Elvira menatap ke luar sambil melihat pemandangan menuju luar kota. Tempat ini adalah tempat kelahirannya, ia sangat mencintai tempat ini. Tapi sekarang ia sudah menikah dan akan meninggalkan tempat ini untuk waktu yang lama. Elvira berharap semoga di kota baru nanti ia akan memulai lembaran baru bersama Ivan.
Elvira menatap Ivan dengan perasaan bersyukur. Walaupun ia menikah dengan orang asing, tapi Ivan begitu baik bahkan lebih baik dari Zayden.
"Seperti apa rumahmu?" ucap Elvira bertanya.
Mendengar pertanyaan istrinya, Ivan tersenyum sumringah. Ia terus mengemudi dengan begitu serius, tapi ia tak pernah lupa sesekali memerhatikan tingkah Elvira. Ia takut gadis itu akan kembali sedih seperti sebelumnya. Akan tetapi sepertinya ia terlalu mengkhawatirkannya, karena Elvira saat ini begitu tenang. Seolah dia telah menerima semua keadaan yang ada.
"Rumah ku tidak terlalu besar, cukup untuk kita hidup bersama. O ya, aku lupa mengatakan padamu sebelumnya. Aku sudah pernah menikah dan aku memiliki seorang putri di rumah."
Setelah Ivan mengucapkan kalimat itu, Elvira terdiam untuk waktu yang lama. Hal itu membuat Ivan berkeringat dingin. Ia takut Elvira tidak bisa menerima kondisinya yang seorang duda dengan satu anak.
Elvira bukanlah orang bodoh, ia selalu tau bahwa Ivan adalah orang yang tampan dan mapan. Jadi tidak mungkin selama ini ia tidak memiliki seorang wanita yang menemani hidupnya. Hanya saja Elvira tidak menyangka bahwa Ivan akan memiliki seorang putri. Hal itu membuat Elvira membutuhkan waktu yang lama untuk berfikir lebih banyak. Menjadi istri bukan sesuatu yang mudah, apalagi memiliki seorang anak.
Elvira menatap Ivan sekali lagi dan melihat ada sedikit warna pucat di bibir laki-laki itu. Elvira pun menyadari rasa gugup yang dimiliki Ivan. Sebagai seorang suami dan seorang ayah, memang sudah sewajarnya Ivan merasa khawatir tentang hubungan Elvira bersama putrinya di masa depan. Hal itu membuat Elvira merasa bahwa Ivan adalah orang yang sangat baik. Sangat jarang laki-laki seperti Ivan yang merawat putrinya seorang diri tanpa istri di sampingnya. Pasti itu sangat sulit untuk Ivan.
Jika Elvira mengingat perlakuan orang tuanya padanya saat ini. Maka Elvira dapat membayangkan betapa baiknya Ivan sebagai orang tua. Ia masih mengkhawatirkan anaknya yang akan memiliki ibu tiri. Selain itu dia juga khawatir pada pasangannya yang tidak cocok dengan putrinya.
Setelah menunggu lama, kekhawatiran Ivan semakin tinggi. Hal itu membuatnya ingin membujuk Elvira lebih banyak. Ia ingin Elvira menerima kondisinya dan tetap menjadi istrinya. Tapi sebelum Ivan membujuk, suara Elvira telah berhasil memecahkan keheningan mereka.
"Berapa umur putrimu?"
Mendengar pertanyaan tidak terduga, Ivan pun kaget dan ia menjawab untuk waktu yang cukup lama.
"Ya-ya-yah? Oh! Maaf aku kurang fokus. Putriku berumur 8 tahun," ucap Ivan sambil tergagap karena gugup menjawab pertanyaan Elvira.
Elvira tersenyum melihat sikap Ivan yang begitu lucu. "Dia sangat beruntung memiliki ayah sepertimu."
"Ah?"
Ivan tidak mampu berfikir lebih lanjut saat melihat senyum Elvira saat memujinya. Ia merasa Elvira sangat cantik saat tersenyum. Hal itu membuat Ivan merasa bahwa senyum itu harus ia lindungi.
Tanggapan Elvira pada statusnya sebagai duda yang memiliki anak benar-benar diluar dugaan. Ia pun menjadi optimis dan merasa bahwa Elvira akan menyayangi anaknya di masa depan.
Elvira begitu cantik kepribadian yang baik. Pasti tidak sulit bagi anaknya untuk menyukai Elvira.
"Dia juga beruntung karena menjadi anak dari Ibu seperti mu."
Elvira pun langsung terdiam.
Mereka akhirnya menikmati perjalanan dengan ditemani alunan musik merdu dari radio. Perasaan Elvira tak lagi kusut dan Ivan lega karenanya. Perjalanan ini memakan waktu hampir 2 jam.
Ivan sebenarnya tidak terbiasa melakukan perjalanan jauh seorang diri. Ia biasanya diantar supir, akan tetapi ia sengaja meminta untuk tak diantar karena ingin berduaan dengan Elvira. Dan sepertinya pilihan itu adalah pilihan yang tepat. Sekarang ia selangkah lebih dengan gadis itu.
Perasaan semacam ini adalah jenis perasaan yang baru pertama kali Ivan rasakan. Ia tidak pernah menyangka akan jatuh pada pesona seorang gadis dalam waktu yang begitu singkat. Bahkan ini belum 24 jam saat mereka pertama kali bertemu. Ivan tak bisa membayangkan bagaimana perasaannya ketika itu berlangsung selama bertahun-tahun. Mungkin ia akan sangat mencintai Elvira dan rela mati untuknya. Itu terdengar mengerikan, tapi memang seperti itu keadaannya. Elvira telah membuat Ivan jatuh cinta padanya.
Mendengar alunan musik yang merdu dan halus. Serta pemandangan indah diperjalanan membuat Elvira sedikit mengantuk. Matanya menjadi berat, apalagi mengingat semalam ia kurang tidur karena menangisi Zayden. Laki-laki brengsek itu telah berhasil membuatnya patah hati dengan cara yang begitu menyakitkan.
Ivan yang selalu memperhatikan istrinya perlahan mulai tersenyum saat melihat Elvira yang menahan ngantuk. Ia pun menepuk pelan kepala Elvira sambil terus melihat ke depan.
"Tidurlah, aku akan membangunkan mu ketika kita sudah sampai."
Mendengar tawaran menggiurkan itu, Elvira pun langsung menutup mata dengan segera. Ia tidur dengan sangat pulas. Akhirnya setelah banyak kesusahan yang ia rasakan, ia akhirnya dapat tidur dengan tenang.
Perjalan masih jauh dan Ivan menikmati perjalan sambil melihat wajah tidur istri. Tak lama suara bunyi handphone berbunyi, Ivan sedikit kesal karena takut bunyi handphone yang berisik akan membangunkan Elvira. Tapi saat melihat nama yang tertera di atasnya, Ivan pun memilih untuk menepi dan berhenti sejenak. Ia membuka panggilan video sambil tersenyum sumringah.
Di layar handphonenya terdapat siluet seorang gadis kecil dengan poni yang terlihat imut. Gadis kecil itu membuat gerakan-gerakan berupa isyarat pada Ivan dan Ivan pun mengubah mode kamera depan menuju kamera belakang. Ia memperlihatkan wajah Elvira yang tertidur dan membuat gadis itu tersenyum senang.
"Lihat, Mama kamu cantik kan?"
Mendengar pertanyaan ayahnya, gadis itu langsung mengangguk keras. Hal itu membuat Ivan tertawa pelan. Putrinya begitu antusias saat mendengar bahwa ia sekarang memiliki seorang Mama. Hal itu membuat Ivan merasa lega dan bahagia.
"Papa dalam perjalanan pulang, kamu tunggu Papa sama Mama di rumah ya. Jangan nakal dan buat masalah. Mama sedang istirahat sekarang jadi jangan diganggu. Ok?" sambil memberi isyarat dengan tangan.
Gadis itu pun melakukan hal yang sama. Setelahnya layar kembali hitam. Ivan pun melakukan perjalanan kembali. Ia tak sabar ingin mempertemukan Elvira dengan putrinya yang manis. Ia yakin mereka akan cocok.
Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya mereka sampai di kota tujuan. Ivan berhenti di sebuah rumah besar dan melihat Elvira yang tertidur. Melihat tidurnya yang nyenyak membuat Ivan enggan untuk membangunkannya. Ivan pun menggendong Elvira dengan lembut menuju kamar mereka. Saat Ivan akan masuk, suara langkah kaki kecil menarik perhatiannya.
"Shttt. Jangan berisik, Mama lagi tidur."
Gadis kecil itu pun mengerti dan mengangguk dengan cepat. Ivan membawa Elvira menuju kamar utama dengan pelan dan lembut. Hal itu membuat Elvira semakin nyaman dan tidur lebih nyenyak.
Wajah Elvira yang terlihat polos membuat Ivan tak bisa menahan diri. Ia pun mencium kening Elvira sambil membisikkan sesuatu.
"Selamat tidur."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
OMG.. Sebenarnya aku juga tertanya2 Apa benar di umur 35 tahun Ivan belum pernah menikah?Nah sekarang sudah terjawab..
2024-01-28
1