Pesta pernikahan berlangsung dengan begitu meriah. Semua orang menikmati makanan dan tersenyum dalam kebahagiaan.
Saat semua orang terlena dan menikmati pesta dengan santai, Elvira menarik tangan Ivan ke sudut ruangan dimana perhatian semua orang sedang tak tertuju pada mereka. Elvira lalu menggenggam gaun nya dengan perasaan gugup. Wajahnya memerah dan ia sedikit menunduk.
"Terima kasih." ucap Elvira pelan.
Suara itu begitu lembut dan berhasil masuk ke telinganya Ivan. Selama beberapa jam, ini adalah kalimat pertama yang dikeluarkan gadis itu untuknya. Ivan merasa tersanjung dan lucu, tingkah Elvira begitu imut di matanya. Sekarang ia mengerti kenapa adiknya yang manja mau menikahi gadis seperti ini. Elvira begitu manis dan baik, bahkan di situasi sulit semacam ini, ia masih menyempatkan diri untuk mengucapkan terima kasih pada orang yang telah membantunya.
Ivan membelai pelan kepala Elvira, tingkahnya seperti seorang Ayah yang sedang membujuk putrinya.
"Kenapa kamu berterima kasih? Ini adalah kesalahan Zayden, aku hanya mencoba menutupi kesalahannya. Sebagai seorang kakak, aku memiliki kewajiban untuk melakukan hal ini. Justru akulah yang harusnya berterimakasih padamu. Terima kasih karena telah menikah dengan ku."
Elvira terdiam sejenak, ia menatap mata Ivan dan merasa ingin menangis setelahnya. Selama proses pernikahan berlangsung, Ivan adalah satu-satunya orang yang bersikap sangat lembut padanya. Pernikahan hari ini begitu melelahkan dan itu benar-benar menguras tenaganya. Tapi tak ada satupun anggota keluarganya yang datang untuk menghiburnya. Bahkan sang ibu datang menemuinya hanya sekedar untuk mengomel, tentang betapa buruknya ia memilih seorang suami.
Ivan paham bahwa Elvira saat ini sedang bersedih dan membutuhkan dukungan. Keluarganya tak mungkin menghiburnya saat ini, ia pun berinisiatif menggenggam pelan tangan Elvira lalu memeluknya dengan lembut. Hal itu itu membuat tubuh Elvira sedikit bergetar dan ia pun menangis dalam diam.
Setelah menangis untuk waktu yang lama, akhirnya perasaan Elvira menjadi lebih ringan. Ia menatap Ivan sekali lagi dan berterima kasih. Tapi Ivan tidak menjawab dan hanya terus membelai kepalanya dengan lembut.
Ivan membawa Elvira keluar dari tempat itu. Elvira pun kaget dan menatap Ivan dengan tatapan heran.
"Kemana kita akan pergi?"
"Ketempat dimana kita hanya bisa berdua."
Setelah itu mereka naik lift menuju lantai paling tinggi. Setelah sampai di atap gedung, pemandangan malam langsung menerpa penglihatan mereka. Ivan membawanya ke ujung gedung dan mereka pun melihat pemandangan dengan lebih jelas.
Cahaya lampu yang begitu indah dengan warna-warni serta orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Pemandangan itu terlihat begitu harmonis dan sedikit meringankan beban pikiran yang ada ada di dalam otak Elvira. Kehidupan orang di luar sana terlihat begitu berwarna dan penuh dengan canda tawa. Hal itu membuat ia tersadar bahwa hidup akan terus berjalan sebagaimana mestinya, tidak peduli apakah ia akan sedih atau terjatuh karena nya. Lagipula ia bukan manusia satu-satunya di dunia ini, hingga harus membuat kehidupan berhenti dan memaklumi kesedihannya untuk sejenak.
Zayden telah meninggalkannya maka ia harus merelakan laki-laki itu dan memulai kehidupan baru bersama orang lain. Walaupun 3 tahun bukan waktu yang singkat, tapi Elvira percaya bahwa waktu juga bisa menyembuhkannya.
Elvira menikmati angin yang menerpa wajahnya, ia pun menghembuskan nafas pelan dan menenangkan pikirannya agar lebih jernih. Ini adalah perasaan terbaik yang ia miliki setelah seharian cemas dan patah hati. Elvira akhirnya dapat melihat dunia lebih jernih dan mencoba untuk menikmatinya.
"Sangat indah." ucap Elvira sambil tersenyum kecil.
Elvira memandang dengan tatapan sendu dan sedikit kosong. Hal itu membuat Ivan sedikit bersimpati dan ingin memeluknya lagi. Hanya saja ia takut dianggap terlalu vulgar dan memanfaatkan keadaan.
Angin malam yang ada di atas gedung membuat Elvira merasa kedinginan. Apalagi ditambah dengan gaun pernikahan yang bisa dikatakan terlalu tipis. Ivan yang menyadari Hal itu pun melepas jas miliknya dan memakaikannya pada Elvira.
"Pakailah." ucapnya lembut.
Sikap Ivan yang begitu perhatian perlahan membuat Elvira merasa nyaman. Walaupun ada rasa sungkan dalam dirinya, ia tetap menerima dan mengucapkan terima kasih. Ia pun memakai jas milik Ivan dan menikmati pemandangan dengan lebih hikmat.
"Terima kasih karena membawaku ke tempat ini."
Ivan pun melihat Elvira dan tersenyum ringan. "Kenapa kamu selalu mengucapkan terima kasih? Ini sudah seharusnya dilakukan oleh seorang suami untuk istrinya, ketika istrinya sedang sedih atau merasa lelah, maka suaminya berkewajiban untuk menghiburnya."
Mendengar hal itu Elvira terdiam sejenak, ia memandang Ivan dengan lebih intens dan mulai bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa Ivan mengatakan hal itu?
Pernikahan ini adalah pernikahan dengan nama. Tak ada perasaan lebih yang terlibat. Itu membuat Elvira merasa pesimis dan menganggap pernikahan ini bukanlah sesuatu yang ia impikan. Tapi entah mengapa ia merasa Ivan memiliki pemikiran yang berbeda.
Setelah sekian lama ragu, akhirnya Elvira memberanikan diri menanyakan tentang sikap Ivan padanya.
"Apakah kamu menganggap pernikahan ini serius?"
Ivan yang mendapatkan pertanyaan seperti itu langsung mengubah ekspresinya. Ia menatap Elvira lebih dingin dan itu berhasil membuat Elvira merasa takut dan mundur satu langkah. Tapi hal itu tidak membuat perasaan Ivan mereda.
"Apakah kamu menganggap pernikahan ini main-main Elvira?"
"Hah?"
Elvira merasa bingung dan tidak bisa menjawab. Suara dingin yang Ivan keluarkan begitu menusuk hatinya, entah kenapa ia merasa bersalah dan takut pada laki-laki itu saat menatapnya dengan galak.
"Ten-tentu saja tidak, aku hanya bertanya padamu. Aku takut kamu akan melakukan hal yang sama seperti Zayden."
Mendengar hal itu perasaan Ivan langsung menghangat, ia menatap Elvira dengan cara yang lebih lembut dari sebelumnya.
"Tentu saja aku berbeda dari Zayden." ucapnya meyakinkan.
Mendengar hal itu Elvira entah mengapa merasa begitu terjamin. Sikap tegas Ivan dan perlakuannya yang begitu lembut hingga membuat Elvira berfikir bahwa mungkin tidak masalah untuk melanjutkan pernikahan ini.
Saat Elvira masih berfikir wajahnya terlihat begitu serius dan lucu. Hal itu berhasil menggaruk perasaan Ivan untuk melakukan hal lebih. Ia memegang wajah Elvira sekali lagi dan mengecup bibir kecil itu dengan lembut. Namun hal yang membuatnya kaget adalah, Elvira tidak menolak ciumannya. Bahkan gadis itu terlihat menikmati dan menutup matanya, seolah ia menunggu untuk dipuaskan dan dilayani dengan cara terbaik.
Ivan merasa menjadi lebih percaya diri. Ia pun mencium Elvira dengan lebih intens sambil memeluknya untuk lebih dekat. Saat mereka berpelukan dan menikmati ciuman dengan ditemani angin malam serta pemandangan lampu yang begitu indah. Pikiran Ivan pun melayang dan ia merasa nyaman dengan apa yang telah ia lakukan.
'gadis ini tidak buruk' ucapnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments