***
Anna bergegas meninggalkan Mall. bersama dengan Arion sambil membawa piala dan berbagai peralatan lomba tadi. sekarang yang Anna lakukan hanyalah pergi. pergi secepatnya sebelum keadaan berubah runyam.
Ia ingat bagaimana cara Sean menatapnya tadi. penuh selidik dan hal itu membuat Anna kembali mengingat kenangan buruk di masa lalu.
"Mama, kenapa kita pergi? Mama sudah janji untuk menemani Arion bermain... kenapa malah pulang?" rengek Arion. menangih janji yang Anna berikan sesaat sebelum lomba di mulai.
Ya, rencananya memang Anna akan menemani Arion bermain. tapi semuanya gagal. Hanya karena situasi yang tidak tepat. karena keberadaan Sean lah yang menghancurkan rencana Anna dan Arion.
"Kita main di tempat lain sayang..." jawab Anna.
"Anak pintar, bagaimana rasanya permen tadi?"
Anna ingat pertanyaan Sean kepada putranya tadi. membuatnya penasaran apalah Arion dan Sean pernah bertemu sebelumnya?
"Arion..." panggil Anna sambil terus mengemudikan mobilnya meninggalkan Mall.
sesekali ia mengamati wajah putranya yang cemberut karena gagal bermain.
"Mama pembohong..." rengek Arion. bahkan yang dilakukan bocah itu adalah membuang muka ke arah jendela samping tempat duduknya. tak mau melihat ke arah Anna sekali pun.
Astaga... batin Anna. Semakin Arion besar, Anna benar-benar semakin melatih kesabarannya. ia tidak bisa marah kepada Arion yang mana akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. karena hanya Anna yang Arion miliki.
"Kita akan pergi ke Mall lain, bermain disana sampai puas. tapi bisa jawab pertanyaan Mama dulu?". Mencoba bernegosiasi dengan putranya adalah solusi paling tepat.
"Apa?" tanya Arion.
"Em soal permen tadi, apakah Om tadi yang memberikannya?" tanya Anna dengan nada lembut. tapi pandangannya tetap ke arah jalanan di depan sana.
Apa Sean telah berhenti merokok?
"Iya..." jawab Arion penuh semangat. bahkan bocah itu langsung berubah ekspresi ketika Anna membahas pria yang memberi permen Arion.
"Dia baik kan Ma?".
Kesan pertama bertemu Sean adalah seseorang yang baik. hanya karena Sean memberikannya permen. sepolos itu pemikiran anak kecil.
Anna melamun,
"Berhentilah merokok Yan... aku tidak bisa bernafas lega..."
"Aku tidak bisa Ann,".
"Cobalah untuk berhenti... atau menggantinya dengan sesuatu...permen misalnya" saran Anna.
Anna kembali fokus pada jalanan di depan sana. "Jadi Arion belum pernah bertemu dengan nya kan?".
"Tidak,".
Anna merasa lega. setidaknya Arion tidak akan pernah bertemu dengan Sean lagi kedepannya. apalagi Arion akan mudah melupakannya bukan?
Untuk membuat Arion senang, Anna benar-benar membawa putranya ke Mall lain untuk bermain.
***
Sepanjang perjalanan kembali ke Perusahaan, Sean terlihat sibuk dengan ponselnya. mengetik sesuatu seperti tengah mencari informasi yang begitu penting.
bahkan sepanjang perjalanan, pria itu hanya diam tak memperdulikan apapun.
Apa ada sesuatu yang mengganggunya? batin Asisten yang tengah mengemudikan mobil. melirik dari kaca spion di depan sana.
Sean mencari informasi dari media online tentang Annara.
"Pelukis muda Annara Putri, akhirnya kembali".
"Annara putri, pelukis yang dicintai anak-anak".
"Menggandeng Pelukis cantik Annara Putri untuk buku cerita dongeng terbaru".
"Apa-apaan ini?" gumam Sean pelan, tapi tetap bisa di dengar oleh pria di depannya.
"Ada sesuatu yang mengganggu Pak?" tanya Asisten dengan sigap. karena apapun masalahnya, ia siap membantu Sean.
"Tidak," elak Sean. ia masih tak sudi membagi kebingungannya dengan pria di depan sana. mencari tahu seseorang, Ck... memalukan bukan?
Kenapa tidak ada informasi pribadinya ya? ucap Sean dalam hati sambil terus memandang jalanan dari balik jendela mobil.
"Aggghh... Si*l!" umpat Sean. menyesal karena seharusnya ia menyapa Anna tadi. tapi yang dilakukan Sean hanyalah diam tak berani mengatakan apapun. bahkan Anna seperti hilang begitu saja setelah turun dari panggung. wanita itu seperti menghilangkan jejak agar tidak dapat ditemukan Sean.
Bahkan pertemuan tadi mengganggu Sean sampai di Perusahaan. Sean tidak bisa berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. kepalanya dipenuhi nama Anna bahkan wajah wanita itu seperti tak mau sirna dari pandangannya.
"Aku ingin bicara..." ucap Sean memberitahu Asisten pribadinya.
"Ya Pak,".
"Em... itu,". Sean justru ragu. apakah tak apa jika ia bertanya tentang Annara? ia tidak akan terlihat aneh bukan?
Bagaimana kalau dia akan mengejekku nanti?
Sedangkan Asisten itu dengan sabar menunggu kata yang terlontar dari mulut Sean.
"Pak Sean mau bertanya apa?" pancingnya.
"Tidak jadi... cepat selesaikan pekerjaanmu," jawab Sean ketus dan langsung kembali lagi berkutat dengan beberapa berkas di atas meja.
Salah jika menanyakan soal Anna kepadanya... gerutunya dalam hati.
Ck... kenapa dia? tentu saja Asisten Sean itu keheranan lagi. melihat tingkah bosnya yang sedikit aneh sejak pulang dari acara lomba lukis tadi.
Matahari telah sepenuhnya tenggelam, digantikan bulan yang masih belum sempurna bentuknya. Sean berdiri di samping jendela kaca ruangan tempatnya bekerja. mengamati langit Ibukota yang gelap. sedangkan Asisten pribadinya masih membereskan meja kerja atasannya itu.
Hari ini pekerjaan selesai tepat waktu. Langkah kaki keduanya perlahan meninggalkan lantai atas gedung Perusahaan. berjalan melewati Lobby dan masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka kembali ke rumah.
Di perjalanan, Sean termenung. ada sesuatu yang amat mengganggu dirinya tapi tak tau kepada siapa ia bertanya. lebih tepatnya Sean ragu menanyakan sesuatu yang terbilang privasi baginya.
Aku sangat penasaran... batinnya bergejolak.
hingga pada akhirnya Sean memutuskan untuk bertanya pada Asisten pribadinya. karena mungkin saja hanya pria itu yang mengerti dan bisa menjaga rahasia.
"Apa kamu tau Annara Putri?" sebuah pertanyaan terlontar langsung dari mulut Sean.
Annara? maksudnya pelukis tadi?
Asisten pribadi Sean belum menjawab, sesaat mencerna siapa yang Sean maksud tadi.
"Pelukis yang tadi? ibu dari anak yang mendapat juara melukis di Mall?".
Entah apa yang membuat Sean menanyakan sosok wanita yang mereka temui tadi pagi.
Sean hanya terdiam, membuat Asistennya kembali bersuara. "Pelukis yang sedang naik daun Pak... banyak sekali produk anak-anak yang memakai lukisannya dalam iklan..." lapornya.
"Benarkah? kenapa aku tidak tau?" tanya Sean. ia tau sosok Annara, hanya saja tidak tau kabar yang beredar saat ini. atau mungkin karena Sean jarang lihat televisi?
Asisten itu tersenyum, "Bapak ingin tau informasi Annara?".
paham kalau apa yang tengah mengganggu Atasannya sejak tadi adalah sosok wanita bernama Annara itu.
"Ti-tidak... jangan bicara ngawur kamu..." protes Sean. walaupun sebenarnya ia begitu penasaran tentang Anna. dengan siapa saat ini wanita itu menjalin hubungan?
"Baik..." jawab Asisten.
"Baik apanya? jangan aneh-aneh ya..." ucap Sean terbata-bata.
Apakah kelihatan sekali kalau aku penasaran? Sean salah tingkah dengan ucapan Asistennya itu. tapi beda lagi dengan pria yang menyetir mobil, tersenyum penuh arti.
Mencari informasi Annara Putri... sepertinya ini yang Pak Sean minta... batinnya bicara.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Anita Jenius
Cerita bagus banget.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
2024-04-28
1
Sennja
😍😍😍😍crita bagus...
2023-11-08
1