Padahal ada banyak sekali kata, tapi kenapa kata yang dipilih Anna hanyalah terimakasih.
Apalagi? begitu sorot mata Anna bicara.
"Ada banyak hal yang perlu kau katakan Ann... aku bahkan tidak ingin mendengar ucapan terimakasih darimu..." paksa Sean.
"Katakan!".
"Katakan apa? apa yang perlu aku katakan...?". Anna mencoba untuk meyakinkan diri bahwa tak perlu mengatakan apapun kepada Sean selain berterimakasih karena telah membantu nya tadi.
"Jawab jujur, kamu pernah menikah?" selidik Sean.
Sejenak Anna mencoba berpikir. lebih tepatnya memilih kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari Sean.
"Aku sudah berpisah..." jawabnya.
Ya... aku sudah berpisah dengan seseorang...
"Ck...". Sean berdecak. mendengar jawaban Anna seperti sebuah lelucon baginya.
Kenapa? kenapa dia tertawa?
"Jawab jujur Ann, jangan bertele-tele..." paksa Sean lagi. "Jawab pertanyaanku...".
"Kenapa? apa urusannya dengan mu Yan? tidak ada sangkut pautnya dengan mu kalaupun aku sudah menikah atau belum..." jawab Anna sewot.
karena tak perlu ada yang ikut campur dengan privasinya.
"Jangan terlalu ikut campur urusan orang lain..." ucap Anna. dadanya semakin sesak. wajahnya parau. "Dan untuk satu hal lagi, aku tidak tau harus berterimakasih atau justru marah tentang ucapanmu di depan banyak orang seperti tadi...".
Ucapan Sean justru semakin membuat Anna dalam masalah. bagaimana ia menjawab wartawan setelah ini?
apakah ia juga bersandiwara menjadi istri Sean Wijaya begitu?
"Karena... karena ucapanmu justru membuat diriku kesulitan..." lanjut Anna.
"Tapi walaupun begitu, terimakasih telah mengantarku pulang... Sudah malam, pulanglah..." usir Anna dan langsung membelakangi Sean berniat meninggalkan pria itu sendiri di taman.
"Ann..." panggil Sean tapi wanita di depannya itu terus berjalan. tak memperdulikan panggilannya.
"Apa benar dia-... Arion adalah putraku?" tanya Sean dengan lantang.
Deg..
jantung Anna seperti berhenti berdetak. langkah kakinya juga tiba-tiba terhenti.
kini air mata yang sejak tadi ia tahan entah kenapa keluar begitu saja tanpa bisa di cegah.
Tidak... dia tidak perlu tau
Anna mencoba untuk menolak kenyataan. toh tidak ada untungnya mengakui semua itu.
karena hidup dengan Arion saja sudah membuatnya bahagia.
untuk msalah tadi di pameran lukisan, Anna akan menyelesaikannya nanti.
ia percaya bahwa kabar itu akan pudar seiring dengan waktu.
"Bukan, dia bukan putramu..." jawab Anna. dan langsung berlari meninggalkan Sean sendiran di taman samping Apartemen.
Bohong! kau benar-benar pembohong Ann... hati Sean bicara.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments