"Menyerah? Tentu tidak, aku akan bertahan meskipun menyakitkan! Menyesap bahkan menelannya meskipun pahit! "
(+)
Hyuji kembali dari ruangan pak Park dengan suasana hati sedikit tenang. Menata hati hanya untuk tetap terlihat tegar dalam keadaan rapuh, ya; harusnya seperti itu.
Siang ini, Menurut badan pengamat Cuaca, hanya akan mendung, tidak ada hujan. Maka Reyna berniat menikmati seCup americano; minuman kesukaannya, di atap gedung. Menyesapnya perlahan, merasai kopi yang pahit berbalut manis yang berbaur didalam Indra perasa. Sungguh menakjubkan.
Gedung-gedung jauh disana tak kalah tinggi dengan tempatnya berdiri saat ini, mungkin salah satunya adalah gedung agency boyband kesukaannya. Ah, maaf, sepertinya diusia Reyna yang sekarang, seharusnya reyna sudah tidak pantas menyukai boyband, dimana basicnya yang menyukai adalah anak-anak muda usia remaja. Tapi percayalah, dia suka karena karya mereka. Dia bukan wanita labil yang sekedar menyukai wajah tampan atau apapun itu. Musik mereka benar-benar memberi semangat dan motivasi untuknya tetap menjalani hari.
Namun, ditengah lamunannya karena alunan musik bergenre hiphop ditelinga, atensi Reyna teralihkan oleh presensi lengan berjas abu-abu yang tiba-tiba berdiri disampingnya. Menatap bebas ke depan seperti yang ia lakukan. Hidung mancungnya mendominasi, wajah tampan bak lukisan Tuhan itu berada tepat disisinya berdiri, sembari tersenyum hangat ditengah dinginnya udara yang berhembus, seolah menamparnya, membawa Reyna kembali dalam kesadaran.
Melihat presensi pria tersebut, Reyna sudah bermaksud pergi. Namun langkahnya kembali terhenti kala suara berat itu menyapa Indra perungunya,
"Tidak perlu pergi, aku hanya sebentar! Aku tidak sengaja kesini! Aku suka tempat ini, tidak buruk! " ucapnya sambil mengedikan bahu.
"Kau suka tempat yang seperti ini... "
Perasaan itu kembali, Val membawanya kembali masuk kedalam masa lalu mereka. Dia paham betul jika Reyna suka tempat yang sepi dan tinggi, dengan hembusan angin yang menyapa, menerpa wajah.
Reyna kembali pada posisi semula, menggantung setengah lengannya diudara, berpangku pada pembatas yang terbuat dari besi. Menyesap gugup minuman itu sambil membawa pendarnya menuju alam bebas. Diam, tanpa berkata apapun.
"Jadi, kau sudah berapa lama bekerja disini? "
Reyna menatap sekilas wajah yang sangat ia rindukan itu beberapa saat, kemudian membawa netranya kembali ke alam bebas, "Dua tahun! "
Pria Val itu mengangguk pelan dalam ke-yakinan. Meremat jemarinya yang juga menggantung diudara; gugup laksana orang yang sedang melakukan pendekatan. Namun sensasi itu sudah berlalu. Mereka sudah sama-sama melewatinya, dulu.
"Aku merasa bersalah saat kau mengatakan akan mengundurkan diri, tapi aku lega saat melihatmu masih berdiri diperusahaan ini! Aku juga mendapat kabar jika kau mengajukan pengunduran diri dan ditolak kepala devisimu!"
"Eoh! Pak park sudah seperti ayah bagiku! "
Kini tatapan Val berpusat pada Reyna yang sedang memeta sendu pada cup yang ia rengkuh dengan telapak kecil seputih salju milik sang gadis. Val juga mengingat jika Reyna kehilangan ayahnya beberapa tahun lalu, hatinya turut sesak mendengar suara sedih dan parau Reyna.
"Dia menahanku karena aku pernah berjanji padanya untuk bekerja keras sampai tulangku patah! Lucu bukan?! "
Tapi kata lucu disini bukan makna sebenarnya yang ingin dikatakan Reyna, akan tetapi terdengar seperti olokan pada dirinya yang menyedihkan. Val ingin berucap, namun kembali menutup birainya saat Reyna menyambung ungkapan hatinya,
"Disaat aku berjuang mati-matian, aku harus melihat kembali diriku yang menyedihkan!" Reyna membawa netranya untuk bertaut dengan hazel milik Val yang sedikit tertutup poni panjangnya. "Tapi, tidak apa-apa! itu sudah berlalu!" lanjutnya dengan tawa kecil yang dibuat-buat. Val tertegun dalam kejut.
"Bagaimana kabar HaNa? Dia baik-baik saja kan?" tutur Reyna beberapa detik kemudian.
Sungguh, Val ingin sekali tau, terbuat dari apa hati seorang Reyna hingga dia masih mampu menanyakan nama orang yang sudah menghancurkan harapan pada dirinya sendiri.
"Eoh, dia baik-baik saja! Dia sedang keluar kota untuk melakukan pemotretan! "
Reyna mengangguk paham. Namun terasa sedikit sesak, sepertinya dia akan kembali mengucurkan airmata saat sampai dirumah nanti. Dia benar-benar merindukan Val, V-nya yang dulu selalu memenuhi hatinya. Lalu kembali menyesap minuman hangat pada telapak tangan.
"Syukurlah kalau begitu! Aku juga minta maaf atas sikap kekanakanku tempo hari! Aku tidak tau kenapa aku seperti itu! " membawa dirinya membungkuk untuk memohon maaf, dimana V-nya dulu adalah CEO nya sekarang.
"Kau pantas bersikap seperti itu padaku!"
Netra Reyna kini mendapati cincin couple yang melingkar dijari manis telapak kiri Val. Lantas jantungnya berdebar kacau, membuncah, sebuah emosi muncul dengan sangat mengerikan kala itu juga. Namun ia membuang nafasnya kasar, terengah karena sangat sakit.
"Kau baik-baik saja? " Meraih pundak Reyna dan mendapat tampikan keras dari sang gadis.
"Jangan sentuh aku!"
Keduanya terdiam, Val yang tertekan sendiri karena melihat kondisi Reyna yang mulai melemah, bahkan dia melihat gadis itu meletakkan kepalanya pada pagar pembatas dengan nafas masih tak teratur.
"Tinggalkan aku sendiri! Aku mohon... " pinta Reyna kembali dengan tutur lembut
"Tapi—"
"Pergi kataku!!! " sahutnya kemudian.
Tak dapat berbuat apapun Val melangkahkan kakinya perlahan menjauh, untuk pergi, entah ini keputusan yang benar atau tidak. Dia hanya tidak ingin semakin menyakiti wanita yang pernah mengisi penuh hatinya dulu. Reyna.[]
To Be Continued,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Hendra Mulyana
baru nemu novel yg bagus dan menyentuh hati
dari sekian banyak novel yg ku baca
tpi ko yg like dikit ya 😘😅
2022-12-03
1
rizkijr
sedihhh tapii masih menikmati ceritanya thorr
2022-10-07
1
momy ida
sakitttt pasti sangatttt sakittttt..... saat seseorang yg kita cintai direbut sahabat sendiri😢
2022-04-28
1