Entah kapan mereka tidur terlelap sambil berpelukan, yang jelas keduanya tidur dengan nyenyak dan mimpi dengan indah. Bahkan ketika matahari sudah mulai terik, keduanya masih bergelut dengan selimut yang hangat.
Ivan yang pertama membuka mata langsung melihat wajah Elvira yang tertidur di pelukannya. Wanita itu terlihat tidur dengan nyenyak dan ada raut kelelahan yang terlihat. Ivan memahami bahwa Elvira pasti mengalami kelelahan secara fisik maupun emosional. Jadi wajar saja jika ia butuh istirahat lebih banyak.
Saat Ivan menikmati wajah tidur istrinya, suara ketukan dari luar terdengar. Hal tersebut membuat Ivan keluar dengan cepat. Ia takut ketukan itu akan membuyarkan mimpi indah sang istri.
"Shttt."
Melihat Tuannya keluar sambil memberi isyarat untuk tutup mulut, pelayan itu pun langsung terdiam dan memberi hormat.
Ivan segera menutup pintu dengan pelan dan bertanya.
"Ada apa?"
"Tuan Arya sedang ada di ruang tamu. Kata beliau, dia telah membuat janji dengan Tuan."
Mendengar hal itu Ivan pun langsung ingat, ia lupa bahwa ia telah membuat janji untuk bertemu dengan Arya kemarin.
"Ahh, aku lupa. Kalau begitu antar dia ke ruang kerjaku."
"Baik Tuan."
Saat Ivan akan masuk lagi dan mengganti pakaian, ia ingat bahwa Qilla tidak menemuinya sejak tadi.
"Apakah Qilla sudah berangkat sekolah?"
"Sudah Tuan, Nona Qilla berangkat bersama supir tadi pagi."
Mendengar hal itu Ivan merasa heran. Biasanya Qilla setiap paginya akan merengek minta diantar berangkat sekolah bersama. Tapi kali ini berbeda, anak itu tidak merengek seperti biasanya, bahkan dia berangkat tanpa keluhan. Hal itu membuat Ivan penasaran, apa yang dipikirkan oleh putrinya itu.
"Kenapa dia tiba-tiba berangkat begitu pagi?"
Saat mendengar pertanyaan Ivan, entah kenapa pelayan itu langsung tersipu malu. Namun dengan tingkah profesional ia pun menjawab.
"Kata Nona Qilla dia akan menjadi kakak sebentar lagi, jadi dia harus lebih mandiri."
Ivan langsung tersedak oleh air liurnya sendiri. Ia tidak menyangka bahwa anaknya akan berfikir memiliki adik begitu cepat. Jangankan untuk memiliki anak kedua, membobol gawang saja dia belum lakukan tadi malam. Apalagi membentuk anak bersama Elvira. Itu proses yang membutuhkan banyak kerja keras.
'sepertinya aku harus melakukannya malam ini' ucap Ivan dalam hati.
"Kalau begitu kamu pergi dulu, siapkan cemilan untuk tamu."
"Baik Tuan."
Di ruang kerja, Arya menikmati beberapa cemilan dengan teh hangat. Ia sebenarnya adalah teman dekat Ivan sejak mereka masih SMP, hanya saja mereka memilih profesi yang berbeda ketika sudah dewasa. Ivan memilih untuk meneruskan usaha keluarga sedangkan Arya memilih untuk menjadi seorang pengacara.
Setelah berteman selama belasan tahun, mereka telah mengetahui hampir semua hal yang terjadi pada teman-teman mereka. Hal ini membuat Arya terkadang merasa kasihan pada Ivan. Semenjak ia ditinggalkan seorang diri dengan anak perempuan yang berkebutuhan khusus, Ivan menjadi lebih sibuk dan tak kenal istirahat. Bahkan ketika mereka akan berkumpul, Ivan selalu menolak untuk ikut dengan alasan pekerjaan atau sedang menjaga putrinya di rumah.
"Maaf membuatmu menunggu lama."
Mendengar suara Ivan, Arya pun bangun dan tersenyum sumringah. Bertemu dengan Ivan sangat sulit karena sahabatnya itu terlalu sibuk.
Arya sebagai seorang teman sekaligus pengacara Ivan relatif lebih sering bertemu dibandingkan dengan teman-teman lainnya. Terkadang Arya selalu dititipkan pesan pada Ivan agar mengenalkannya pada seorang pendamping baru. Hanya saja Ivan selalu menolak dan mengatakan bahwa dia tidak percaya wanita manapun menjaga putrinya.
"Yahh, kamu membuatku menunggu hampir 30 menit. Ini pertama kalinya aku melihatmu tidak tepat waktu. Jujur saja aku sangat kaget saat mendengar dari pelayan bahwa kamu masih tidur di kamar."
Keluhan Arya bukan tanpa sebab, ia tau bahwa Ivan bekerja hampir 24 jam, baik di rumah maupun di kantor. Dia akan menemani anaknya bermain sambil memeriksa beberapa dokumen, terkadang ia juga akan ke pertemuan wali murid sambil membawa iPad untuk memeriksa email.
"Ya, ada beberapa masalah yang harus diselesaikan beberapa hari ini. Jadi aku butuh lebih banyak istirahat."
Ivan sangat jarang memperlihatkan keluhannya, hal tersebut membuat Arya khawatir. Seberapa sibuknya dia beberapa hari ini hingga dia berani mengeluh?
"Kalau begitu ayo kita mulai saja diskusinya. Jadi kamu bisa melanjutkan istirahatmu."
"Ok, jadi aku mengundangmu kemari untuk mengubah beberapa hal di surat wasiat ku."
Ivan masih muda dan memiliki kesehatan yang baik. Tapi dia adalah orang kaya dengan kekayaan yang berlimpah, hal tersebut membuat Ivan sejak dini mempersiapkan surat wasiat secepat dan sebaik mungkin. Agar masa depan putrinya terjamin dan hartanya aman untuk membesarkan putrinya hingga tua.
"Jadi bagian surat wasiat yang mana yang akan dirubah?"
"Bagian penambahan ahli waris."
Mendengar hal itu Arya pun terkejut. Ia ingat awal surat wasiat dibuat, ada dua orang yang menjadi ahli waris Ivan. Satu adalah ibu kandungnya dan yang kedua adalah putrinya. Karena hanya mereka berdua lah yang menjadi anggota keluarga Ivan saat ini.
"Apakah kamu punya anak di luar nikah?"
Mendengar tuduhan temannya, Ivan pun memukul kepala Arya dengan buku.
"Omong kosong. Aku ingin menambahkan dua orang lagi."
Melihat mode serius Ivan saat ini, Arya pun langsung duduk tegak dan bersikap profesional. Ia menyingkirkan hubungan pertemanan mereka untuk sejenak dan mencatat apa saja yang diinginkan Ivan di surat wasiatnya.
"Baiklah siapa ahli waris tambahannya?"
"Yang pertama Zayden, dia adalah adikku. Aku ingin semua peninggalan ayahku yang telah diwariskan padaku dibagi dua dengannya."
Arya kembali tercengang, ia tau bahwa Ivan adalah anak tunggal. Dia tidak memiliki saudara baik adik maupun kakak. Jadi ia sangat kaget saat mendengar Ivan mengatakan bahwa dia memiliki seorang adik laki-laki.
"Apakah dia adik tiri mu?"
"Kandung."
"Ahhh, aku lupa kalau satu ayah beda ibu disebut kandung."
Mendengar kesimpulan sahabatnya, Ivan memutar bola mata bosan. "Kami satu ayah dan satu ibu."
Arya kembali tercengang. Ia tau tentang sejarah keluarga Ivan yang dramatis. Ia juga tau tentang ibu Ivan yang pergi dari rumah. Jika Ivan memiliki adik sekarang maka dapat dipastikan bahwa saat ibu Ivan pergi, dia sedang mengandung adiknya.
"Sial, ini seperti cerita dalam novel saja. Bertemu saudara kandung setelah dewasa."
"Aku belum pernah bertemu dengannya."
"Lalu darimana kamu tau dia adikmu?"
"Dari ibuku."
"Kamu bertemu dengannya? Kapan?"
Selama puluhan tahun menghilang, Ibu Ivan tak pernah muncul lagi. Jadi ia kaget saat mendengar bahwa Ibu Ivan kembali lagi dan menemui Ivan.
Ivan terlalu malas membahas soal ibunya, ia sudah hilang harapan soal kasih sayang seorang ibu. Jadi ia akan mengabaikannya mulai sekarang.
"Sudahlah, ceritanya panjang. Nanti akan aku ceritakan setelah berkumpul dengan yang lainnya."
"Baiklah, lanjutan ke ahli waris kedua."
Arya terlalu kaget saat mendengar bahwa Ibu Ivan telah kembali dan membawa seorang adik. Jadi ia menenangkan diri sejenak dengan meminum teh di depannya. Akan tetapi ucapan Ivan selanjutnya membuat Arya menumpahkan tehnya dan batuk dengan keras.
"Ahli waris kedua adalah Elvira, dia itu istriku."
Uhuk uhuk uhuk
Arya batuk untuk waktu yang lama dan wajahnya mulai memerah. Akan tetapi Ivan menatapnya dengan wajah datar seolah tak peduli dengan keadaan sahabatnya.
"Kapan kamu menikah?!"
"Beberapa hari yang lalu."
"Beberapa hari yang lalu dan kamu tidak mengundangku?!"
Arya langsung tak terima, ia melepas buku dan pena nya. Ia menatap Ivan dengan marah, ia tidak terima bahwa ia dilupakan di hari pernikahan sahabatnya.
Ivan yang melihat sahabatnya marah hanya mampu menggelengkan kepala. Ia sudah tau bagaimana cara membujuk sahabatnya itu.
"Ok, aku minta maaf. Sebagai permohonan maaf aku akan mengirimkan mu anggur koleksi ayahku."
Mendengar hal itu Arya pun tersenyum berbinar. "Baiklah aku maafkan. Ngomong-ngomong kemana istrimu?"
"Masih tidur, dia kelelahan."
Mendengar kata 'kelelahan', otak Arya langsung berfikir yang tidak-tidak.
"Ohh aku tidak menyangka kamu masih kuat." ucap Arya menggoda.
Ivan mengabaikannya dan enggan untuk mengklarifikasi soal 'kelelahan' yang dialami Elvira. Lagipula ia sudah menikah, jadi tak masalah jika orang-orang salah paham karenanya.
"Cepat tulis, aku mau pergi ke kamar lagi."
"Ihh pengantin baru, nggak sabar banget." ucap Arya lagi.
Akan tetapi Arya setelahnya langsung menyelesaikan tugasnya. Ia menulis dengan cepat dan pergi dengan tak kalah cepat pula. Ia sebenarnya ingin menggoda lebih banyak, tapi dibandingkan keinginan untuk menggoda, ia lebih senang ketika mendengar Ivan akhirnya bisa move on menikah serta membangun keluarga baru. Ia berharap Ivan akan bahagia dengan pilihannya kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments