17. Consultation.

Saat senja masih terlihat pada bentangan cakrawala, harusnya itu menjadi bagian terapik dari setiap rincian memori. Namun semua terasa seolah bagai pisau belati tajam yang terus menghujam. Menyerang sistem kerja otak yang bertugas membangun memori indah. Membuat Reyna semakin terpuruk.

Sejak kejadian dimana Val menciumnya diruang meeting beberapa hari yang lalu, dia harus kembali mengunjungi tempat yang seharusnya sudah tak lagi tercatat dalam agenda dan sudah lama ia hapus.

Kini, dia berada disebuah ruangan bernuansa putih bersih. Hembusan dingin yang berasal dari bibir air conditioner menyentuh kulit pualamnya.

"Jadi mimpi itu kembali?! "

Reyna mengangguk, menautkan kedua netranya pada sosok yang memakai snelli putih dihadapannya. Masih dengan tatapan cemas yang menyelubungi setiap memori.

"Kau harus bisa mengendalikan dirimu sendiri Rey!"

Reyna termangu, tatapannya seperti sebuah gelas yang nyaris kehabisan isi. Dia sudah mencoba, namun semakin keras ia melakukannya, semakin besar rasa khawatir dan trauma itu datang menyerang.

"Aku sudah melakukan sebisaku!" jawab Reyna sambil mengangguk dan mengerjap samar. "—kau pasti tau seperti apa perjuanganku dulu! Aku melakukan hal serupa saat ini!"

Dokter psikiater yang ia kenal dari Hyuji tersebut memang sudah banyak membantunya dulu, dan dia juga tau bagaimana hancurnya seorang Reyna saat itu.

"Kalau begitu putuskan!"

Reyna menatap dokter tersebut nyalang, memberikan seluruh atensi pada figur tampan dihadapannya.

"Apa maksudmu? "

"Mungkin aku akan terdengar jahat, tapi aku tidak ingin melihatmu seperti saat itu Rey! Jadi putuskan!" dokter bernama Jimmy tersebut menjeda, menghela nafas dalam, kemudian melanjutkan. "Keluar dari sana, atau kau akan kembali dalam kubangan mengerikan yang pernah menghancurkan dirimu! "

Wajah cantik Reyna berubah kecewa. Apa yang dikatakan Jimmy ada benarnya, namun disisi lain, dia masih memiliki tanggung jawab kepada ibu dan sang adik.

Bahkan, Reyna serasa baru saja merasakan setitik kebahagiaan, namun kini dia kembali di jatuhkan dalam kubangan yang sama. Kelam.

"Jim, berikan saja resep untukku! "

"Rey—"

"Jim, tolong... " pinta Reyna dengan kedua manik yang berdenyar penuh kehancuran. "Dan aku mohon, rahasiakan ini dari Hyuji! Dari siapapun! "

"Rey, sebaiknya kau keluar dari perusahaan itu dan mencari pekerjaan lain saja! "

"A—, aku bisa bertahan! Berikan saja aku resep yang pernah kau berikan padaku dulu! "

Pria bernama Jimmy itu tertunduk. Tersenyum getir karena mengira Reyna sudah bisa kembali seperti sedia kala, namun tebakan itu salah. Reyna masih menyimpan kenangan tersebut, yang nyatanya membuka kembali luka yang sudah perlahan mengering tersebut.

"Rey, " Jimmy kembali mengangkat pandangannya demi mencoba masuk kedalam pikiran sosok Reyna. "Aku mohon, dengarkan aku kali ini! Kau akan berada dalam masalah jika mencoba bertahan sekali lagi! "

Kali ini Reyna tertunduk, meremat buku jari hingga memutih. Tersenyum getir, tubuhnya bergetar hebat.

"Tak masalah! "

Terdengar putus asa kah? Reyna harap Jimmy tidak tau akan hal tersebut.

"Rey, aku mohon padamu"

"Jim," panggilnya dengan suara serak dan lembut. "Aku gadis yang kuat! Tidak serapuh yang kau bayangkan... " lanjutnya sembari menyuguhkan sebuah tarikan dikedua sudut bibirnya membentuk senyuman.

"Trust Me, Jim, aku bisa melewati semua ini! Aku ingin melupakan dia—" Reyna menjeda sejenak, kemudian melanjutkan. "—selamanya!"

***

Val menyalakan mesin pemanggang roti, mengambil selai strawberry dan juga kesukaannya dari dalam lemari pendingin dan meletakkan diatas meja makan kecil dapur. Kemudian meraih teko pemanas air dan menekan tombol On untuk mulai memanaskan air untuk membuat teh hijau sebagai pendampingnya menyambut pagi.

Duduk menumpu dagu, tiba-tiba terbesit dalam ingatannya beberapa hari yang lalu. Saat ia menautkan birai pada gadis yang ternyata masih mengisi relung hatinya, Reyna.

Val tersenyum, mengetukkan jarinya diatas meja berwarna gelap tersebut.

"Kenapa aku kembali berdebar saat melihatnya? " gumam Val pelan. Hingga mesin pemanggang itu memantulkan roti yang sudah berubah warna sedikit keemasan.

Val meraih dengan penjepit dan mengolesi roti tersebut dengan selai strawberry yang sudah ia siapkan. Saat kembali ingin mengingat sosok Reyna, teko disana mulai berdenging dan menyemburkan kepulan asap. Menyeduhnya dengan teh dan membawa kembali ke atas meja makan.

"Reyna, haruskah aku menginginkannya sekali lagi?"

Val tau, itu terdengar sangat tidak masuk akal, jahat, bahkan tidak gentleman sedikitpun. Bahkan disaat ia sudah memutuskan untuk mengikat dirinya dengan gadis lain, dengan tidak tau malu menginginkan gadis dari masa lalu itu kembali.

"Ah, tidak! Aku pasti akan menyakitinya lagi! "

Akan tetapi, gejolak ingin memiliki Reyna terasa semakin kuat. Bagai kutub magnet yang berlawanan arus, Val seperti ditarik kuat oleh sosok Reyna. Sekali lagi, bersama, menjalin sebuah hubungan yang pernah mengikat mereka diantara lonceng kereta, tertawa dibawah rintik hujan yang membuat mereka basah. Dan satu hal yang mungkin terlewat olehnya, saat hujan turun pula dia menghancurkan hati selembut sutra milik Reyna. Merobeknya hingga nyaris terbelah dua, membekas, bahkan tak akan mungkin bisa kembali utuh.

"Aku akan mendapatkan dia kembali! "[]

Terpopuler

Comments

Safini Azizah

Safini Azizah

sama sama cinta tapi koq susah y mau balik lg

2022-05-16

1

momy ida

momy ida

egois kamu val😏😏😏kasian reyna... dia depresi gara gara penghianatan lo dulu val🙄🙄🙄

2022-04-28

1

Om nya bambang

Om nya bambang

Jangan bingung dibaca yg bener baru ngerti
Heran

2020-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!