02. Ruang Rindu

Bandara Incheon sangat padat hari ini, ditambah lagi cuaca yang dingin membuat tubuh yang sudah berbalut mantel musim dingin semakin merapatkan kain tebal itu semakin erat. Mencoba menambah suhu hangat untuk tubuh yang sudah menggigil.

Pribadi bertorso tinggi dan wajah tampan dibalik masker hitam itu berjalan penuh wibawa sambil menarik koper besar ditangan kanannya. Seseorang sudah menunggunya disana, bisa dikatakan dia gadis yang mengisi hatinya saat ini. Ya, mengisi hatinya.

"Val... I'm here... "

Suara yang lembut itu mampu menarik seluruh perhatian diantara hiruk pikuk lobby bandara yang sedikit sesak. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan selain menurunkan maskernya, menyuguhkan senyuman terbaik, lalu berjalan dengan langkah besar pada sang pemilik suara. Merengkuh tubuh gadis itu dalam pelukan, menyurai poni sang gadis kebelakang telinga dengan penuh perhatian. Dan mengecup sekilas kening sang gadis,

"Maaf lama, disana sangat sesak! Kau pasti kedinginan menungguku disini?! "

"Eumm... aku juga lapar! " Sahutnya dengan intonasi manja

"Baiklah, ayo kita mencari makan dulu sebelum kembali ke apartemen! "

Gadis berparas cantik dengan bawaan manja itu mengangguk antusias, diraihnya pinggang sang pria erat. Melangkah keluar dari kerumunan dan masuk ke sebuah mobil mewah berjenis limousine.

"Okey, kau mau makan apa? " Tanya si pria dengan intonasi rendah berjenis baritone itu pada kekasihnya, sambil memasang seatbelt nya dengan tenang.

"Apa saja!! "

Senyuman lembut kembali terukir, tangannya meraih pucuk kepala sang gadis dan diusuknya pelan. Mengacak sedikit anakan rambut berwarna pirang itu.

Terlihat sepasang cincin permata melingkar di jari mereka masing-masing. Dengan bentuk dan warna yang sama.

Putaran roda kuda besi itu membelah jalanan yang padat, dengan pendaran matahari berwarna jingga, melesak dengan kecepatan sedang. Menuju tempat yang akan menjadi persinggahan mereka untuk sekedar mengisi perut yang sudah mulai maraung, meminta untuk segera dipenuhi.

"Aku sangat merindukanmu HaNa... "

-

-

-

Lelah menyambangi tulang punggung Rey, duduk sambil melakukan sedikit peregangan bukan hal yang buruk. Hanya ada beberapa orang diruangan itu.

Rey memutar sedikit kepala, berharap nyeri di tengkuk lehernya akan hilang. Memijat pelan kemudian meraih ponsel yang sedari tadi tergeletak nyaman dimeja kerjanya, dibawah komputer yang masih menyala.

Reyna mengusap perlahan display pada layar ponsel agar dapat melihat rentetan aplikasi yang terunduh didalam ponsel hitamnya tersebut. Sebuah pengingat nampak pada jendela layar ponsel, sebuah catatan tentang sesuatu yang belum bisa ia lupakan hingga saat ini. Raut wajah cantik itu berubah datar. Manik Indah itu menatap beberapa detik, kemudian menyentuhnya ragu.

Anniversary with My V,

Empat kata yang membuat hatinya berdenyut sakit, petir yang tiba-tiba terdengar diluar menambah dramatisir perjalanan kisah hidupnya. Satu huruf yang dulu sangat ia puja, satu huruf yang mewarnai indahnya masa remaja, satu huruf yang sungguh membuatnya bahagia saat itu, V.

Maniknya menatap sekilas jam yang ada di sudut kiri ponselnya, pukul 7malam. Sudah lewat dua jam dari jam kerja yang ditentukan perusahaan. Reyna menghela nafas singkat, kemudian bergumam. "Haruskah aku kesana?" ucapnya bermonolog. "Ah, tidak! aku harus melakukan hal lain di rumah! "

Jemari lentiknya mulai meraih beberapa lembar laporan yang sudah selesai dikerjakan. Menata menjadi satu, meletakkan dalam map dan menguncinya didalam laci yang tersedia dibawah meja.

Mengenakan jaket yang sedari tadi tergantung di bahu kursi kerjanya, lalu berjalan keluar ruangan dengan Lift menuju lantai dasar.

Memang tidak ada yang bisa melawan hati, langkahnya kembali pada sebuah tempat dimana dia berdiri canggung disana, dibawah bias cahaya lampu malam yang cukup terang, tempat dimana rumput bebas tumbuh liar, dimana desiran angin terdengar jelas, dan juga palang pintu yang tertutup otomatis 1 menit setelah lonceng berbunyi.

Dinginnya angin yang bertiup, hingga rintikan hujan yang mulai turun membasahi rambut hitam legam berusaha mengusir Reyna dari tempatnya berdiri, tapi semua itu tak berhasil. Reyna masih bertahan.

Tiba-tiba senyuman tipis terukir dibibir ranum Reyna, melihat bayangan dua presensi yang berjalan riang dengan bergandeng tangan diseberang sana. Penuh canda dan juga tawa.

"Bagaimana kabarmu hari ini? Aku harap kau baik-baik saja... (menjeda ucapannya) V... "

Nama yang selalu membuat debaran jantung Reyna semakin bersebar. Reyna tertunduk, tersenyum kecil dengan rona merah dipipinya. Sungguh kenangan Indah yang tidak pernah akan bisa terhapuskan dari ingatan. Reyna masih mencintai Val, pria yang membuatnya menutup hati untuk pria lain, dan juga pria yang buat hati Reyna hancur tak berbentuk.[]

To Be Continued

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

karyamu mmg lain thor..dg alur maju mundur, permainan kata..klo yg biasa baca novel to the point ya pasti gak sabar baca karyamu..apalagi endingnya sad..hahahaha..tapi saya suka

2022-05-07

1

IrinErira

IrinErira

alurx ga jelad

2020-11-13

1

Windi Lestari Windiati

Windi Lestari Windiati

semangat author 💪💪💪

2020-11-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!