"Jagalah seseorang yang kau cintai dan sayangi, atau kau akan menyesal saat kehilangan dia yang tak mungkin bisa kembali lagi padamu! Bahkan jika bisa memutar waktu sekalipun, semua akan percuma"
-VizcaVida-
(+)
Salju tidak turun hari ini, melainkan sesuatu yang membuat ingatan dan juga kenangan buruknya saat itu kembali menguar. Menghajar habis rasa percaya diri yang selama ini ia bangun susah payah. Aroma petrikor yang seharusnya begitu menyenangkan, terasa begitu menyesakkan. Membuat jantungnya berdegup lebih cepat.
Reyna meremat perlahan kemeja satin yang ia kenakan, memejam, merasakan pahit yang mulai naik ke kerongkongan, mencekik hingga sulit bernafas. Ia tak tau harus berekspresi seperti apa. Bahagia kah? Bersedih kah? Atau, lebih baik dia diam saja dan menikmati setiap rasa sakit yang kembali menghujam jantung dan hati. Sepertinya opsi ketiga adalah pilihan terbaik.
"Okey, semua akan baik-baik saja! semua akan baik-baik saja! " gumamnya perlahan sembari mempererat rematan pada kemeja.
Reyna mencoba mengingat semua hal bahagia yang sudah ia lewati untuk membunuh semua pahit yang terasa begitu menyiksa.
Seperti berada diruang yang gelap dengan kedua Netra yang terbuka lebar, sangat gelap. Mengerikan. Berdiri sendirian tanpa siapapun. Ketakutan, ingin menangis namun tertahan. Tidak ada seorangpun yang ia temukan disana.
Hingga kehadiran seseorang mampu mengembalikan kesadarannya. Nafas Reyna terengah hebat, wajahnya memerah menahan sebuah rasa benci yang begitu menyeruak, menguasai dan juga mengungkungnya.
"Anda baik-baik saja nona? "
Reyna menoleh dalam kejut, dengan ekspresi kacau yang membuat seseorang disampingnya merasa khawatir.
"Nona, apa anda sedang sakit? "
Seorang pria, usianya terlihat masih sangat muda. Namun terlihat jelas sikap baik dan sopan dari aura yang ia pancarkan. Jika ditilik kembali, sepertinya pria muda ini dibesarkan dan berasal dari keluarga yang baik.
"Ah, tidak! A-aku baik-baik saja! Hanya saja kepalaku sedikit pusing! "
"Apa nona mau diantar kerumah sakit? "
"Tidak, tidak!! " jawab Reyna cepat. Ia tau betul jika dirinya memerlukan semua itu, cukup mengingat sesuatu yang indah dan semua akan berlalu. "Aku benar-benar tidak apa-apa kok! " lanjutnya.
"Aku sengaja berhenti disini karena nona terlihat tidak baik-baik saja! "
Haruskah ia mengatakan beban hatinya agar lebih baik? Tidak, itu tidak benar! Bahkan Reyna tak mengenal pemuda disampingnya tersebut.
"Ma-maaf sudah membuatmu khawatir! Sejujurnya, aku baik-baik saja! Kau bisa melanjutkan perjalananmu! "
Pemuda itu tak memutus kontak matanya sedikitpun, dia bahkan bisa menebak dengan jelas jika Reyna sedang berbohong dan menyembunyikan sesuatu.
"Baiklah, maaf sudah membuat anda terkejut nona!"
Pemuda itu lantas berdiri, membungkuk sopan sebagai tanda bahwa dia akan pergi. Reyna membalas dengan sedikit membungkuk dalam posisinya.
"Ah, panggil saja aku John! " ucapnya tiba-tiba memperkenalkan diri sembari menyematkan sebuah senyuman manis, menampakkan deretan giginya yang putih.
Reyna mengerjap, mencoba menerka mengapa pemuda itu menyebutkan nama tanpa ia minta.
"Aku harap bisa bertemu kembali dengan anda nona! "
Well, Reyna tidak tau harus membalasnya dengan jawaban layak seperti apa. Kendati demikian dia memberikan senyuman canggung sebagai jawaban.
"Senang bertemu denganmu!" Jawab Hyuji dengan balas tersenyum dengan lembut.
***
Percikan air hujan, rambut hitam dan lurus yang jatuh melewati bahu, tubuh lemah, nafas yang memburu, kedua kaki yang bergetar seolah tak sanggup menahan bobot tubuh, seragam dan sepatu sekolah yang sudah kuyup oleh tangisan langit. Tepat dibawah pohon akasia yang sudah mulai menggugurkan setiap helai daunnya.
Hatinya seperti dihantam oleh sebuah meteor, hancur berserakan, tak bersisa. Reyna melihat Val yang sedang menautkan birainya pada seorang gadis, yang tak lain adalah sahabat yang sungguh ia agungkan. HaNa.
Kedua netranya menjatuhkan air mata, membaur bersama air hujan yang terus menghujam.
"Pasti ini hanya mimpi kan? " lirih Reyna tak percaya dengan apa yang sedang kedua maniknya saksikan.
"Seseorang, tolong bangunkan aku dari semua ini! Dari mimpi buruk ini! Tolong..."
Tubuh Reyna semakin bergetar, hingga tanpa sadar dia sudah terjerembab diatas tanah, beralas dedaunan yang berserahkan diatas aspal jalan. Terisak, tersedu, bahkan nafasnya tak lagi sanggup ia rasakan.
Terlampau sakit.
Suara tangisan langit seolah menelan semua rintihan hatinya yang terluka, menganga, perih. Hingga ia merasakan sebuah telapak yang meraihnya, menariknya dalam sebuah dekapan erat.
"Aku sudah katakan padamu bahwa kita akan bertemu lagi bukan? "
Suara yang familiar, Reyna meluapkan semua tangisnya pada dada bidang yang tepat berada dihadapannya.
Reyna membuka spontan kedua maniknya, mendapati langit-langit yang sedang meredam bunyi titik air yang berjatuhan. Peluh membasahi setiap inci pada pori-pori kulitnya, dengan cepat dia membuka laci pada nakas di samping tempat tidur.Meraih sebuah botol kecil dan mengeluarkan beberapa butir obat untuk segera ia telan.
"Mi-mimpi itu kembali lagi! "
Reyna ketakutan, meraih ponsel yang juga berada diatas nakas. Pukul dua dini hari.
"A-aku akan datang menemuinya lagi besok!"[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Safini Azizah
nyimak...
2022-05-16
1