HAPPY READING...
***
Anna masih menunggu di ruang tamu. duduk seorang diri sedangkan Sean, menuruti keinginan Arion untuk membacakan buku cerita sebelum tidur.
sungguh, Arion selalu bertingkah akhir-akhir ini. apalagi dengan Sean, yang baru ia kenal.
Setelah makan malam, Arion mengajak Sean masuk ke dalam kamar mereka. merangkai mobil-mobilan atau apa saja yang membuatnya senang.
sedangkan Anna, wanita itu tak berani masuk dan bergabung dengan Arion dan Sean. ia memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaannya.
Hingga beberapa jam kemudian, Sean keluar dari kamar Arion dengan pelan-pelan. takut bocah itu akan terbangun nanti.
Saat Sean hendak pulang, ternyata sudah ada Anna yang menunggunya di ruang tamu.
"Aku butuh bicara denganmu..." ajak Anna.
Sean mengangguk hingga keduanya berjalan meninggalkan kediaman Anna dan keluar dari gedung tinggi tersebut.
Angin malam seketika menerpa wajah Anna. langkah kakinya masih berjalan hingga Sean terdiam. membuat Anna ikut terdiam juga.
"Apa yang ingin kau katakan?" Sean bersuara. mencoba untuk membuka pembicaraan dengan Anna.
"Langsung saja pada intinya, Aku tidak suka melihat Arion terlalu dekat denganmu..." ucap Anna.
ia ingin situasi yang seperti dulu. saat Arion dan Sean tidak saling mengenal. semuanya jauh lebih nyaman bagi Anna.
walaupun kenyataannya, Anna tidak bisa mengulang hal itu.
Tapi bukan berarti tidak bisa di ubah bukan?
Akan lebih baik jika Sean menjaga jarak dengan putranya.
"Tidak bisa... aku tidak bisa mengabulkan permintaan mu itu," ucap Sean.
bagaimana bisa aku menghindari putraku?
"Sean! kau itu tidak berhak..." ucap Anna. matanya mulai menggenang.
"Cukup Ann... sudah cukup kau menjauhkan Arion dariku... dia berhak tau.." jelas Sean.
"Tau apa ha? kau tidak tau apapun Yan!".
Karena hanya Anna yang tau mengenai Arion. hanya dia orang tua tunggal Arion. sedangkan Sean, siapa pria itu hingga berhak memutuskan?
"Sudah cukup, biarkan Aku dan Arion hidup dengan tenang..." ucap Anna.
"Memang apa bedanya dengan adanya diriku di hidup Arion?" tanya Sean masih tak mengerti apa yang Anna bicarakan saat ini.
Tanpa berkata apapun, Anna mengeluarkan ponselnya. menaruh benda itu di hadapan Sean. seharusnya semua itu sudah bisa menjelaskan semunya.
Sean, mata pria itu langsung tergerak melihat ponsel Anna. membaca dengan saksama apa yang menjadi kekhawatiran Anna.
Apa ini? batin Sean terkejut.
Artikel yang mengulik kehidupan Anna. tentang Arion, bahkan Sean juga. semua berita yang justru seperti menyudutkan Anna. merusak citra yang telah Anna bangun selama ini. bahkan Anna menutup rapat kehidupan pribadinya sampai Sean membukanya beberapa waktu yang lalu.
Sekarang, Anna seperti hancur. ia tak bisa melakukan ataupun menghadapi media.
"Kau yang sudah menghancurkan semuanya Yan... menghancurkan Arion..." ucap Anna dengan isak tangis tanpa henti.
Sean hanya terpaku. padahal bukan seperti itu keinginannya. ia hanya ingin melindungi Anna dan Arion dari ucapan Jessi waktu itu.
"Sekarang aku mohon, aku mohon padamu untuk menjauh dari putraku..." pinta Anna. mengatupkan tangan dan merendahkan kepercayaan dirinya di hadapan Sean. meminta belas kasihan pria itu demi hidup Arion.
"Putra mu? dia juga putraku Ann..." tolak Sean. tak suka dengan ucapan Anna barusan. padahal dulu, Sean selalu bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan. hanya saja, ia tak tau kalau Anna pergi dalam keadaan mengandung putranya.
"Putra mu? kenapa kau punya kepercayaan diri seperti itu, Ha?" tanya Anna marah.
"Jawab jujur, Arion adalah putraku bukan?" desak Sean.
"Tidak," jawab Anna. tapi dengan membuang tatapannya kemanapun asal tidak menatap mata Sean.
"Bohong, kau bahkan tidak berani menatapku Ann..." jawab Sean dengan yakin kalau wanita di depannya itu berbohong.
"Apa kau ingin aku berbohong dengan mengatakan bahwa Arion adalah putramu begitu? tidak bisa Yan...".
"Jika benar Arion bukan putraku, lalu siapa ayahnya?" tanya Sean. kembali membungkam mulut Anna hingga wanita itu tak bisa menjawabnya.
"Kau tidak bisa mengatakannya bukan? karena memang tak ada pria lain selain aku..." tambah Sean.
Kalaupun Arion memang bukan putra Sean, Anna pasti bisa menjelaskannya. tapi nyatanya, tidak. Anna tidak bisa mengatakan apapun. wanita seperti tengah menutupi fakta yang ada. entah apa maksud dari semua itu.
apa ingin membalas dendam tentang perlakuan Sean terhadapnya?
atau membuat Sean menderita telah meninggalkan Anna yang tengah mengandung?
tapi semua itu jelas bukan kesalahan Sean sepenuhnya bukan? jika saja ia tau sejak awal. jika saja Sean tau kalau Anna hamil, ia tak akan mebiarkan Anna pergi ke luar negeri waktu itu.
"Terserah mau berkata apapun, tapi Arion tetaplah anakku. hanya anakku..." jawab Sean. sekarang tak ada hal yang perlu ia bicarakan lagi dengan Anna.
"Dan untuk semua pemberitaan yang telah menyudutkan mu dan Arion, aku akan menanganinya... besok, tak akan ada lagi berita yang mengulik tentang mu dan juga Arion... ingat baik-baik ucapanku..." jawab Sean dan langsung berjalan meninggalkan Anna. masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari Apartemen tempat Anna tinggal.
Malam itu, Sean mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.
sesekali melirik jam di pergelangan tangannya. memastikan bahwa masih ada waktu untuk mengurus semua pemberitaan miring tentang Anna dan juga Arion.
kalau perlu, Sean akan mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan semuanya. biar tidak ada hal buruk yang justru merugikan banyak pihak termasuk Anna.
"Aku akan menuju ke kantor itu," ucap Sean dengan seseorang di balik telepon.
"Hm...". Sean mengangguk paham.
dan mobil yang dikendarai Sean semakin melaju membelah jalanan Ibukota yang mulai lenggang oleh kendaraan lain.
15 menit kemudian.
Langkah kaki Sean membawanya masuk ke dalam sebuah kantor pemberitaan. tangannya terkepal kuat,
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" pria di depan sana bersuara. seperti hendak menahan Sean agar tidak jauh masuk ke tempatnya bekerja.
"Siapa yang membuat berita tentang istri dan anakku?" tanya Sean. raut wajahnya jelas tak bisa diprediksi. ada kemelut kemarahan disana.
"JAWAB!".
semua orang terdiam. menundukkan pandangannya seperti takut menghadapi Sean Wijaya.
toh siapa juga yang berani berhadapan dengan pria itu? bahkan dengan kekuatannya, Sean mampu untuk menghancurkan kantor pemberitaan kecil seperti ini.
Tatapan mata Sean tertuju pada seseorang di depan sana. pria berkacamata yang terlihat berambisi dan murahan. langkah kaki Sean langsung mengarah kesana. mencengkeram kencang kerah kemeja yang pria itu kenakan, bersiap melayangkan pukulannya.
"Tunggu Pak!". hingga sebuah suara membuat Sean terhenti. bahkan kurang dari 1 detik, kepalan tangannya pasti sudah mengenai wajah pria itu.
"Jangan biarkan hal ini mengotori tangan Anda...". Ternyata adalah Asisten pribadinya.
membuat Sean melepaskan kepalan tangannya dan sedikit mendorong tikus tak berguna itu hingga terhuyung dan membentur meja kerja.
"Hapus berita mengenai Annara dan putranya! jika sampai besok masih terlihat berita seliweran tentang mereka, saya pastikan kantor tempat kalian bekerja akan tutup selamanya..." ancam Asisten pribadi Sean.
memang, kuasa bisa mengalahkan apapun. termasuk dengan masalah seperti ini.
Semua masih terdiam. menundukkan pandangan mereka bahkan tak ada yang berani bersuara.
sepertinya mereka paham dengan ancaman yang tidak terdengar main-main.
Sean, menjadi orang pertama yang pergi dari sana.
walaupun dugaannya mereka akan menuruti segala keinginan Sean, tapi tetap saja. Kemarahan yang sudah tersulut di hatinya tak mudah padam. bahkan sampai masuk ke dalam mobil, tangan Sean masih mengepal kuat.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments