HAPPY READING..
***
Siang itu Anna dan sahabatnya, Mita tengah duduk di sebuah Cafe tak jauh dari kantor. sekedar memesan minum dan makanan sambil bercerita. berbagi maslah yang mungkin saja bisa terselesaikan.
"Jadi apa yang membuatmu ingin pergi dari sini? banyak pelukis di luaran sana yang bahkan tak seberuntung dirimu Ann..".
Mendapatkan pekerjaan dan banyak sekali tawaran. sungguh itu adalah keberuntungan bagi Anna. tapi bukannya optimis, wanita itu justru bimbang dan berpikiran untuk pergi.
yang mana akan merugikan nya bukan?
"Aku merasa tak nyaman..." keluh Anna.
seminggu terakhir, Anna benar-benar risau. bahkan karena hal itu pula, Anna tidak bisa berpikir jernih. dan berakibat pada pekerjaannya.
"Maksudnya?".
"Ada banyak hal yang mengganggu ku Mit.. termasuk Arion...".
"Kenapa dengan Arion? dia tumbuh sehat, pintar dan mengerti kondisi Mamanya... sebentar lagi, Arion juga sudah sekolah...". Mita tak paham dengan jalan pikiran Anna. bahkan Arion yang terlihat baik-baik saja justru dikhawatirkan berlebihan.
"Justru itu... semakin Arion besar, ketakutan ku semakin besar juga... dan-,". Anna tak bisa melanjutkan ucapannya.
Dia akan banyak bertanya siapa Papanya...
batin Anna bicara.
"Sorry Ann, apakah dia tau?" tanya Mita penasaran.
"Maksudmu dia?" tanya Anna. karena pertanyaan Mita tidak terlalu jelas.
"Iya, apakah dia tau kalau Arion-?".
"Tidak..." ucap Anna dengan lantang. "Aku tidak akan memberitahunya... tidak pernah...".
Apapun yang terjadi, Anna tak mau memberitahu Arion ataupun pria yang telah menghamilinya dulu.
karena untuk apa Anna melakukan hal itu?
yang mana hanya akan membuka luka lamanya lagi.
apalagi melihat Sean yang sekarang, posisi dan kekuasaannya yang ada Arion akan di hujat habis-habisan oleh masyarakat.
Bukannya Anna jahat, hanya saja hal ini sebagai bentuk perlindungannya terhadap putranya. Arion tidak boleh terluka oleh ucapan siapapun.
"Bagaimana kalau seandainya Arion bertanya? bukan saat ini, hanya mungkin suatu hari nanti...".
Anna terdiam lagi.
Ketakutan Anna adalah bagaimana ia menjawab setiap pertanyaan Arion nanti. bagaimana lingkungan menerima Arion dimana bocah itu hanya memiliki Anna saja. Anna tak mau Arion jadi korban bullying di sekolah nantinya. di ejek tak memiliki Papa, akan sangat menyakitkan bagi Anna.
Setidaknya dengan jauh dari sini, Arion tidak akan mendapatkan perlakukan buruk.
"Aku tidak mau Arion di jahati anak-anak lain nantinya..." ucap Anna.
Mita tau bagaimana perasaan Anna saat ini. ketakutan sahabatnya itu memang bisa diterima dengan nalar. Ya... hal seperti itu mungkin saja terjadi. maklum jika Anna berpikiran jauh sebelum Arion benar-benar masuk ke Taman kanak-kanak.
"Home Schooling...".
Anna menatap lekat manik mata sahabatnya.
memang ide itu cukup bagus mengingat Arion dengan segala latar belakangnya. hanya saja bukan solusi yang tepat bagi Anna untuk memberikan pendidikan secara private kepada Arion.
"Bukan ide yang pas Mit... Arion juga butuh berinteraksi dengan teman seusianya... hidup bersosial di tempat sekolah... kalau home Schooling, bisa saja Arion tumbuh menjadi anak yang anti sosial. dia tidak akan tau cara berbagi dengan temannya...".
Arion akan tumbuh menjadi anak yang keras kepala, egois, dan tidak paham akan kasih sayang.
"Kalau begitu sekolah saja bersamamu, dia tidak akan di ganggu lainnya..." saran Mita. walaupun hanya gurauan saja.
"Maksudmu aku ikut Arion sekolah begitu? duduk berjejeran di bangku sekolah?" protes Anna sambil berkacak pinggang.
"Hahah...". keduanya tertawa dengan lelucon yang dibuat.
Tertawalah Ann... karena kau berhak bahagia... batin Mika.
Dari kejauhan, di tempat yang tidak disadari oleh Anna dan Mita. seseorang tengah duduk mengawasi keduanya. tak melakukan apapun, hanya diam tapi dengan ekspresi penuh keirian.
bukan lawan ataupun musuh Anna, hanya saja pencapaian Anna lah yang menjadi hal mendasar kenapa kebencian itu muncul di hatinya.
"Lihatlah bagaimana dia tertawa..." gumamnya pelan.
tatapan matanya seorang mengunci hendak menerkam mangsa di depan sana.
"Siapa?" jawab lawan bicaranya.
"Siapa lagi kalau bukan Annara...".
Dunia bisnis memang selalu diselimuti intrik.
jika tidak memangsa, kau lah yang jadi mangsanya.
bisa saja orang yang tersenyum di depanmu adalah orang yang sangat membenci dirimu.
Seperti saat ini hanya karena popularitas Anna yang sedikit jauh di atasnya, membuatnya iri dan membenci Anna. bahkan bisa saja mencari kesempatan untuk menjatuhkan lawannya.
"Apa sih istimewanya dia" ucapnya dengan gigi bergetar menahan kemarahan.
banyak sekali peluang yang hilang hanya karena Anna. banyak sekali orang yang meninggalkannya dan memilih Anna sebagai pelukis produk maupun kampanyenya.
"Lupakan tentang Annara, bagaimana rencana makan malam berkedok perjodohan mu kemarin Jess?".
"Mau berharap apa? dia saja tidak datang..." adu Jessi penuh kecewa.
Semalam memang ada acara makan malam bersama pebisnis muda. semua itu rencana kedua orang tua Jessi. hanya saja entah alasan apa, pria itu tidak datang. hanya diwakilkan oleh Asisten pribadinya.
"Memang sekeren apa dia sampai seenaknya begitu?" pancing lawan bicara Jessi.
"Sean Wijaya... tentu kau pernah dengar namanya...".
Jessi kembali mengingat pertemuannya dengan Sean di sebuah acara Amal. pria gagah dan tampan. siapa yang tidak terpesona bukan?
Bahkan banyak wanita yang mencoba untuk menarik perhatiannya, hanya saja tak ada satupun yang berhasil.
untuk itu, keluarga Jessi merencakan acara makan malam sambil membahas proyek bersama. hanya saja, Sean mengkonfirmasi tak bisa datang secara tiba-tiba.
"Hem, Pebisnis terkenal itu...".
"Aku pernah melihatnya bersama Annara di sebuah acara...".
Jessi menghentikan kegiatannya. menatap lawan bicaranya dengan lekat seolah penasaran dengan apa yang dikatakannya tadi.
Sean dan Anna? mereka saling mengenal?
"Sungguh, saat itu di Mall..." lanjutnya.
Jessi seperti tak begitu yakin tapi tidak mungkin juga membuat informasi bohongan hanya untuk membuat Jessi kesal.
"Dia terlalu cari perhatian bukan sih?". Jessi kembali menatap Anna dari kejauhan dengan penuh kekesalan.
Si*lan kau Anna! umpatnya dalam hati.
"Akhir-akhir ini kurang semangat bukan? tidak ada yang heboh..." pancing Jessi.
"Maksudnya?".
"Ya... tak ada skandal atau berita apapun..." ucap Jessi dengan senyum licik di sudut bibirnya.
"Memang kau punya berita apa?".
"Tidak... maka dari itu kita cari berita dan menyiarkannya... dan Boom... seperti bom meledak..." ucap Jessi dengan liciknya.
Apa maksudnya?
Walaupun Jessi tidak mengatakannya, tapi dari sorot matanya yang hanya tertuju pada Anna pasti hanya itu targetnya.
Terlihat Jessi tengah menelepon seseorang.
"Cari semua hal tentangnya... bahkan aib atau rahasianya kalau perlu...". dan langsung memutus sambungan teleponnya.
"Menelepon siapa?" pancing lawan bicara Jessi.
"Jurnalis..." jawab Jessi yakin.
"Kau yakin?". justru yang diajak bicara Jessi lah yang ketakutan. khawatir dengan apa yang akan dilakukan wanita di sebelah nya itu. lebih tepatnya takut hal itu akan berdampak pada pekerjaan mereka.
"Tenang saja..." ucap Jessi yakin.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Sennja
aku kira crita ini gk ad yg jahat hnya ad orng nyinyir aj trnyata ad jg
2023-11-08
1