Wajah sumringah keluarga Elvira membuat perasaan gadis itu sedikit berdenyut. Ia menunduk untuk sementara, lalu menganggukkan kepala sebagai tanda setuju. Elvira selalu tau bahwa harga diri keluarga adalah yang nomor satu. Apapun yang terjadi wajah keluarga Handoko tidak boleh jatuh di depan orang lain.
Elvira memegang lengan ayahnya sambil berjalan ke atas altar. Wajahnya terlihat datar dan terkesan tidak bernyawa, sangat kontras dengan ekspresi Ayahnya yang terlihat bangga dan antusias.
Keluarganya adalah keluarga hukum, Ayahnya adalah pengacara hebat. Bersikap profesional dan bermuka dua adalah keahlian dasar untuk menjalin kerjasama dengan orang-orang besar dan berpengaruh. Hal inilah yang membuat Elvira memilih jalur yang berbeda. Ia ingin menjadi seorang pengusaha hebat dan terlepas dari bayang-bayang keluarganya. Ia pun mengambil ekonomi manajemen sebagai pilihan. Hanya saja hidup terkadang tidak sesuai dengan rencana. Lihatlah ia sekarang, tunduk dan patuh demi apa yang disebut dengan reputasi.
Sebagai orang yang berpengalaman, Ayahnya tentu tau seperti apa perasaan sang putri saat ini. Hanya saja wajah orang-orang telah tertuju pada mereka berdua, jadi ia memegang pelan tangan putrinya sambil memperingatkan.
"Tersenyum Elvira."
Mendengar peringatan dari sang ayah, Elvira pun langsung menegakkan tubuhnya. Ia tidak mau terlihat lemah hari ini, jadi ia ingin membuktikan pada mantan pacarnya bahwa ia baik-baik saja setelah ia ditinggalkan. Elvira ingin membuktikan bahwa ada atau tidaknya Zayden dalam hidupnya, ia tetap akan bahagia.
Elvira menatap Ivan yang ada di depannya. Laki-laki itu terlihat tenang dan berwibawa. Walaupun ini adalah acara sakral dengan sumpah pernikahan, tapi sikap yang ditunjukkan oleh Ivan terlihat seperti seseorang yang terbiasa dibawah tekanan. Entah darimana pemikiran bodoh itu, yang jelas Elvira merasa lega karena satu masalah dalam hidupnya bisa ia selesaikan dengan cepat.
Tuan Handoko menatap calon menantunya dengan perasaan puas, lalu ia pun tersenyum sekilas. Ia menyerahkan tangan Elvira dan meninggalkan pasangan itu untuk berdiri di atas altar bersama. Tak lupa ia mengucapkan kalimat mengharukan untuk membuatnya terlihat lebih realistis dan agak dramatis.
"Aku serahkan putriku padamu." Sambil menepuk bahu Ivan dan memasang mata sendu yang berkaca-kaca.
Ayahnya terlihat menyedihkan dan itu membuat Elvira ingin memutar matanya dengan malas. Ia bosan melihat wajah sedih ayahnya yang terkesan palsu dan dipaksakan. Hanya saja hari ini adalah hari pernikahannya, jadi Elvira terpaksa menanggungnya dan tetap diam sampai akhir. Akan tetapi hal berbeda dilakukan oleh Ivan, laki-laki itu menanggapi akting mertuanya dengan ekspresi yang tak kalah dramatis dan mengharukan.
"Tenang saja Ayah, aku pasti akan menjaga dan membahagiakan Elvira."
Betapa bagusnya mental Ivan, dalam waktu kurang dari 30 menit ia dapat menerima keluarga baru dengan begitu terbuka. Ivan bahkan dengan mudah mengimbangi akting ayahnya yang berlebihan. Ia tak memiliki rasa canggung sedikit pun untuk memanggil orang asing sebagai Ayah, dan menikahi anak gadis orang lain tanpa pandang bulu. Jika ini dalam keadaan normal Elvira pasti akan mencibirnya, akan tetapi situasi yang begitu sulit membuat Elvira hanya bisa mengucapkan terimakasih. Apapun itu, Ivan saat ini bisa dikatakan sebagai penolongnya dari rasa malu.
Mereka berdua berhadapan dengan pendeta sambil berpegangan tangan dengan begitu hikmat. Mengucapkan janji pernikahan dan memasangkan cincin ke jari manis.
Saat sesi berciuman Elvira menjadi kaku dan tak bisa bergerak. Ia adalah orang yang konservatif dan belum pernah melakukan hal intim dengan seorang laki-laki. Ini adalah pertama kalinya ia harus berciuman dengan orang lain, walaupun Ivan sekarang telah menjadi suaminya tapi tetap saja ia bisa dikategorikan sebagai orang asing. Bahkan saat ia bersama Zayden di masa lalu, Zayden tak pernah melakukan hal ini pada Elvira. Zayden mengatakan bahwa ia akan mencium Elvira ketika mereka telah sah menjadi suami istri. Dalam benak Elvira kala itu, ia merasa bahwa Zayden sangat mencintainya dan menjaganya hingga akhir. Tapi sekarang Elvira berfikir sebaliknya. Mungkin Zayden tak pernah benar-benar tertarik padanya, hingga dia bahkan enggan untuk menyentuhnya.
Ivan mengerti apa yang Elvira rasakan saat ini. Jadi ia pun mengambil inisiatif dan membelai pelan pipi istrinya. Setelah itu ia mengecup bibir istrinya dengan selembut dan sepelan mungkin.
Melihat pasangan yang terlihat begitu harmonis, orang-orang pun lalu bertepuk tangan dengan meriah. Pada dasarnya tamu hari ini terdiri dari keluarga inti dengan banyak mitra kerja. Jadi dapat dikatakan ini masih terbilang aman. Kebanyakan dari tamu tak pernah benar-benar melihat seperti apa sosok calon suami Elvira yang sebenarnya.
Menurut rencana Elvira dan Zayden, mereka ingin melakukan dua sesi pernikahan. Satu pemberkatan yang hanya dihadiri oleh keluarga inti dan mitra kerja keluarganya dalam bisnis. Sedangkan sesi selanjutnya adalah resepsi yang dihadiri oleh teman-teman dekat mereka. Tapi karena pernikahan dengan Zayden gagal maka resepsi pun akan ia batalkan.
Melihat wajah datar Elvira, Ivan langsung berjalan lebih dekat.
"Elvira?"
"Ya?"
"Tersenyumlah, kita akan pergi untuk menyapa tamu."
Ivan tersenyum dan menggenggam tangan Elvira, lalu berjalan menuju para tamu sambil menyapa. Kekuatan sosialisasi yang dimiliki Ivan begitu sempurna, ia dapat berbicara dengan siapa saja tanpa rasa canggung dan grogi. Terkadang akan ada pertanyaan nyeleneh dari beberapa tamu iseng, tapi Ivan akan selalu menjawab dengan rendah hati dan tidak menyinggung.
"Kamu sangat beruntung mendapatkan Istri yang sangat cantik. Jika aku jadi kamu aku tidak akan melepaskannya sejak malam pertama hahahaha."
Suara tawa itu begitu menggelegar dan membuat orang-orang ikut tertawa juga. Melihat betapa baiknya sang Ayah memperlakukan tamu ini, Elvira dapat memprediksi bahwa tamu ini pasti orang yang sangat penting.
Ivan pun ikut tertawa, "tentu saja. Jika diizinkan aku ingin membawa Elvira sekarang juga dan menghentikan pesta dengan cepat."
"Hahaha benar-benar anak muda yang tidak sabaran. Handoko, menantu mu sangat lucu, aku suka yang seperti ini. Kalau dia tidak menjadi menantu mu sekarang, mungkin aku akan menyeretnya untuk dinikahkan dengan putri ku yang ada di rumah."
Mendengar hal itu Tuan Handoko juga ikut tersenyum. "Sayang sekali putrimu tidak seberuntung putriku."
Mereka pun langsung tertawa bersama. Hal itu membuat Elvira sedikit cengok, ia tidak paham dimana letak kelucuan dari semua percakapan yang mereka lontarkan sejak tadi. Selera humor bapak-bapak menurutnya begitu aneh dan terkesan garing.
Ivan yang belasan tahun lebih tua dari Elvira pun hanya mampu mengelengkan kepala sambil tersenyum. Terkadang ia sedikit geli melihat ekspresi Elvira yang mencoba mengerti selera humor para tamu yang dominan bapak-bapak. Ekspresinya begitu lucu dan imut hingga membuat Ivan menjadi lebih terhibur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments