HAPPY READING...
***
Sean duduk di bangku kemudi. mobilnya terparkir tepat di depan sebuah Apartemen elite di kawasan Ibukota.
tak ada yang ia lakukan saat ini, tapi pandangan matanya tak lepas mengamati gedung tinggi menjulang tersebut.
"Annara, wanita itu baru kembali ke negara ini sekitar 2 tahun yang lalu bersama seorang anak laki-laki. untuk sekarang Anna adalah seorang orang tua tunggal. tidak bisa di lacak juga siapa ayah dari anaknya itu. semuanya tertutup rapi. tapi Anna pernah mengkonfirmasi sendiri bahwa dirinya telah bercerai. Anna saat ini tinggal di sebuah Apartemen di pusat kota,".
Sean masih memikirkan informasi yang ia dapatkan kemarin. hanya saja tak puas baginya untuk menjawab segalanya.
"Aku benar-benar gila memikirkan semuanya..." gerutu Sean dan menjatuhkan kepalanya di stir kemudi.
"Anna tidak memiliki keluarga.. bahkan orang yang begitu dekat hanyalah Asistennya saja,".
Sean ingat hal itu. di masa lalu, Anna bukan lah gadis yang mudah bergaul. bahkan ketika kuliah, tak memiliki sahabat yang dekat. hanya sekedar teman kuliah dan mungkin itupun tak berlangsung lama.
"Bukankah itu anaknya?" gumam Sean pelan. menajamkan ke arah taman di depan Apartemen. terlihat Arion tengah bermain bersama seseorang yang Sean yakini sebagai pengasuh bocah itu.
Sean terus mengamati tingkah laku mereka. bocah laki-laki itu terlihat senang bermain bola dengan pengasuhnya. hanya saja kemana Anna sepagi ini? kenapa wanita itu tidak terlihat sama sekali.
Sean membuka jas yang ia kenakan. menggulung lengan kemeja panjang sampai sebatas siku. merapikan rambutnya dan tak lupa mengenakan masker agar tak ada siapapun yang mengenalinya. sekarang ya ia lakukan adalah turun dari mobil dan berjalan mendekati Apartemen tersebut.
"Apa ini Apartemen baru?" tanya Sean membuka pembicaraan dengan pengasuh Arion.
"Anda bicara dengan saya?". tentu saja terkejut tiba-tiba ada orang asing yang mengajak bicara. Arion bahkan sampai berhenti bermain bola dan terlihat bersembunyi di balik tubuh pengasuhnya.
Anna benar-benar menjaga anak ini... batin Sean. bukan tidak baik, hanya saja kenapa Anna melakukan hal sampai sedetail itu kepada putranya.
atau ada yang penting yang disembunyikan? Sean tidak tau.
"Hm..".
"Saya kurang tau Pak... tapi saya sudah bekerja 2 tahun ini, mungkin juga Apartemen ini sudah lama dibangun mengingat banyak sekali yang tinggal disini..." lapor wanita pengasuh Arion.
wanita itupun tidak terlalu yakin. selain tidak berasal dari kota ini, pengasuh Arion juga baru bekerja untuk Anna sekitar 2 tahun sejak kedatangan Anna waktu itu.
"Sebenarnya saya sedang mencari-cari tempat tinggal di sekitar sini..." bohong Sean. padahal ia hanya penasaran saja.
"Ohh... Iya Apartemen ini memang strategis, tapi entah masih ada unit kosong atau tidak..." tambah wanita itu menjelaskan.
karena hidup di kota amatlah berbeda dengan di desa. bahkan kita jarang mengenal tetangga, walaupun unit tempat tinggalnya berdekatan.
"Jadi dia anak Anda?" tanya Sean berpura-pura tidak tau. menunjuk ke arah Arion yang masih bersembunyi di balik tubuh pengasuhnya.
"Hehe.. bukan Pak, saya hanya bekerja mengasuhnya saja selagi Mamanya bekerja...".
"Papanya?" pancing Sean.
Pengasuh itu sejenak terdiam. bingung harus menjawab apa. karena sejak awal hanya Anna dan Arion saja yang ia tau. bahkan pengasuh itu tak pernah bertanya mengenai hal pribadi dari majikannya.
"Arion tidak punya papa..." sela bocah kecil di belakang sana. hingga membuat Sean membulatkan mata mendengar jawaban polos Arion.
Ha?
"Kenapa begitu?" tanya Sean penasaran.
"Tidak tau, Mama bilang Arion hanya milik Mama... tidak boleh ada siapapun yang mengambil Arion...".
Mungkin memang seperti itu semua anak. begitu polosnya berucap sesuai dengan apa yang dikatakan orang tuanya.
"Arion... sana bermain bola lagi..." pancing pengasuhnya. berharap bocah itu tak lagi membahas seorang papa. karena ia tau disudut hati terdalam, Arion tetaplah seorang anak yang kadang penasaran bagaimana rasanya memiliki papa. sama seperti anak lain.
Bahkan lebih dari itu, saat hendak tidur Arion seringkali bertanya bagaimana rasanya memiliki papa. karena Arion tidak pernah merasakan kasih sayang seorang papa.
"Ayo tendang ke sana...". ucapan dari pengasuhnya langsung membuat Arion tersenyum. menendang bola sesuai dengan instruksi dan kebali bermain kembali.
"Maafkan Arion Pak... dia masih kecil..." sesal pengasuh itu kepada Sean.
"Jadi dia tidak memiliki Papa?" tanya Sean sambil terus mengamati pergerakan Arion dari kejauhan.
"Saya tidak tau...". Pengasuh itu teringat kenangan 2 tahun silam. ketika seorang wanita memperkerjakan dirinya untuk pertama kali merawat balita laki-laki.
"Bu Anna hanya datang bersama Arion saja... seminggu setelah tiba dari luar negeri... dan selama saya menjadi pengasuh Arion, tidak sama sekali melihat atau mendengar Bu Anna terlibat pembicaraan dengan seorang laki-laki...".
Sean mendengarkan dengan saksama.
"Bu Anna hanya sibuk bekerja, di rumah pun sibuk melukis di ruangan nya.. jarang keluar rumah...".
"Mamanya seorang pelukis?" tanya Sean berpura-pura bodoh.
padahal ia tau semuanya.
"Iya Pak..." jawab pengasuh itu penuh semangat. "Bapak tidak tau? Namanya Annara Putri... pelukis terkenal... mungkin Bapak pernah dengar namanya...".
"Iya, Saya tau dari media-media... tapi belum pernah bertemu secara langsung..." jawab Sean kembali berbohong.
"Bukankah Anna belum menikah? itu yang saya dengar... tapi mungkin saya yang salah dengar.. hehe...".
Ayo katakan yang sejujurnya... batin Sean. berharap pengasuh itu terpancing untuk mengatakan hal yang sebenarnya.
"Hahah... tidak mungkin Pak, saya yang merawat Arion sejak umur 1 tahun lebih..." tolak Pengasuh itu. seperti kurang yakin kalau majikannya belum menikah tapi sudah memiliki anak.
Di tempat lain.
Anna berada di kantor. sudah beberapa jam lamanya wanita hanya terdiam sambil mengamati kanvas bersih di depan sana. belum ada goresan tinta sama sekali. entah apa yang membuatnya melamun.
"Sebenarnya aku bingung padamu Ann," sebuah suara membuyarkan lamunan Anna.
langkahnya semakin mendekat dan ikut mengawasi hasil kerja yang tak tak terlihat sama sekali.
"Beberapa jam kau hanya duduk tanpa melakukan apapun..." keluh nya.
menduga kalau sedang ada masalah yang terjadi pada Anna.
"Sepertinya aku salah mengambil keputusan untuk kembali kesini..." ucap Anna dengan lesu. bahkan dari wajahnya sama sekali tak terlihat bersemangat.
"Maksudnya?".
Anna menghela nafas panjang. memejamkan mata berharap beban di pundaknya segera hilang.
"Seharusnya aku dan Arion tetap di Amerika bukan?".
"Kenapa? apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya sahabat sekaligus rekan kerja Anna.
"Tidak,..." elak Anna. "Hanya saja sepertinya aku nyaman tinggal disana...".
Disini terasa tidak nyaman, terlebih saat kejadian beberapa hari yang lalu dimana ia bertemu kembali dengan Sean.
"Kau akan meninggalkan semua jerih payah mu selama 2 tahun terakhir? meninggalkan karir mu yang membaik ini?". bukan pilihan tepat jika Anna harus pergi dari negara ini. dimana sekarang karir Anna sedang berada di puncak. banyak tawaran dari iklan dan Perlu yang paham akan seni lukis.
"Bukan itu maksudku... aku hanya bilang sedikit bingung bukan?" rapat Anna.
"Aku hanya memikirkan Arion...".
Bagaimana kalau sampai Arion tau?
"Agghh.. kepalaku serasa mau pecah..." teriak Anna frustasi.
"Ayo cari inspirasi di luar..." ajak sahabat Anna. setidaknya nanti di luar sana, suasana hati Anna kembali membaik.
"Aku malas..." tolak Anna.
"Ayolah...". Paksa sahabatnya dengan menarik tangan Anna dan membawanya pergi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments