"Rintik hujan sungguh membuatku semakin membencinya, malam ini. Kenapa kau datang disaat yang tidak tepat?! Aku sungguh ingin menghapus semua kenangan tentang aku, tentang kita. Sungguh... "
(+)
Hujan turun dengan deras, mungkin turut mengisyaratkan isi hati Reyna saat ini, sungguh pedih. Bahkan Reyna bertanya-tanya, mengapa di saat semua sudah mulai berhasil ia lupakan, kini semuanya kembali terlihat secara nyata. Menyapa bak sebuah petir di teriknya Mentari musim panas.
Reyna melewati bilah pintu kamar rumah sewanya dengan tatapan kosong, bersandar pada bilah pintu yang sudah kembali terkatup rapat. Merosotkan tubuh dan menekuk kedua kaki untuk menyembunyikan wajah cantik yang terasa menyedihkan miliknya, terisak namun tertahan. Benar-benar menyakitkan.
Mungkin dia akan lebih memilih menahan tangisnya itu menjadi sebuah rasa benci yang baru, dari pada meluapkan dalam tetes airmata. Dia rasa sudah lelah dan percuma. Sia-sia saja.
"Memuakkan! Dari sekian banyak penduduk korea, mengapa harus dia yang muncul dari ruangan itu!!"
Ponselnya tiba-tiba bergetar, menampilkan nama HyuJi pada pendar display persegi pintar tersebut. Reyna meraihnya perlahan, bagaimanapun mereka bersahabat, akan tetapi, Reyna tidak ingin membuat Hyuji kembali terjerembab kedalam masa kelam bersama dirinya seperti dulu.
Reyna mengatur nafas agar lebih tenang. "Eoh, ada apa Hyu? "
"Yah! Ada hubungan apa kau dengan CEO kita eoh??! Mereka sibuk membicarakanmu! "
"Aku akan menceritakan padamu besok!"
"Baiklah! Kau berhutang penjelasan padaku! "
Panggilan itu berakhir begitu saja, membuat Reyna meletakkan ponsel itu kasar, dipenuhi rasa frustasi, kemudian meremas kuat rambut dikepalanya.
Mengapa hujan harus turun malam ini? Ritme hujan yang masih sama seperti masa lalu yang begitu menyakitkan, dulu. Disaat semua kenangan lama yang menyakiti hatinya hampir terobati muncul kembali, menyeruak menyakitkan bersama tetesan tangisan langit yang jatuh membasahi bumi.
Berusaha melupakan pun percuma, semua sudah terjadi, dia hanya ingin baik-baik saja setelah bertemu seperti ini, tapi nyatanya semua itu mustahil. Menarik kembali Reyna kedalam gulungan memori masa lalu.
Telapak Reyna turun melewati bahu yang berguncang, dan berhenti tepat di dada dan meremat kuat baju yang membalut tubuhnya. Sebisa mungkin tak menangis, tak ingin kelihatan lemah didepan diri sendiri.
"Aku bisa! Aku bisa! " tutur Reyna sembari memukul-mukul dada, berharap rasa sakit di hatinya pergi. Berulang kali Reyna menahan sesakit apa rasanya air mata yang masih memaksa ingin lolos dari pelupuk mata. Sungguh sakit; sakit sekali.
Akhirnya tangis itupun meledak, membuncah dalam isak. Dalam bayangan masa lalu yang menyenangkan, dan berakhir perih. Teringat jelas bagaimana pemuda itu memperlakukan dirinya dengan baik saat itu, senyuman ia sunggingkan diantara isak. Namun bayangan tentang sahabat yang merebut kekasihnya terlintas, rasa ngilu kembali menghujam jantung Reyna, menusuk jauh tak terhingga dan membuat hancur menjadi kepingan.
Kendati demikian, Reyna berusaha sebisa mungkin memaafkan sahabatnya itu. Sahabat yang sudah menghancurkan kepercayaanya dulu, sahabat yang sudah seperti rumahnya sendiri saat masih duduk dibangku sekolah. HaNa.
"Mereka akan menikah! Seharusnya aku bahagia karena temanku berhasil menjaganya dengan baik!"
Reyna berusaha bangkit dengan sisa tenaga yang ada pada raganya, hanya saja, tubuh itu tiba-tiba terhuyung, tenaga itu menghilang begitu saja, bahkan tak sampai hanya untuk sekedar mencapai ranjang. Reyna tersungkur, dan menangis semakin mengerikan. Memukul kedua kaki yang tak bersalah, melampiaskan semua emosi yang menyeruak dari dalam hatinya.
"Kenapa kau seperti ini! Kenapa~!!!" teriaknya keras diantara isak tangis.
Dia bahkan tak tau menujukan kalimat itu untuk siapa, kakinya yang bergetar dan lemas? Dirinya yang tak mampu melupakan masa lalunya yang memuakkan? Atau... Val yang lebih memilih sahabatnya daripada dirinya? Entah.
•
•
•
•
Sang arunika kembali menyapa, pias cahaya redupnya tidak menghangatkan pun tidak membuat tubuh semakin menggigil. Menyusup masuk melalui celah tirai yang tidak tertutup sempurna.
Val membuka netranya perlahan, mengerjap dengan mata sedikit sembab, lalu meraih ponsel yang ada diatas nakas. Dia mengulum senyum saat kekasih yang juga calon istrinya itu sudah mengirim pesan singkat sekitar 30 menit yang lalu. Val bangkit perlahan dan bersandar pada kepala ranjang, mengetik balasan untuk sang kekasih kemudian mengedarkan pandangan pada tirai berwarna abu-abu yang tergantung nyaman. Memijat perlahan dahinya yang terasa berat, lalu menyibakkan selimut tebal yang membungkus dirinya semalaman, kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan kembali memulai aktifitas.
Dia menatap pantulan wajahnya pada cermin. "Apa aku masih bisa menemuinya setelah semua ini? Aku bahkan tak mengira jika dia bekerja di kantor ayah! Ya Tuhan, haruskah aku menyakiti Reyna lagi seperti ini? "
Tentunduk dan tenggelam oleh rasa kecewanya sendiri, menatap cincin yang melingkar dijari manis tangan kirinya. Val mengingat sosok Reyna yang kembali hadir membayangi perasaannya. "Mengapa aku harus mengecewakan Reyna sekali lagi?" Val bergumam penuh sesal.
"Aku memang pecundang!"[]
To Be Continued,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Kustri
sahabat lg sahabat lg yg merebut, sakit'a tuh dsni🫶❤️🔥
2023-06-24
1
Nur Ain
Ooo inilah yg sakit apa bila sahabat sendiri merebut
2020-11-13
1