"Bang, gimana ceritanya abang bisa makan siang dengan azizah?"
Dari tadi Kaze terus saja menanyakan hal tersebut kepada abangnya. Padahal Davio sudah menjelaskan berkali-kali bahwa Azizah magang di rumah sakit tempatnya bekerja. Seolah masih tidak terima dengan penjelasan sang abang, Kaze terus saja mempertanyakan hal tersebut. Hal yang menurut Davio tidak penting.
"Kalau kamu terus bertanya dengan pertanyaan yang sama, abang tinggal nih. " Ucap Davio kesal.
"Habisnya abang penjelasan nya kurang gimana gitu. Kan aku belum puas dengan jawaban abang. " Kata Kaze yang tidak mau disalahkan. Padahal mereka sore ini harus segera pulang. Jika tidak mereka akan terlambat menghadiri pernikahan kakaknya Davin esok hari. Kebetulan jarak Surabaya dengan kota mereka kurang lebih tiga setengah jam dengan menggunakan mobil.
"Terserah. Nanti sampai rumah tanya sendiri sama bunda. Abang capek menjelaskan sama kamu dek. Cepat, mau ikut pulang nggak? " Davio sudah kehilangan kesabaran menghadapi adik bungsunya tersebut. Titel perwira, tapi jika bersama abangnya manjanya ngalah-ngalahin anak TK.
"Iya-iya bang, tungguin napa. Aku kan sudah capek-capek mengajukan cuti. Masak mau ditinggal sih. "
Davio melengos mendengar kata adiknya. Ia memilih untuk menunggu Kaze di parkiran apartemen nya saja. Rasa capek karena harus menyelesaikan tugasnya di rumah sakit belum juga hilang, ditambah dengan menghargai Kaze yang sedang pengen dimanja membuat kepala Davio rasanya mau pecah. Namun, ia berusaha mengontrol emosi ya sebaik mungkin. Bagi Davio pantang baginya untuk membentak atau berkata kasar pada siapapun. Terlebih itu pada saudaranya sendiri.
Tok. Tok. Tok
"Bang, bukain pintunya. " Ucap Kaze yang sudah di parkiran tempat mobil abangnya di sana. Di dalam mobil sudah ada Davio yang sudah duduk manis di belakang kursi kemudi.
Pintu dibuka dari dalam.
"Masuk." Kata Davio.
Cepat-cepat Kaze masuk dan duduk di kursi depan samping kemudi. Davio nampak sibuk dengan HP nya.
"Kita jemput Azizah di kos nya. " Kata Davio. Tanpa melihat Kaze. Mobil dilajukan dengan kecepatan pelan keluar dari area parkir.
"Hahhhhh, jemput Azizah? Abang ini mencurigakan, kenapa Azizah harus minta dijemput abang? Kenapa tidak kirim pesan ke aku saja. Huhhhhh, jangan-jangan juga suka lagi sama Azizah. Terus diam-diam pendekatan gitu, mentang-mentang sekarang abang bisa bertemu dengan Azizah setiap hari. " Cerocos Kaze hingga membuat kuping Davio panas.
"Diam atau abang turunkan kamu di sini. " Kata Davio kesal. Ia benar-benar jengah dengan semua yang diucapkan oleh adik kesayangan nya tersebut.
Dalam hal seperti ini, Kaze berubah drastis. Wibawa dan juga kegagahan nya lenyap seketika. Berbanding terbalik saat ia sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang abdi negara. Jika saja polwan Sisca melihat tingkah laku Kaze saat ini, bisa dipastikan polwan cantik itu akan lari tunggang langgang. Rasa illfeel pastilah ada. Namun sayang, polwan Sisca tidak ada kesempatan untuk melihat tingkah atasannya ketika manja. Sehingga dengan gigih setiap hari ia melakukan pendekatan pada Kaze.
Setengah jam berlalu, mobil Davio sudah sampai di depan kos-kosan khusus putri. Kos-kosan yang sederhana. Davio sadar, Azizah tidak akan mampu untuk menyewa kos yang lebih mewah dari ini. Lagi pula sayang uangnya jika untuk menyewa kos yang mewah. Mengingat kuliahnya jauh lebih penting daripada hidup di tempat yang mewah. Untunglah kos-kosan Azizah begitu bersih dan terjaga. Keamanan nya juga bagus sebab rumah ibu kos juga berada di sana.
"Assalamu'alaikum pak dokter. " Ucap Azizah yang sudah siap dengan tasnya berukiran sedang. Ia memang tidak membawa banyak barang untuk pulang, sebab hanya pulang dua hari saja. Andaikan tidak ada acara pernikahan kakaknya Davin, Azizah pun tidak akan pulang.
"Wa'alaikumsalam. Ini di luar rumah sakit Zah. Panggil abang seperti biasa. " Ujar Davio yang tidak turun dari dalam mobil.
"Baik abang. Aku masuk ya. Ibu sudah dari tadi telpon menanyakan kapan aku sampai rumah. Takut kemalaman. " Davio mengangguk. Azizah pun langsung masuk dan duduk di jok belakang.
"Hallo Azizah.. Kok aku nggak di sapa sih. Jahat. " Ucap Kaze dengan suara bariton nya.
"Eh maaf-maaf kak, assalamu'alaikum kak Kaze. Apa kabar? " Kata Azizah. Mobil pun sudah melaju.
"Nah begitu kan manis. Wa'alaikumsalam Zizah. Alhamdulillah kabar baik. Bagaimana kuliah mu? Kapan nih lulusnya? " Tanya Kaze selanjutnya.
"Kuliah aman kak, aku sekarang sedang magang di tempat abang io. Makanya aku bisa makan siang sama abang tadi. Kalau lulus, InsyaAllah secepatnya. Mohon doanya saja kak. "
Azizah memang gadis dengan sifat yang lembut. Ia akan berbicara selembut dan sesopan mungkin kepada siapapun. Ia tidak pernah membedakan siapapun yang mengajak ia berbicara. Baik itu lebih tua atau pun lebih muda, Azizah akan selalu bersikap ramah dan bersahaja. Dari sifat baiknya tersebut, ia menjadi banyak teman. Di mana-mana azizah banyak yang menyukai. Sifat baik memang akan selalu membawa kebaikan pula.
Sepanjang perjalanan, Kaze tidak hentinya mengajak bicara Azizah. Sampai gadis cantik itu merasa capek menjawab. Jika ia tidak menjawab, ia takut akan menyakiti perasaan Kaze. Pantang bagi Azizah untuk mengabaikan orang yang mengajaknya berbicara. Berbeda dengan Kaze, ia menganggap ini suatu kesempatan langka, dimana ia bisa memanfaatkan sebaik mungkin untuk berbicara dengan Azizah. Andai saja ia diijinkan abangnya untuk pindah ke belakang dan duduk di samping Azizah, Kaze akan merasa sebagai manusia paling beruntung sedunia. Sayangnya, hal tersebut tidak akan pernah terjadi.
"Dek, lehermu apa nggak pegal. Dari tadi kok nengok ke belakang terus. " Davio menegur Kaze dengan tetap fokus pada kemudinya.
"Coba abang ngijinin aku buat pindah ke belakang jejer sama Azizah, pasti leherku nggak akan pegel bang. " Kaze berusaha memanfaatkan keadaan. Sayangnya, Davio sudah bisa membaca apa yang ada di otak adiknya tersebut.
"Jangan harap!!!! " Jawab Davio yang sukses membuat bibir Kaze manyun lima centimeter.
Terukir senyum simpul di bibir Azizah. Bukan maksud menertawakan Kaze, namun ia merasa lucu saja dengan tingkah pak Perwira di depannya ini. Azizah kemudian mengeluarkan HP dari dalam tasnya. Ia akan memberi kabar kepada ibunya jika sebentar lagi akan sampai. Dan juga ingin menghindari percakapannya dengan Kaze yang membuatnya capek menjawab.
[Bu, aku sudah mau sampai. Kira-kira empat puluh lima menit lagi. ]
Pesan Azizah kepada ibunya. Beruntung, saat ini ibi Azizah sedang membawa HP nya sehingga langsung mengetahui jika putri kesayangannya tersebut mengirim pesan.
[Iya nak. Hati-hati. Ini kakak kamu juga baru sampai. Ia datang bersama dengan istrinya. ]balas ibu Azizah.
Azizah memang memiliki seorang kakak laki-laki bernama Aziz. Ia seumuran dengan Davio dan sudah menikah. Memiliki profesi sebagai seorang pilot, memaksanya untuk harus tinggal di Jakarta. Bahkan istrinya yang kebetulan masih tetangganya pun harus ikut mendampingi nya ke ibu kota negara tersebut. Kebetulan istri Aziz seorang bidan. Di jakarta ia membuka klinik persalinan. Namun sayang, pernikahan yang sudah berumur lebih dari satu tahun itu belum juga dikaruniai seorang anak.
Sama halnya dengan Davio, ia juga memiliki seorang kakak perempuan yang sudah menikah pula. Kakak Yasmin, seorang arsitek terkenal yang malah harus mengikuti suaminya untuk tinggal di Singapura. Memiliki suami seorang duta besar memaksa Yasmin untuk selalu mendampingi suami di manapun berada. Untunglah di Singapura sana Yasmin tetap bisa mengembangkan karirnya. Bahkan peluangnya justru semakin besar. Yasmin juga belum memiliki momongan, maklum usia pernikahan nya juga baru setahunan.
"Alhamdulillah kita sampai di rumah Azizah. " Ucap Davio saat mobil mereka tiba di depan rumah Azizah.
"Nggak turun dulu bang? " Kata Azizah.
"Enggah dulu Zizah. Besok saja kita bertemu di pernikahan nya mbak Daiva. Kami harus segera pulang juga, bunda sudah menunggu. " Jawab Davio.
"Oh, baiklah. Terimakasih banyak ya bang, Kaze. Aku turun dulu. " Kata Azizah.
"Sama-sama Zizah. Salam buat semuanya. " Kaga Davio yang diangguki Owlh Azizah. Gadis cantik itu kemudian turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah. Kebetulan ibu Azizah sudah menunggu di depan.
Setelah membunyikan klakson sebagai tanpa pamit, Davio pun melajukan mobilnya menuju rumah. Bundanya sudah menunggu. Maklum, bunda Kaze harus di rumah berdua dengan ayahnya. Sebab anak-anak sibuk meniti karir.
"Bang, harusnya kita mampir dulu si rumah Azizah. " Protes Kaze saat mobil sudah di jalan raya.
"Nggak usah banyak protes pak Perwira. Bunda kita sudah menunggu di rumah. Faham. " Kata davio tegas.
"Iya deh bang. Maaf. " Lirih Kaze.
Davio menyunggingkan senyumnya menghadapi sifat adiknya yang belum juga bisa dewasa. Menjadi seorang perwira kepolisian tidak pantas membuat Kaze menjadi sosok yang dewasa dimata davio. Baginya, adik bungsunya tersebut akan selalu menjadi anak manja baginya. Adik bontot yang manja dan suka merengek.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Daniatul Azizah
keren/Drool/
2023-12-05
1
ms_koala
MasyaAllah...🥰
2023-10-24
1