"Vienna/berasal dari bahasa latin yang berarti alam; bumi"
Happy reading...
-VizcaVida-
(+)
Hamparan kaca yang gelap tak menghalangi sedikitpun pandangannya. Hanya perlu menangkap gambaran seseorang yang sedang duduk dengan wajah lesu dan resah disana. Entah mengapa dia menghentikan mobil begitu saja saat mendapati presensi berambut panjang selegam malam berada disana. Sungguh dia ingin berada disisi orang tersebut meski mungkin dia akan berlari dan mengabaikan dirinya. Namun kenyataan menampar keras, dia tak bisa beranjak sedikitpun.
"Ada apa sebenarnya dengan dia? Apa terjadi sesuatu? "
Wajah Val memerah saat Netra mereka saling tertaut tanpa sepengetahuan dari pihak yang di luar sana, gadis berwajah cantik dan berpakaian sederhana itu mampu kembali menggetarkan hatinya seperti dulu, saat mereka masih menjalin kasih di masa sekolah saat itu. Hembusan angin yang mengibarkan rambut panjang sang Omega menambah Indah suasana hatinya yang sedang kalut. Sungguh, belum ada yang bisa menggantikan keindahan seorang Reyna sampai saat ini; Seperti sebuah Vienna.
Entah mengapa Val ingin sekali keluar dari mobil mewahnya dan menyapa Reyna. Dia juga tidak sadar sejak kapan keinginan untuk kembali kesisi Reyna semakin memenuhi hati dan perasaan. Tapi disisi lain hatinya, Val tak ingin melukai kembali presensi tersebut, dan membiarkan gadis itu berlalu begitu saja, tenggelam dibalik bentangan pintu kaca kafe yang cukup luas dan terlihat nyaman itu. Kemudian Val beranjak dari tempatnya berhenti.
-
Tidak ada kokokan ayam atau cuitan burung saat matahari pagi menerpa wajah tampannya, Val hanya mendengar bunyi Air Purifier dari kamarnya; hampir semua warga menggunakan alat tersebut. Mata sembabnya memandangi langit-langit kamar tanpa pergerakan sedikitpun, dia juga malas sekali bangun pagi ini. Dingin.
"Kenapa cepat sekali pagi?! Padahal aku baru saja memejamkan mata beberapa jam yang lalu! "
Akan tetapi di segera bangkit. Val punya tanggung jawab yang lebih besar diperusahaan yang ia kendalikan saat ini. Memikul harapan dari ratusan pegawai yang bergantung hidup pada perusahaan yang ia pimpin. Val bergegas membersihkan diri dan bersiap menuju tempat kerja.
Sesampainya,Val berjalan melewati lobby perusahaan dengan torso berbalut pakaian rapi. Sapaan dari para pegawai tak membuatnya surut untuk membalas dengan ramah dan senyuman memikatnya. Setelan jas dan celana biru tua itu menjadi warnanya hari ini. Entah mengapa, semua warna cocok untuk pribadi pemilik boxy smile ini.
Sesampainya dimeja kerja, dia sudah disuguhi oleh tumpukan kertas yang harus ia periksa dan tanda tangani; tentang pengajuan asuransi dan komplain dari nasabah. Namun konsentrasinya terburai kala suara lembut sekretaris Kim menyapa Indra perungunya.
Gadis bergincu merekah itu membungkuk sopan dengan kedua telapak ia letakkan didepan perut ratanya sembari berucap, "Anda ada Meeting bersama devisi customer servis pukul sepuluh siang ini, CEO-nim...!"
Val mengangguk paham dalam tatapan tajamnya, "Baiklah, siapkan proposal yang akan dibahas, aku ingin membaca dan memahaminya dulu!"
"Baik CEO-nim... "
Gadis itu sudah pergi setelah menyampaikan jadwal atasannya, keluar dari ruangan Val. Entah mengapa Val jadi sedikit bersemangat mendengar jadwal meetingnya hari ini. Entah karena devisi tersebut adalah devisi yang paling bisa diandalkan, atau karena hal lain yang akan ia jumpai pada meetingnya kali ini? Tentunya dia harus merapikan sedikit penampilan yang masih baik-baik saja, bahkan belum teracak sedikitpun oleh telapak besarnya.
-
Entah sudah keberapa kali Val memasuki ruangan tidak begitu luas namun paling sering ia kunjungi sejak mulai bekerja disini. Meja panjang dengan bentuk sedikit oval dengan microphone kecil berwarna hitam pada setiap letak kursi, pengeras suara, proyektor, berkas dimeja masing-masing, dan juga, beberapa papan denah dan piagam prestasi yang didapat perusahaan berjejer didinding kedap suara itu.
Didapatinya empat orang duduk menanti kedatangannya, tak lupa pula sebuah rundukan kecil ia lakukan untuk menyapa empat orang tersebut yang kemudian balas membungkuk padanya. Netra Val tertuju pada Reyna yang sedikipun tak mengangkat pandangan.
Namun, tak ingin orang lain menyadari itu, Val segera mengalihkan pandangan pada berkas yang kini ia letakkan diatas meja.
Penghangat ruangan memang sudah dinyalakan beberapa saat lalu. Kendati demikian, entah mengapa Val merasa tubuhnya semakin dingin saja; nervous.
"Baiklah, saya mulai meeting hari ini! "
Semua mengangguk setuju,
"Pak Park, bagaimana menurut anda tentang penerapan sistem baru di devisi anda? "
"Saya rasa itu kurang relevan dan tidak begitu berimbas pada peraturan perusahaan! Mereka akan tetap memaksa devisi kami untuk bertindak seperti yang mereka inginkan! Mencairkan dana asuransi meskipun perusahaan memang berhak menolak! "
Masalah ini tentang beberapa waktu lalu, dimana Reyna mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari teman ayahnya yang memaksa bahkan mengancam akan membuat gadis itu kehilangan pekerjaan. Dan itu sangat mengganggu, terlebih Val melihat sendiri bagaimana sulitnya menjadi seorang Customer service.
"Mereka tidak mau tau tentang peraturan yang sudah menjadi kesepakatan antara perusahaan dengan mereka sebelum menandatangani surat perjanjian tersebut! "
Terlihat Val berbalik dan menatap layar yang ada dibelakangnya, dia memikirkan sesuatu yang bisa menengahi tentang hal ini. Tidak mudah memang, tapi dia harus bisa menemukan titik nyaman antara pegawai dan juga nasabah perusahaannya.
Val membuang nafas kasar, tak menemukan apapun untuk ia sampaikan pada devisi ini selain menjalani apa yang sudah menjadi ketentuan sejak lama.
"Kita tidak bisa merubah apapun pak CEO, ketentuan itu sudah paten dan realistis! " sambung pak Park meyakinkan, membuat Val mengangguk paham akan apa yang sudah tertulis oleh sang ayah. Val sadar, ayahnya bukan seorang pebisnis yang amatiran, dia juga mulai sadar bagaimana perjuangan sang ayah saat memulai semua bisnisnya dari awal; tentu saja sangat sulit menarik kepercayaan orang untuk menginvestasikan, atau bahkan hanya menitipkan uang mereka. Hingga kini perusahaan mereka sangat besar, dan juga terkenal dikalangan penjuru Korea.
"Baiklah, jika begitu! Peraturan ini teta berlaku! Tidak ada perubahan!" tegasnya sambil memutar tubuh untuk melihat peserta meeting. "Jika terjadi hal serupa, aku yang akan turun tangan menghadapi mereka!"
Reyna tercekat mendengar penuturan Val, yang mungkin itu semua merujuk pada dirinya.
"Karena aku tidak ingin kehilangan pegawaiku!"[]
To be Continued,
Terima kasih sudah membaca.
Bye...
See You Next Chapter...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Safini Azizah
Nex....🌹
2022-05-16
2