HAPPY READING...
***
Arion, menikmati hari ini bersama Sean. kedua laki-laki itu tak keluar dari rumah sama sekali. menikmati waktu bersama di dalam Apartemen tempat tinggal Arion dan Anna. seperti saat ini, Sean duduk sambil mengecek ponselnya. walaupun terlihat santai ada beberapa pekerjaan yang dikirim Asisten ke ponsel pria itu. lebih tepatnya bekerja sambil menjaga Arion, putranya.
sedangkan Arion sendiri bocah itu tengkurao di lantai dengan banyak krayon warna-warni berserakan di hadapannya.
Inilah keseharian Arion, tak jauh dari Anna yang gemar melukis. bedanya Arion masih mengasah kemampuannya dalam mewarnai beberapa gambar yang telah Anna siapkan, agar bocah itu tidak bosan dengan kesehariannya.
Bakat Anna dalam seni benar-benar menurun kepada putranya. mungkin di kemudian hari, Arion juga akan seperti Anna. menjadi pelukis atau apapun yang berbau seni.
"Papa..." panggil Arion.
"Ya?" sejenak Sean mengalihkan perhatiannya . menatap Arion dan mendengarkan apa yang akan bocah itu katakan.
"Apa Papa bisa mewarnai?".
Sean bersiap untuk menjawab. pria itu terlebih dulu menggelengkan kepalanya, "Tidak... Papa tidak jago... tapi Mama sangat pintar melukis..." jawabnya.
Mana ada kesempatan bagi Sean untuk melatih seni mewarnai, hidupnya bahkan tak semenarik Arion saat ini.
Sean kecil mungkin tak punya kesempatan untuk melakukan banyak hal seperti anak lain.
"Iya... Mama sangat hebat..." puji Arion. banyak sekali gambar yang Anna buat bahkan memenuhi ruang kerjanya. dan beberapa ada di kamar Arion.
"Apa kau juga ingin punya cita-cita seperti Mama?" tanya Sean.
Sejenak Arion diam. bukan tak suka dengan ucapan Sean, hanya saja bocah itu bingung. Cita-cita? mungkin atau itu termasuk kata aneh yang Arion dengar.
"Cita-cita itu apa Pa?" tanya Arion dengan polosnya.
Arion penasaran dengan kata cita-cita.
"Em... cita-cita itu, em... seperti sebuah keinginan atau pekerjaan yang ingin Arion gemari dan lakukan di saat dewasa..." jwals Sean. memilih makna yang sederhana agar putranya paham.
"Apa pelukis adalah cita-cita Mama?" tanya Arion lagi.
"Ya... tentu saja... sejak Mama masih muda, Mama ingin sekali menjadi pelukis... dan sekarang Mama benar-benar jadi pelukis terkenal... itulah cita-cita...".
Sean masih terus mengamati wajah Arion yang sedikit kebingungan. bocah itu justru kembali terdiam tanpa mengatakan apapun. padahal biasanya bocah seusia Arion akan antusias saat membahas halal indah yang ingin mereka lakukan saat dewasa.
"Arion, ada apa?". tanya Sean lagi. kali ini dengan tatapan penuh kekhawatiran.
Bocah laki-laki itu mendongak. menatap Sean amat dalam. "Apa Papa dan Mama bertengkar?". pertanyaan yang jelas jauh dari topik yang mereka bahas.
"Kenapa?" tanya Sean penasaran. menaikkan satu alisnya karena bingung dengan pertanyaan random Arion.
"Kenapa tidak ada foto Papa disana?". tunjuk Arion pada sebuah album foto di atas meja tak jauh dari tempat mereka duduk. di album itu tak satupun ada foto Sean bersama Arion saat masih kecil.
Wajah Sean pias. bingung harus menjawab apa. sedangkan kalaupun menjawab pertanyaan Arion, apa yang akan ia katakan?
"Papa tidak suka foto dengan Arion?".
Hati Sean merasa teriris mendengar pertanyaan Arion. padahal bukan seperti itu yang terjadi. Sean hanya tak tau tentang kehamilan Anna dan juga Arion. bahkan pertama kali bertemu adalah ketika ada Event lomba mewarnai kalau itu.
itulah pertama kalinya Sean melihat Arion.
"Kamu inginkan foto dengan Papa?" tanya Sean. sedangkan Arion hanya mengangguk setuju. "Kemarilah..." pinta Sean dan membuat Arion tersenyum lebar menghampirinya.
Keduanya mulai berpose. jepret sana jepret sini. banyak sekali foto yang Arion dan Sean ambil dalam berbagai pose. lucu sekali.
bahkan salah satu fotonya ada yang sengaja Sean kirim kepada Anna. setidaknya sebagai bentuk laporan bahwa Arion aman bersama Sean sampai saat ini.
"Sudah terkirim... tinggal nunggu balasan Mama..." ucap Sean sambil pergerakannya diamati oleh Arion yang duduk di pangkuan pria itu.
"Mama membalasnya..." ucap Arion penuh semangat. melihat ponsel itu berkedip.
Anna :
[Lucu sekali... bersenang-senang lah Arion... ]
Begitulah isi pesan balasan dari Anna. membuat Arion bahagia dan juga Sean.
"Arion, selesaikan gambarmu..." pinta Sean. hingga bocah itupun menurut dan langsung kembali mewarnai gambar yang sempat ditinggalkannya tadi. sedangkan Sean, kembali dalam pekerjaannya.
Siang pun datang.
"Arion, apa kamu tidak lapar?" tanya Sean. perutnya sempat berbunyi tadi.
"Hm, Arion lapar..." jawab bocah itu. padahal di sampingnya ada bungkus snack yang teronggok tanpa isi. semua adalah kelakuan Sean dan Arion. Sama-sama memiliki sifat malas hanya untuk menaruh bungkus makanan dalam tempat sampah.
Belum sempat mengutakak ide untuk memasak sesuatu, ponsel Sean berdering.
"Halo Zik?". ucap Sean membuka pembicaraan dengan Ziko, sahabatnya.
"Em, Aku sedang ada di luar... bagaimana?" tanya Sean. seperti Ziko baru saja menanyakan keberadaan Sean saat ini.
"Sekarang? baiklah aku akan segera kesana..." jawab Sean lagi. ada ekspresi terkejut ketika pria itu menjawab dari telepon miliknya.
"Oke... sampai ketemu disana...". panggilan telepon pun terputus.
"Papa mau pergi?" tanya Arion khawatir. bagaimana dirinya kalau Sean pergi saat ini? begitu yang Aeion pikirkan.
"Ayo kita cari makan di luar..." ajak Sean. selain itu, Sean juga janjian untuk bertemu Ziko sebentar lagi.
"Bagaimana kalau makanan jepang?" tanya Sean sama seperti tempat yang Ziko sebutkan tadi.
"Hm..." jawab Arion semangat. bocah itu memang suka dengan makanan Jepang. dan tentu saja diajak Sean, tak ditolak sama sekali.
"Bereskan dulu krayonmu..." ucap Sean sambil memungut bungkus snack yang berserakan di karpet.
30 menit kemudian.
Sean tiba bersama seorang anak laki-laki dalam gandengannya. masuk ke sebuah restoran Jepang tempat janjian Sean dmegan Ziko. baru saja tiba, Sean sudah diarahkan menuju ke meja yang sudah siap dengan Ziko yang duduk disana lebih dulu.
"Sorry agak terlambat..." ucap Sean meminta maaf.
sedangkan Ziko tak mempermasalahkan hal itu. tatapan nya justru fokus pada bocah di samping Sean. yang mana terlihat mirip sekali dengan sahabatnya.
Ziko pun tersenyum. "Melihat kalian berdua, sepertinya usahaku sia-sia saja..." ucap Ziko dengan senyum aneh di sudut bibirnya.
"Kenapa?". Sean tak paham dengan ucapan Ziko barusan.
"Melihat kemiripan kalian saja sudah membuatku yakin...".
Sean tersenyum dengan ucapan Ziko. paham maksud pria itu. "Mana?" tanya Sean sambil menggantung tangannya di depan Ziko. meminta sesuatu yang sudah ia tunggu-tunggu selama ini.
Tanpa berbasa-basi, Ziko menyerahkan map berisi berkas rahasia ke tangan Sean.
"Sepertinya nanti saja kau membukanya Yan..." ucap Ziko.
Kenapa? batin Sean bertanya sambil menatap ke arah Ziko dengan penuh tanda tanya.
kedua pria itu saling tatap dan tatapan mata Sean menuju ke arah Arion. bocah itu membulatkan matanya menatap hidangan di atas meja saat ini. bahkan air liurnya sepey hendak jatuh dari sudut bibir menandakan bahwa Arion tak sabar menikmati makan siangnya.
"Sepertinya copyan mu sudah tak tahan..." sindir Ziko. merasa lucu dengan tingkah bocah di samping Sean itu.
Sean hanya bisa tertawa.
"Arion, apa kamu sudah lapar?". Tanpa ditanya sekalipun seharusnya Sean sudah tau apa yang dirasakan Arion saat ini. dan benar saja, Arion langsung menganggukkan kepalanya penuh semangat.
"Makanlah..." ucap Sean.
Ketiga pria itu langsung menikmati makan siang mereka. ini adalah pertama kalinya Arion makan bersama Sean di luar. hak yang paling menyenangkan yang pernah Arion rasakan dalam hidup.
Sambil makan, Sean terus menatap Map pemberian Ziko. tangannya ingin sekali segera meraih dan membaca hasil tes DNA yang sudah lama Sean nantikan. hingga pria itu benar-benar meletakkan sumpit dan membuka Map itu.
Jantung Sean berdetak semakin kencang selama tangannya terarah membuka berkas itu. seketika matanya membulat sempurna ketika semua tulisan disana mengatakan cocok.
Benarkah? bagitu tatapan Sean kepada Ziko.
Ziko pun mengangguk, mengiyakan ketidakpercayaan sahabatnya.
Arion putraku? benar dia putraku?
Rasanya benar-benar aneh. bahagia, lega, dan terkejut bercampur menjadi satu. seperti ada sebuah kembang api yang meledak bersamaan dalam hatinya. hingga tanpa terasa air mata Sean tumpah begitu saja. air mata penuh kebahagiaan.
***
Semoga suka ya... jangan lupa tinggalkan Komentar dan Like nya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Yuni Setyawan
bahagia tak terkira 🤭🤭🤭🤭
2023-11-01
2