Ivan menatap sekeliling kamar Elvira dengan tatapan acuh tak acuh. Saat ia akan menuju tempat tidur Elvira, ia menginjak banyak tisu yang berserakan di lantai. Ivan pun menatap Elvira dengan tatapan yang sedikit menuduh.
"Kamu menangis?" ucapnya menebak.
"Bukan urusanmu."
Kalimat itu begitu tegas dan terkesan ketus, hal itu membuat wajah Ivan menjadi sedikit dingin. Ia lalu menatap Elvira dengan tatapan yang mengintimidasi dan itu berhasil membuat Elvira mundur beberapa langkah.
Wajah tegas Ivan begitu mencolok, apalagi ditambah dengan umurnya yang sudah matang. Hal itu membuat aura Ivan menjadi lebih menusuk daripada laki-laki lain pada umumnya.
Ivan menyentuh wajah Elvira dengan tangan dinginnya dan itu membuat Elvira sedikit merinding.
"Elvira, aku sekarang adalah suamimu. Semua hal tentang dirimu akan selalu menjadi urusanku."
Suasana ruangan langsung berubah menjadi suram dan kaku. Hal itu membuat Elvira menjadi semakin takut.
Setelah lama melihat wajah Elvira, Ivan pun sadar akan tingkahnya. Ia telah membuat istrinya menjadi takut padanya tepat satu hari setelah pernikahan. Hal itu membuatnya sedikit malu dan Mundur beberapa langkah.
"Maaf, aku pasti membuatmu takut," ucapnya jujur.
Ivan adalah seorang pengusaha, ia biasa mengatur dan memerintah orang lain. Apalagi umurnya dan Elvira terbilang jauh, hal itu membuat Ivan tanpa sadar bertingkah seperti seorang ayah atau atasan yang tegas. Apalagi Ivan memiliki sifat yang begitu mendominasi.
Untuk mencairkan suasana, Ivan pun melihat ke sekeliling dan duduk dia atas kasur milik Elvira.
"Kamarmu terlihat sangat feminim."
Kamar Elvira memang terlihat sangat feminim dengan nuansa pink yang kental. Hal itu sangat sesuai dengan citra Elvira yang cerah dan ceria namun terkesan anggun dan cantik.
Elvira tau bahwa Ivan berusaha untuk mencairkan suasana, tapi saat ini hatinya dalam keadaan terluka. Ia perlu bersikap lebih serius dan berencana untuk berbicara pada Ivan dengan cara yang lebih serius.
Elvira duduk di sebelah Ivan, lalu ia menatap langsung ke mata Ivan. Mereka saling melihat untuk waktu yang cukup lama, seolah mereka berusaha untuk mengerti satu sama lain. Elvira pun menghela nafas dan mencoba untuk memberanikan diri berbicara tentang semua hal yang ada di dalam hatinya.
"Apakah kita akan pergi hari ini?"
"Ya, aku ada pekerjaan yang sangat penting di Perusahaan. Pernikahan ini adalah sesuatu yang berada di luar rencana ku. Jadi aku tidak menyiapkan apa-apa. Kita harus segera kembali."
Mendengar jawaban Ivan, Elvira menunduk dalam. Ia nyaman bersama Ivan, tapi itu tidak menutup fakta bahwa Ivan adalah orang asing di matanya. Mungkin ia bisa menerima Ivan sebagai seorang suami, tapi untuk tinggal satu rumah dengannya. Apalagi ditempat yang jauh dari rumah, itu akan sangat sulit.
"Ivan, aku belum siap," ucapnya pelan.
Ivan mengerti apa yang Elvira rasakan, tapi Elvira sekarang adalah istrinya. Jadi kemanapun ia pergi maka Elvira harus ikut.
"Maafkan aku, tapi kita harus tetap pergi hari ini."
Mendengar jawaban tegas dari suaminya, Elvira mencoba merayu Ivan sekali lagi. Ia memegang lengan Ivan sambil memasang wajah memelas.
"Apakah tidak bisa menunda beberapa hari lagi. Aku akan menyusul mu setelah benar-benar siap. Aku janji akan tinggal tidak lebih satu minggu, em?"
Melihat wajah cantik Elvira, Ivan merasa sedikit goyah. Apalagi Elvira memiliki lemak di pipi seperti seorang bayi, hal itu membuat Elvira terlihat sangat imut. Ivan sedikit bingung untuk sesaat, tapi ia ingat bahwa pekerjaannya menumpuk di Perusahaan. Jadi ia tak boleh goyah.
Ivan mendekat dan mencium pipi Elvira dan berbisik pelan.
"Aku akan menunggu di bawah. Jangan terlalu lama."
Ivan pun pergi dari kamar itu dengan segera. Ia memegang dadanya dengan perasaan cemas. Setelah sampai di ruangan yang lebih sepi, ia langsung bersandar dan mendengar suara jantungnya yang berdetak kencang dengan cara yang sangat keras.
Ia belum pernah merasa gugup di depan seorang gadis. Ia selalu ingat bagaimana wajah Elvira yang menunduk saat Zayden kabur dari pernikahan. Entah kenapa ia menjadi terdorong untuk melangkah maju dan mencoba untuk bertanggung jawab. Sebelumnya ia berfikir itu hanya naluri seorang kakak yang mencoba untuk mengambil alih kesalahan adiknya. Tapi setelah semalaman berfikir, ia merasa ada solusi lain selain menikah dengan Elvira. Tapi kenapa ia memilih untuk menikahi gadis itu?
Derak jantungnya yang tak beraturan seolah mengkonfirmasi apa yang sebenarnya ia rasakan. Sepertinya ia tertarik pada Elvira, mungkin sejak pertama kali ia melihat gadis itu di saat menggunakan gaun pengantin. Ia tidak tau mengapa ia merasakan perasaan rumit seperti itu. Padahal Elvira bukan gadis tercantik yang pernah ia lihat. Apalagi tubuh Elvira pun tak semenarik itu hingga membuatnya hilang akal. Tapi setiap kali ia berada di sisi Elvira, entah kenapa ia merasa bahwa ada perasaan lembut yang menyertai hatinya.
Saat semua hal rumit di hatinya menemukan jawaban yang pasti, Ivan pun segera merapikan pakaiannya dan berjalan dengan tegas seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya. Ekspresinya kembali acuh tak acuh seperti sedia kala.
"Kakak ipar, apa kamu sedang mencari kamar Elvira? Kamar Elvira ada di arah sebaliknya."
Ivan melihat gadis di depannya, ia ingat gadis ini adalah salah satu sepupu Elvira. Ia pun tersenyum sedikit dan bersikap sedikit ramah.
"Aku baru saja keluar dari kamar Elvira, dia masih bersiap-siap di kamar dan aku akan menunggunya di mobil."
Ivan pun segera pergi, ia tidak mau berbicara dengan gadis ini lebih lama. Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, suara gadis itu kembali terdengar.
"Kakak ipar!"
"Ya?"
"Telingamu sangat merah, apa kamu baik-baik saja?"
Mendengar hal itu, Ivan langsung kaget dan memegang telinganya dengan perasaan gugup. Hal itu membuat gadis kecil itu tersenyum jail.
"Kakak ipar, kalian tidak melakukan hal tidak senonoh kan di kamar?"
Mendapat tuduhan seperti itu, Ivan langsung menatap gadis kecil itu dengan gugup.
"Bagaimana mungkin?! Aku tidak melakukan apapun di kamar. Jadi jangan mengada-ada."
Telinga Ivan entah kenapa menjadi semakin merah. Hal itu membuat gadis kecil itu tertawa. Ia tidak menyangka wajah kakak iparnya yang terlihat tegas dan keras akan terlihat lucu saat merasa gugup.
"Kenapa begitu gugup, lagipula jika kalian melakukan apa-apa juga tak masalah. Kalian kan pengantin baru, jadi wajar saja jika kalian melakukan hal tidak senonoh di dalam kamar."
Gadis itu pun segera pergi sambil tetap tertawa. Hal itu membuat Ivan sadar kembali, ia langsung merasa kesal dan malu. Ini pertama kalinya ia digoda dan dibodohi oleh seorang gadis kecil. Ia pun menunduk dan menutup wajahnya dengan perasaan malu.
'Elvira benar-benar berbahaya. Bahkan hanya dengan memikirkannya, tanpa sadar aku melakukan banyak hal bodoh. Tapi entah kenapa aku... suka'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Bagus Ivan,Kamu harus bersikap Tegas, Sekarang kamu adalah kepala kluaga..👏👏👍👍
2024-01-28
0
Qaisaa Nazarudin
Siap g siap,Kamu harus siap..Di rumah ini juga tiada siapa yg mengharapkan mu,Jangan terlalu naif dan bodoh utk memahami situasi El,Belajar lah utk bersikap dewasa,Umur kamu juga udah dewasa dan bukan anak abe geh lagi..🙄🙄
2024-01-28
0