Andini benar-benar pergi ke kota asal Davin. Dulu sewaktu menjadi teman kuliah, Davin memang banyak menceritakan keluarganya pada Andini. Sebab Andini memang selalu mendekatkan diri pada Davin. Rumah dan semua tentang keluarga Davin sudah diketahui oleh Andini. Sehingga tidak ada kesulitan untuk bisa sampai di rumah orang tua Davin.
"Mau kemana nak kok buru-buru? " Tanya ayah Andini.
Mereka di kantor, Andini mengambil beberapa barangnya sebelum melakukan perjalanan ke rumah sang pujaan hati.
"Davin tidak kembali selama seminggu ini yah. Dihubungi juga susah sekali. Sementara kerja sama kita terus berjalan. Aku harus menemui Davin di rumah orang tuanya. Kata asisten nya Davin pulang kampung dan meninggalkan semua pekerjaan nya di sini kepada Aris asistennya. " Ujar Andini.
"Kamu ke sana bukan karena,,,,,, " Ucap ayah Andini terpotong.
"Bukan yah, ini semua karena pekerjaan. Ayah kan tahu bagaimana aku. Dan aku pun selalu akan mengingat pesan ayah. Kalau jodoh nggak kemana. Begitu kan yah? " Andini tersenyum manis kepada ayahnya. Walaupun keinginannya menyusul Davin tidak seratus persen karena pekerjaan. Tapi jika ia jujur kepada sang ayah, tentu saja tidak akan mendapatkan ijin.
"Iya betul sekali Din. Sebagai seorang perempuan harus bisa menjaga kehormatan nya di hadapan laki-laki dan keluarganya. Jangan sampai mengemis cinta di hadapan seorang laki-laki. Kamu ayah besarkan dengan semua hal yang ayah punya. Jadi ayah harap kamu jangan pernah menjatuhkan harga dirimu hanya karena cinta. " Ujar ayah Andini penuh penekanan.
"Aku tahu apa yang harus aku lakukan yah. Aku sudah besar, sudah tahu mana yang baik dan yang buruk. Ayah doakan saja semoga perjalanan ku lancar. " Ucap Andini.
"Kamu nggak bawa supir atau asisten Din? "
"Tidak yah, aku sendiri saja. Lagipula dekat kok. Hanya sekitar tiga jam perjalanan saja. Nanti di sana aku akan menginap di hotel yang terbaik di sana. Kebetulan teman aku manager di hotel itu. Aku sudah booking kamar. "
"Ya sudah nak hati-hati. Kabari ayah apabila ada sesuatu. Dan lekaslah kembali. "
Andini pun berangkat. Ia tiba di kota davin pukul empat sore. Ia sengaja langsung ke hotel sebab badannya capek semua. Ia tidak pernah menyetir sendiri sejauh itu. Sebab ayahnya akan memberikan seorang supir kepadanya. Namun kali ini Andini bersikeras berangkat sendiri.
[Assalamu'alaikum Vin. Apa kabar? "]
Andini mencoba mengirimkan pesan kepada davin. Seminggu lebih memang mereka juga tidak ada komunikasi. Saat ini ia baru saja bangun tidur. Setelah sampai tadi ia langsung terlelap.
[Wa'alaikumsalam. Alhamdulillah baik Din. ]
Balas Davin.
Waktu sudah menunjukkan jam enam petang. Suara dan magrib membuat Andini bergerak ke kamar mandi. Ia membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Besar di keluarga kaya raya tidak membuat Andini menjadi sosok manja dan tidak mengenal agama. Justru, dulu Andini di masukkan ke sekolah terbaik berbasis agama. Jadi wajar jika sejak kecil Andini sudah terbiasa menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
[Lagi ngapain Vin? Tumben tidak pernah kelihatan ke kantor. Hanya asisten mu saja yang bolak-balik]
Andini mencoba memancing Davin. Ia ingin tahu saja apakah Davin akan berterus terang dengan keadaannya sekarang atau tidak.
[Aku pulang ke rumah orang tuaku Din. Maaf apabila aku akhir-akhir ini tidak menghubungi mu. Kamu apa kabar? ]
Ternyata hati Davin sudah sedikit melunak saat ini. Ia justru menanyakan kabar nya Andini. Setelah ini, Andini berniat akan datang ke kediaman orang tua Davin. Memberi kejutan kepada teman lama yang ia cintai.
[Alhamdulillah aku baik Vin. Oh ya sudah ak kau sedang di rumah orang tua. Have fun ya Vin. ]
Balas Andini. Ia lalu bergegas mempersiapkan diri untuk ke rumah Davin.
[Thank's Din]
Ternyata Davin membalas lagi pesan dari Andini. Membuat gadis cantik itu menyunggingkan senyum manis di bibirnya.
Tidak butuh waktu lama, kini Andini sudah ada di depan rumah besar nan megah milik kedua orangtua Davin. Rumah ini banyak perubahan dibandingkan saat Davin masih kuliah dulu. Andini merasakan hal itu, sebab dulu ia pernah berkunjung ke rumah itu dengan teman-temannya.
"Huuffttt, ternyata rumahnya jadi gede banget. Tapi benar ini alamatnya. Itu rumah sebelah masih sama seperti dulu. " Gimana Andini yang masih setia di dalam mobilnya.
Untung saja rumah yang ada di sebalah rumah Davin masih sama seperti dulu. Sehingga membuat Andini yakin bahwa ia tidak salah alamat. Setelah memarkirkan mobilnya dengan benar, Andini memencet bel yang ada di pintu gerbang. Tidak lama ada sesosok wanita yang lebih tua darinya membukakan pintu. Itu adalah asisten rumah tangga di rumah Davin.
"Maaf mbak cari siapa? " Tanya mbak itu.
"Mmm, saya mau bertemu dengan Davin. Sudah janjian. " Bohong Andini. Ia melakukan itu supaya tidak banyak pertanyaan dari asisten rumah tangga tersebut. Dan benar saja, setelah mengucapkan itu Andini bisa melenggang masuk ke arah pintu utama. Asisten rumah tangga itu membukakan pintu. Mempersilahkan Andini masuk dan duduk di ruang tamu. Kebetulan kedua orang tua Davin sedang ada acara di luar.
"Mas, mas Davin. Ada tamu. " Ucap mbak sedikit teriak di depan kamar Davin. Sang empunya kamar pun keluar.
"Tamu??? Siapa mbak? " Tanya Davin.
"Cewek cantik banget mas. Mobilnya saja mewah, bajunya bagus banget. Wes la sana di temui mas pacarnya. Ada di ruang tamu. " Kata mbak asisten.
"Pacar,,, pacar.. Saya nggak punya pacar mbak. " Kolah Davin.
"Wes pokoke la cepet sana mas. Wong ayune ngono kok nggak diakui pacar sih. Kalau diembat orang nanti nangis-nangis. " Cibir mbak pada Davin. Mbak asisten memang sudah lama bekerja di rumah itu, makanya ia sudah dekat dengan Davin.
"Idih mbak ini ada-ada saja. Sudah minggir kalau gitu. " Kata Davin melenggang ke ruang tamu. Mbak sendiri menuju dapur untuk membuatkan minuman.
Sudah menjadi tradisi di rumah besar itu bahwa jika ada tamu harus diberikan suguhan berupa minuman dan juga makanan kecil. Di dapur memang sudah banyak disediakan makanan untuk tamu. Untuk cemilan juga di rumah itu. Maklum, snag nyonya di rumah itu kan hobinya rebahan sambil ngemil. Siapa lagi kalau bukan mamanya Davin.
Tidka butuh waktu lama Davin sudah sampai di ruang tamu. Dan betapa terkejutnya dirinya mengetahui siapa yang datang.
"Andini..... " Seru Davin dengan wajah kaget dan mata melotot serta mulut melongo.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments