Suasana rumah Ivan terkesan sepi dan sedikit mencekam saat ia menutup pintu setelah mengantar Juan pergi. Bukan tanpa alasan mengingat alergi yang dimiliki oleh Qilla berdampak pada pekerjaan orang-orang yang ada di dalamnya.
Semua orang tahu bahwa Ivan sangat ketat terhadap kesehatan putrinya. Tidak ada satupun makanan atau pun segala sesuatu yang menyakiti putrinya boleh ada di rumah ini. Akan tetapi hari ini sepertinya ia kecolongan, namun Ivan merasa bahwa ini bukanlah salah Elvira. Melainkan salah para pelayannya.
"Siapapun yang bekerja terkait dengan urusan dapur hari ini dipecat."
Ketua pelayan yang mendengar hal itu pun langsung kaget. Ia tahu bahwa Ivan adalah orang yang lembut namun sangat tegas, akan tetapi ini pertama kalinya Ivan memecat banyak orang dalam satu waktu sekaligus.
"Tapi tuan, mereka hanya membantu dan tidak ikut terlibat dalam pengolahan bahan makanan. Nyonya lah yang memasak semua menu yang telah disediakan."
Ivan pun mengerutkan dahi dengan tatapan yang tak suka.
"Jadi kamu berfikir bahwa itu salah istriku?"
Ketua pelayan itu pun langsung menunduk dan terdiam. Sebagai pelayan yang telah melayani Ivan selama bertahun-tahun, membuat Ivan mengerti bahwa diamnya pelayan tersebut berarti persetujuan. Dan itu telah berhasil membuat Ivan semakin marah.
"Kamu bekerja untuk keluargaku selama bertahun-tahun dan kamu tahu betul apa saja yang tidak bisa dibawa masuk ke dalam rumahku. Istriku adalah nyonya rumah dan dia tidak memiliki kewajiban untuk menghafal hal-hal remeh semacam itu. Tapi kamu sebagai pelayan dibayar untuk mengingat semuanya, bahwa tidak ada satupun makanan yang berbahan dasar makanan yang dapat membuat alergi Qilla kambuh. Kalian tidak dibayar untuk membuat kesalahan. Mengingat pekerjaanmu selama bertahun-tahun di rumah ini, maka aku akan memaklumi mu tapi jika hal itu terjadi lagi, maka kemasi lah barang-barang mu dan ikutlah bersama mereka."
Pelayan itu pun menganggukkan kepala sebagai isyarat bahwa ia mengerti tentang apa yang dikatakan Ivan padanya.
Ivan enggan untuk menanggapi lebih banyak hal-hal semacam ini. Ia adalah orang yang kaya dan membayar sangat mahal semua orang yang bekerja padanya. Tentu saja dengan bayaran sebanyak itu ia mengharapkan pelayanan terbaik terutama untuk putrinya. Ia terlalu malas untuk memperkerjakan para amatir dan coba-coba untuk mentraining mereka di rumahnya. Ivan selalu memperkerjakan para profesional dan memiliki pengalaman yang cukup untuk bisa bekerja di rumahnya. Jadi Ivan tak akan mentolerir apapun yang dapat membuat kenyamanannya terganggu.
Demi kesehatan putrinya, Ivan bukan hanya bekerja dengan sangat keras untuk mencari uang sebanyak-banyaknya agar kesehatan putrinya terjamin, tapi ia juga menciptakan lingkungan yang sangat nyaman untuk membuat putrinya bahagia. Sebab putrinya merupakan satu-satunya orang yang paling berharga dalam hidupnya saat ini. Akan tetapi gadis kecil itu bukan lagi satu-satunya dalam hidupnya sekarang, ada orang lain yang masuk ke dalam hatinya dan menjadi tanggung jawabnya yaitu Elvira. Ia tidak membutuhkan cinta untuk membuat wanita itu bahagia. Ia telah menikahinya dan ia memiliki kewajiban untuk membuat wanita itu bahagia. Jadi bagaimana bisa ia menyalahkan wanita itu dalam hal semacam ini.
Setelah itu, Ivan kembali ke kamarnya dan melihat dua sosok paling berharga dalam hidupnya. Keduanya sedang berkomunikasi menggunakan iPad untuk saling mengerti satu sama lain.
Namun kini, komunikasi mereka terhenti saat melihat Ivan berdiri di depan mereka sekarang. Laki-laki itu masih terlihat tenang dan berwibawa seperti biasanya. Hal tersebut membuat Elvira tersipu malu dan memberikan sedikit tempat untuk Ivan berbaring di sebelahnya.
Elvira menyadari bahwa keharmonisan hubungannya dengan Ivan sangat berpengaruh pada pertumbuhan Qilla. Walaupun mereka tak bisa mesra seperti pasangan pada umumnya, akan tetapi bukan berarti mereka tak bisa dekat untuk membuat Qilla nyaman melihat mereka.
Dan hasilnya mereka bertiga kini berada di ranjang yang sama.
"Bagaimana keadaan Qilla, apakah masih pusing seperti sebelumnya?" ucap Ivan menggunakan bahasa isyarat.
"Tidak."
Mendengar jawaban tegas sang putri, Ivan pun tersenyum bahagia. Setelah itu dia melihat istrinya sekilas lalu menatap Qilla sekali lagi.
"Apakah kamu mau tidur bersama ayah dan ibu malam ini?"
"Tidak."
"Hmm, kenapa?"
Qilla pun menyerngitkan dahi tidak suka. "Kalau Qilla tidur dengan ayah dan ibu, maka Qilla jadi tidak bisa punya adik."
Mendengar jawaban putrinya Ivan pun tertawa keras. Ia tidak tahu siapa yang mengajari sang Putri, akan tetapi jawaban itu cukup untuk mengingatkan Ivan bahwa ia belum benar-benar tidur bersama istrinya.
Melihat ayah dan anak itu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, Elvira pun merasa bingung dan tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
"Kenapa kamu tertawa?"
Melihat wajah Elvira yang terlihat penasaran, Ivan pun mendekat ke arah sang istri dan berpikir untuk menggodanya.
"Aku menawarkan Qilla untuk tidur bersama kita malam ini, tapi dia menolak. Dia mengatakan bahwa jika kita tidur bertiga, adik yang sangat dia nantikan mungkin tidak akan lahir dalam waktu dekat."
Mendengar hal itu wajah Elvira langsung memerah. Ia tidak menyangka bahwa anak sekecil itu akan mengerti dengan hal-hal semacam itu.
Ivan dapat melihat dengan jelas wajah pemalu istrinya. Jadi ia menggenggam bahu sang istri dengan sedikit meyakinkan.
"Kamu tenang saja, kita akan memiliki anak setelah kamu benar-benar sudah siap. Aku tidak terburu-buru untuk memiliki anak kedua, lagipula kamu masih muda jadi kita memiliki lebih banyak waktu di masa depan."
Elvira tentu saja mengerti apa yang dimaksud dengan Ivan tentang anak kedua. Sebagai seorang wanita yang telah siap menikah tentu saja ia sempat memikirkan soal anak. Akan tetapi seperti halnya yang dikatakan oleh Ivan sebelumnya bahwa mereka tak perlu terburu-buru. Mereka memiliki lebih banyak waktu untuk saling mengenal sebelum memutuskan untuk memiliki seorang anak di masa depan.
Bagi Elvira saat ini hubungan mereka bertiga jauh lebih penting dibandingkan dengan menambah anggota keluarga yang baru. Elvira ingin lebih dekat dengan putri kecilnya dan ingin mengenal Ivan lebih banyak. Setelah semua itu barulah ia akan menambah tanggung jawab untuk memiliki anak kedua.
Elvira pun menulis di iPad sambil memandang putrinya. Ia tahu bahwa anak sekecil itu telah lama mendambakan seorang adik mengingat dia seorang anak tunggal. Akan tetapi Elvira ingin memberikan alasan yang paling logis untuk membuat anak itu mengerti bahwa anak kedua mungkin akan menyusul lebih lama dari perkiraannya.
"Ibu baru bertemu dengan Qilla belum lama ini, jadi ibu benar-benar ingin dekat dengan Qilla lebih lama. Ibu belum bisa membagi kasih sayang kepada Qilla dengan adik baru Qilla yang akan datang. Jadi Qilla harus bersabar untuk menunggu adik lebih lama lagi, apakah Qilla mengerti?"
Anak itu pun terlihat kecewa akan tetapi ia mengangguk dan setuju. Hal tersebut membuat Ivan merasa bangga dan memeluknya. Ia tahu putrinya sangat ingin memiliki adik, akan tetapi ia juga tahu bahwa putrinya adalah anak yang sangat masuk akal. Jika mereka memberikan alasan masuk akal maka ia akan mengerti dan menyanggupinya. Dan hal tersebut telah dibuktikan oleh Elvira saat ini. Wanita itu memberikan pengertian yang sangat masuk akal dan dapat diterima oleh putrinya. Elvira juga sangat sabar untuk mengatakan kalimat satu persatu agar putrinya tak merasa sakit hati ataupun kecewa.
Mereka pun akhirnya tidur bersama di ranjang yang sama untuk pertama kalinya. Qilla pun merasakan untuk pertama kalinya dipeluk oleh orang tua yang lengkap yaitu ayah dan ibu. Hal tersebut membuat gadis kecil itu merasa bahwa sakitnya kali ini telah membawa kebahagiaan yang begitu besar untuknya. Ia juga berpikir mungkin menunda untuk memiliki adik adalah alasan yang masuk akal sehingga ia bisa dipeluk oleh orang tuanya untuk waktu yang lama di masa depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments