"Ruangan mu sangat luas dan juga nyaman. Begini kah rasanya ruangan seorang CEO perusahaan besar." ucap Elvira sambil mengagumi interior yang ada di dalam ruangan itu.
"Kenapa kamu tiba-tiba terlihat seperti orang udik, perasaan rumah ku jauh lebih mewah dari ruangan kecil ini." ucap Ivan mengejek.
Rumah Ivan memang sangat mewah dan dilengkapi dengan berbagai interior yang elegan dan juga mahal. Apalagi ditambah dengan para pekerjanya yang terkesan formal dan berseragam. Memberi kesan sebuah rumah yang dihuni oleh bangsawan pada zaman abad ke 20-an.
Akan tetapi tingkah istrinya terlihat biasa saja walaupun dia sedikit terkejut. Namun saat Elvira sampai di ruangan ini, dia langsung bertingkah seperti orang yang baru pertama kali masuk ke sebuah ruangan mewah. Padahal menurut Ivan ruangan ini biasa saja.
Elvira tidak peduli dengan ejekan suaminya. Ia hanya ingin melihat ruangan ini lebih banyak dengan perasaan yang menggebu-gebu.
"Aku ini lulusan sarjana ekonomi. Cita-citaku adalah memiliki sebuah perusahaan besar dan bekerja di ruangan luas seperti ini.
Hahh, aku tidak menyangka bahwa sebelum aku menjadi pengusaha besar, aku lebih dulu menikahi seorang CEO sukses." ucap Elvira memuji.
Mendengar hal itu Ivan pun tertawa. Ia mendekat dan memeluk Elvira dengan sangat erat.
"Jika kamu suka, kamu bisa bekerja di sini mendampingiku baik sebagai sekretaris ataupun asisten pribadi. Kamu bisa belajar bagaimana cara menangani sebuah perusahaan dengan mengikuti ku kemana-mana. Jika kamu sudah berpengalaman, maka bukalah sebuah perusahaan sendiri."
Mendengar hal itu Elvira pun terdiam. Ia ingat ketika ia mengatakan cita-citanya kepada sang ayah di masa lalu. Laki-laki tua itu menghardiknya, dan mengatakan bahwa keluarga mereka bukanlah seorang pengusaha, dan sangat tidak cocok untuk background keluarga mereka di bidang hukum.
Mereka meremehkannya dan menganggap bahwa ia tidak akan mampu melakukan hal itu. Mereka pikir ia terlalu bodoh dalam mengambil keputusan dibandingkan anggota keluarganya yang lain.
Saat Elvira bertemu dengan Zayden, mereka memiliki cita-cita yang sama dan itu membuat mereka semakin dekat secara perlahan. Elvira berpikir bahwa laki-laki itulah orang yang tepat untuk mendampinginya. Orang yang akan dia ajak berjuang untuk mewujudkan cita-cita yang ia impikan. Akan tetapi ternyata laki-laki itu membuktikan ucapan keluarganya bahwa ia salah mengambil keputusan. Bukan hanya keputusan untuk karirnya di masa depan, tapi juga keputusan dalam memilih laki-laki sebagai suaminya.
Namun sekarang semuanya berbeda. Laki-laki di depannya adalah suaminya sekarang. Ketika ia mengatakan pada Ivan bahwa ia ingin memiliki sebuah perusahaan sendiri, Ivan justru mengatakan bahwa ia bisa melakukannya dan membuka perusahaannya sendiri di masa depan. Hal tersebut membuat Elvira merasa begitu terharu, mengingat ia baru bertemu dengan Ivan beberapa waktu yang lalu, tapi itu begitu mendukung dan percaya pada setiap keinginannya. Sangat jauh berbeda dengan orang tua kandungnya, yang justru tak pernah percaya pada setiap keinginan yang ia putuskan dalam hidupnya .
"Apakah menurutmu aku mampu?"
"Kenapa kamu menanyakan hal itu? Bukankah kamu salah satu mahasiswa berprestasi di kampus mu? Membuka sebuah perusahaan memang tidak mudah tapi juga tidak sulit. Selama kamu mau belajar maka semuanya pasti akan terwujud. Aku akan mendampingi mu sampai kamu benar-benar memiliki rencana yang matang dan juga kepercayaan diri yang kuat untuk membuka sebuah perusahaan. Dalam dunia bisnis tidak cukup hanya modal dan juga rencana, yang paling penting dari semua itu adalah pengalaman dan juga mental yang kuat. Karena tidak semua rencana itu berhasil dan tidak semua modal akan menguntungkan. Kamu hanya perlu mengulang dan mengulang sampai kamu benar-benar berhasil menemukan bisnis yang cocok untuk kamu kerjakan sendiri."
Mendengar hal itu, Elvira membalas pelukan suaminya dan tersenyum sumringah. "Kalau begitu, apakah suamiku mau menjadi investor ku di masa depan?"
Mendengar panggilan 'suami' dari mulut kecil istrinya telah berhasil membuat Ivan kehilangan akal untuk beberapa saat. Ia tidak menyangka panggilan sederhana itu akan membuat jantungnya berdebar sangat kencang.
"Kamu memanggilku suami ketika kamu membutuhkan investor?"
"Lalu kamu ingin aku membayar mu dengan apa? Dengan tubuhku? Bukankah kamu bisa menggunakannya seumur hidupmu?" ucap Elvira centil sambil membelai dasi suaminya dengan gerakan yang menggoda.
Mendengar rayuan istrinya, Ivan pun menelan ludahnya kasar. Ia benar-benar tergoda untuk mengeksekusi istrinya saat ini juga. Entah kenapa ia ingin melihat tingkah centil istrinya yang seperti ini di tempat tidur. Akan tetapi sebelum pikiran kotor Ivan berjalan lebih lama, suara sekretarisnya berhasil membuatnya tersadar kembali ke dunia nyata.
"Upss, maaf pak. Saya kira bapak sedang tidak ada tamu, soalnya pintu bapak tidak ditutup. Kalau begitu saya permisi dulu."
Mereka terlalu asik saat berduaan hingga mereka lupa bahwa pintu belum mereka tutup. Betapa malunya Elvira saat bermesraan dengan suaminya dan dilihat oleh orang lain secara tidak sengaja. Ia pun segera melepas pelukannya dari ivan dan menunduk malu.
Saat Ivan melihat hal itu, ia pun ikut tersenyum. Ia ingin menggoda istrinya lebih banyak, akan tetapi ia tahu bahwa sekarang waktunya bekerja. Jadi ia akan menundanya untuk sementara dan melanjutkan misi eksekusi setelah semuanya usai.
Ivan pun menoleh ke arah sekretarisnya yang juga terlihat malu dan segera ingin keluar.
"Tunggu, katakan saja tujuanmu kemari?"
Sekretaris itu pun berbalik kembali dan tersenyum ke arah Elvira dengan hormat. Lalu kembali ke arah Ivan dan memberikan beberapa lembar dokumen.
"Rapat laporan direksi sudah akan dilaksanakan. Semua orang sudah menunggu dan pak Ivan dipersilakan untuk segera masuk ke ruang rapat."
"Oh baiklah. Aku akan datang sebentar lagi."
"Baik pak."
Setelah itu sang sekretaris pun segera keluar dan tak lupa menutup pintu agar mereka bisa bermesraan tanpa diganggu siapapun.
Sekretaris Ivan adalah seorang laki-laki yang berumur 30-an tahun. Ia bukanlah satu-satunya sekretaris yang dimiliki Ivan, akan tetapi ia adalah salah satu yang paling sering mendapatkan perintah dan dekat juga dengan Ivan. Jadi dapat dikatakan bahwa ia sangat terkejut saat melihat bosnya yang tak pernah dekat dengan wanita manapun sedang berpelukan di dalam ruangan kantor.
Wajahnya pun langsung memerah dan sedikit malu karena melihat secara langsung bosnya yang sedang bermesraan tanpa sengaja.
"Kenapa wajahmu sangat merah? Apa kamu dimarahi oleh Bos Duren?"
Julukan Bos duren diperuntukkan pada Ivan karena para karyawan selalu menyebutnya sebagai Bos duda keren. Akan tetapi sepertinya gelar itu akan menghilang karena bos mereka sudah memiliki tambatan hati yang baru.
"Ohh sepertinya kita tidak bisa lagi memanggil bos dengan sebutan duren lagi."
"Kenapa?"
"Karena tadi aku melihat bos sedang berpelukan dengan pacarnya di dalam ruangan."
Semuanya pun langsung tercengang dan berteriak heboh. Baik laki-laki ataupun perempuan, baik yang sudah menikah ataupun tidak. Mereka semua mengagumi Ivan karena dia adalah bos yang tampan dan baik. Jadi mereka tak pernah ketinggalan informasi terkini soal bos mereka terutama soal setiap wanita yang ada di dekatnya.
"Wahh, jadi rumor di grup chat perusahaan itu benar?"
"Jika karyawan lain tau, pasti mereka akan lebih heboh lagi dari sebelumnya."
"Aku senang bos Ivan punya pacar lagi. Tapi tetap saja aku merasa patah hati hwaaaaaaa."
Mereka pun menghibur karyawan lain yang bersedih, lalu melanjutkan gosip mereka dengan mengumpulkan informasi yang lebih banyak. Akan tetapi itu tak berlangsung lama, karena setelah beberapa saat Ivan pun keluar sambil menggandeng Elvira di tangannya. Seolah ingin mengatakan kepada semua orang bahwa ia sekarang sudah ada yang punya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments