HAPPY READING...
***
Arion seketika memeluk Sean. tangis bocah kecil itu pecah seketika. tangannya masih gemetar ketakutan.
"Sudah tak apa... jangan takut..". Sean mencoba menenangkannya dan mengusap wajah Arion yang sedikit kotor karena debu.
Melihat Arion, Sean benar-benar kasihan. entah apa yang baru saja dialami bocah itu tadi, tatapannya sungguh menyedihkan. dan melihat Sean tadi, Arion seperti menemukan tempat paling aman baginya.
Sambil menggendong Arion, Sean kembali lagi menyeberangi jalan menuju ke mobilnya.
"Kemana saja kamu? Mama begitu khawatir Arion... Papa juga..." ucap Sean. mendudukkan Arion di kursi samping kemudi sambil menarik beberapa lembar tissue basah untuk membersihkan wajah putranya.
"Arion takut Pa...". Kembali lagi air mata jatuh membasahi wajah bocah itu. bibir nya bahkan bergetar saat bicara.
"Jangan takut Arion, ada Papa disini...". untuk kesekian kalinya Sean kembali memeluk tubuh anaknya.
menenangkan Arion sampai tak lagi terdengar isak tangis dari bocah itu.
"Lain kali jangan buat Mama dan Papa khawatir ya... jangan pergi sendirian..." pinta Sean.
setelah membersihkan seluruh wajah beserta tangan dan kaki bocah itu, Sean segera melajukan mobilnya.
"Kamu dimana?" ucap Sean dalam sambungan telepon. sesekali melirik Arion yang tengah meninum sekotak susu di sampingnya.
"Ya, Arion sudah ketemu... aku akan mengantarkannya ke rumah..." ucap Sean. mungkin saja tengah menelepon Anna karena wanita itu sangat khawatir tentang keberadaan Arion.
"Tidak, sekarang dia sedang minum susu..." lapor Sean lagi. keadaan Arion jauh lebih baik daripada tadi ketika pertama kali ditemukan.
"Oke... aku akan sampai sebentar lagi...".
sambungan telepon pun terputus.
Sean terus melakukan mobilnya membelah jalanan di pusat kota.
Jalanan begitu macet, kendaraan pun benar-benar melaju perlahan mungkin karena ada kecelakaan di depan sana.
"Mau makan sesuatu sebelumnya pulang?" tanya Sean pada putranua.
"Tidak, Arion mau pulang..." jawab bocah itu. Arion merasa ngantuk juga karena kelelahan.
"Tidur lah dulu, nanti Papa bangunkan ketika sampai...". Sean paham apa yang tengah Arion rasakan saat ini.
yang Sean lakukan kali ini adalah mengencangkan seatbelt putranya dan sedikit menurunkan bangku yang Arion duduki agar nyaman.
"Tidurlah...".
Setelah melewati kemacetan panjang, akhirnya mobil putih itupun masuk ke dalam kawasan Apartemen di pusat kota. terparkir bersama kendaraan penghuni gedung tersebut.
Sean kira Anna hanya akan menunggunya di dalam sana. tapi ternyata wanita itu menunggu di area parkir juga. terlihat dari spion mobil, Anna tengah berlari menghpiri mobil Sean saat ini.
"Sstt... dia tengah tidur..." ucap Sean sesaat setelah membuka kaca. berharap Anna tidak membangunkan putranya.
"Arionn..." ucap Anna sambil membuka pintu mobil Sean. wajah sembab karena terlalu lama menangis jelas terlihat. bahkan saat ini air mata Anna kembali tumpah untuk kesekian kalinya.
Sean turun dan langsung menuju ke pintu samping. membuka seatbelt yang melingkat di tubuh Arion dan langsung menggendong bocah itu.
Ketiganya pun berjalan masuk ke dalam Apartemen.
"Terimakasih..." ucap Anna dengan tulus. ia tak tau bagaimana nasib Arion jika tidak segera di temukan Sean.
membayangkan bocah itu sendirian di jalanan, ketakutan, menangis, sungguh hati ibu mana yang tega.
dan karena Sean, Arion bisa kembali ke rumah. berkumpul kembali bersama Anna.
"Dia sendirian di jalan Mx... aku melihatnya duduk di depan ruko kosong..." lapor Sean.
"Bagaimana bisa Arion berjalan sampai kesana...?" ucap Anna terkejut. karena jarak Kantor dengan jalanan dimana Arion di temukan cukup jauh. dan membayangkannya Anna sangat prihatin.
"Mungkin dia tidak ingat arah Kantormu berada... jadi terus berjalan ke arah yang berlawanan dan tersesat..." ucap Sean.
tapi yang lebih penting dari itu, Arion akhirnya selamat.
tak ada yang lebih membahagiakan selain keselamatan putranya.
Arion sudah tidur lelap di ranjang kamarnya. Sedangkan Anna baru saja menyiapkan makan malam untuk nya dan juga Sean.
"Makanlah dulu..." ucapnya sesaat setelah Sean keluar dari kamar Arion.
pria itu juga perlu mencuci mukanya. bahkan masih terlihat dari sisa air yang membasahi ujung rambut Sean.
Karena penawaran Anna, Sean duduk di kursi makan. mengamati Anna yang tengah mengambilkan nasi serta lauk ke dalam piringnya. tatapannya hanya tertuju pada Anna untuk waktu yang lama, hingga Sean salah tingkah ketika Anna beralih menatapnya sesaat.
"Ehemm...". Berdehem untuk menetralkan detak jantungnya.
"Kemana pengasuh Arion?" tanya Sean. sejak tadi ia tak melihat wanita setengah baya yang biasa menjaga putranya.
"Dia tengah sakit, dan tadi pagi pulang untuk sementara...".
"Kenapa tidak memberitahuku?" protes Sean.
Ha?
"Aa... maksudku, kenapa tidak bilang kalau Arion tidak ada pengasuhnya?" ralat Sean. dengan sekitar rasa canggung.
sebenarnya tidak salah sih ia bertanya seperti itu.
hanya saja sepertinya terdengar aneh bagi Anna.
"Aku sudah membawanya ke kantor... tapi seperti yang terlihat, Arion itu tidak bisa tenang..." ucap Anna.
menjelaskan kalau hal yang terjadi bukanlah hasil dari keteledoran Anna sendiri.
ia sudah meminta bantuan Mita untuk menjaga Arion. mungkin memang semua salah. Anna yang terlalu percaya bahwa Arion akan aman tadi.
"Kau bisa memintaku untuk menjaga Arion saat sibuk..." ucap Sean.
Ha?
Anna kembali menatap Sean begitu dalam. membuat yang ditatap tentu saja salah tingkah untuk kesekian kalinya.
"Uhukk...". membuat Sean terbatuk.
"Minumlah...". spontan Anna menyerahkan segelas air ke tangan Sean.
Hening kembali tercipta diantara keduanya. bingung harus memulai perbincangan yang bagaimana.
Bagaimana aku mengatakannya ya?
Anna bingung. sebenarnya ia ingin berterimakasih kepada Sean. karena Anna yakin, pemberitaan yang heboh kemarin tiba-tiba sirna begitu saja.
Anna yakin kalau semua itu ada campur tangan dari pria itu.
hanya saja bagaimana mengatakannya? sepertinya sudah terlalu banyak Anna mengatakan terimakasih hari ini.
"Ann".
"Yan".
ucap keduanya bersamaan membuat Anna dan juga Sean kembali merasa canggung.
"Kau dulu..." ucap Anna.
"Itu... em, untuk masalah pemberitaan media,.. aku..." ucap Sean terbata-bata.
"Ya... aku berterimakasih atas itu..." sela Anna. nyatanya yang akan mereka bicarakan adalah hal yang sama.
"Terimakasih telah membantuku dari pemberitaan yang sungguh menyusahkan itu...".
"Hm," jawab Sean.
"Mamaaa...". keduanya tersentak kaget.
Arion?
Sean dan Anna sama-sama tau kalau tadi adalah suara Arion. membuat keduanya segera bangkit dari tempat duduk dan berlari menuju ke kamar putranya.
"Sayangg..." ucap Anna. duduk di tepi ranjang sambil memeluk Arion yang tiba-tiba bangun.
ada raut kecemasan dari wajah Arion. bahkan keningnyabasah oleh keringat. mungkin saja Arion mimpi buruk atau kembali terbayang-bayangi kejadian menakutkan tadi siang.
"Tak apa... ada Mama disini..." ucap Anna. menenangkan Arion bahwa semua hanya mimpi buruk saja.
Sedangkan Sean, berdiri sambil mengelus pelan kepala Arion yang berada dalam dekapan Anna.
"Aku pulang dulu...".
"Hm," jawab Anna.
Sedangkan Arion, "Papa..." ucap bocah itu sambil menggenggam tangan Sean tak berniat untuk melepaskannya.
"Papa... tetaplah disini..." pinta Arion dengan iba.
Sean tak bisa menjawab apapun. ia tak berhak untuk melakukan hal sesuka hatinya di tempat Anna. Apalagi dengan menginap. disini.
"Arion... Papa akan pulang karena belum mandi besok akan datang lagi... oke?" ucap Sean. sepertinya alasan yang logis untuk menolak keinginan Arion itu.
"Mandi disini saja..." pinta bocah itu lagi.
Sean masih melongo. bingung mau menjawab apa lagi. setidaknya agar tidak menyakiti hati putranya.
"Tidak bisa sayang... Papa harus pulang. karena disini tidak ada pakaian Papa..." jelas Anna. membuat Sean hanya terdiam dan mengamati Anna.
"Iya... Papa tidak punya pakaian disini..." tambah Sean meyakinkan putranya. "Kapan-kapan Papa akan tidur disini menemani Arion, oke?".
"Janji?" ucap Arion sambil menaikkan jari kelingkingnya. lucu.
"Iya, Janji..." ucap Sean sambil menautkan jari kelingkingnya dan jari kelingking Arion. Sean pun sudah berjanji dengan Arion. janji jari kelingking.
"Tidurlah yang nyenyak... emmuachh...". Sean mencium kening Arion dan segera pergi meninggalkan tempat itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments