"Beneran bun? " Ucap Davio tidak percaya.
"Benar bang, Azizah magang di tempat kamu praktek lo. Ini ibunya Azizah baru bilang ke bunda. Katanya titip Azizah ke kamu. " Kata bunda.
Saat ini Davio sedang melakukan panggilan telpon dengan bundanya. Dokter tampan itu memang segitu dekat dengan sang bunda. Biarpun tidak bisa pulang, namun Davio rajin memberi kabar kepada orang yang sudah melahirkannya tersebut.
"Pantesan bun kemarin abang kok seperti lihat Azizah. Cuma nggak yakin. Nanti deh abang tanyain ke teman-teman. Biasanya banyak yang tahu. " Kata Davio.
"Makanya bang, jangan diem saja. Masak abang sama adek sama-sama seperti kulkas sih. Kamu tuh ramahnya cuma sama pasien saja. Giliran sama cewek, cuek bebek. Nggak boleh gitu kali bang, inget umur. Abang sudah dewasa, sudah waktunya memikirkan untuk berumah tangga. " Ujar bunda panjang lebar.
"Iya-iya bun. Pagi-pagi sudah dapat kuliah. " Keluhan Davio sambil menyisir rambutnya.
Setelah beberapa percakapan akhirnya panggilan terputus. Davio harus ke rumah sakit. Sedangkan Kaze sudah lebih dulu berangkat. Sebagai abdi negara, Kaze memang dituntut untuk lebih disiplin. Apalagi ia seorang perwira. Harus memberikan contoh yang baik untuk anggotanya.
______
"Mas Kaze mau saya buatkan minum? " Sapa salah seorang polisi wanita atau polwan pada Kaze. Perwira tampan itu tengah sibuk di depan layar komputerntya.
"Sejak kapan saya jadi kakak kamu? " Ucap sinis Kaze pada polwan yang bernama Sisca. Terlihat dari name tag yang ada di seragam yang ia kenakan.
"Oh ma-maaf pak Kaze. Baiklah saya permisi. "
Polwan Sisca pun segera keluar dari ruangan Kaze setelah merasa hawa tidak enak di sana. Bagaimana bisa enak, pemilik ruangannga galak bener.
"Bisa sesak nafas aku lama-lama di ruangan pak Kaze. Jadi laki kok galak amat. Nggak laku baru tahu rasa. " Gerutu Sisca sambil berjalan ke ruangannya sendiri.
"Kenapa? "Tanya rekam Sisca.
" Biasa tuh si kulkas berulah. Padahal aku kan niatnya baik mau nawarin minuman. Eh malah kena semprot. Dasar!!!! " Kesal Sisca. Ia lantas mendudukkan bobot tubuhnya di salah satu sofa yang ada di ruangannya.
"Nawarin minuman apa ngerayu buukkkkk. " Ledek rekan Sisca.
"Hhiihhhhhh, kamu tuh sama saja. Nyebelin juga. " Kata Sisca.
Banyak para polwan di tempat Kaze bertugas yang berusaha untuk menarik simpati dari perwira muda itu. Bahkan setiap hari akan banyak berbagai makanan terhidang di mejanya, serta banyak kartu ucapan yang sama sekali tidak akan dibaca oleh Kaze. Makanan itupun akan Kaze bagikan kepada para pekerja di tempatnya. Seperti tukang sapu, tukang kebun, tukang parkir dan tukang-tukang lainnya.
Sampai pernah, waktu itu Sisca memberikan bakpia yang ia beli langsung dari Jogja. Khusus untuk ia berikan pada Kaze demi menarik simpati. Tapi kenyataannya, bakpia tersebut justru Kaze berikan kepada tukang bersih-bersih masjid. Mengetahui hal tersebut, Sisca kesal sehingga menghampiri tukang tersebut dan meminta bakpia nya kembali. Tanpa ia tahu Kaze memperhatikan dari jauh. Dari kejadian itu, Kaze menjadi tidak suka dengan sikap Sisca. Namun Sisca tidak menyadarinya sehingga masih saja berusaha mendekati Kaze tanpa lelah.
_________
"Apa mah, pulang? Ya nggak bisa lah mah. Aku ada banyak kerjaan di sini. Lagi pula pernikahan kak Daiva masih dua hari lagi kan. Besok saja mah aku pulang. " Kata Davin saat mamanya menelpon menyuruhnya pulang.
"Di rumah mau ada pengajian Vin, masak kamu nggak ada sih. Apa kata orang nanti, mama punya hajatan besar tapi anak gantengnya ini nggak ada di rumah. Bisa malu mama. " Protes mama Davin.
"Kalau malu ya ditutupin pakai kantong kresek warna hitam saja mah. Gampang kan. " Ide brilian dari Davin.
"Ini anak, hhiiiiiiihhhhh. Bikin kesel mama saja kamu ini. Pokoknya mau nggak mau kamu harus pulang. Titik nggak pakai koma. Lagi pula ya di sana kan asisten kamu banyak. Cuma ninggalin pekerjaan sebentar saja apa susahnya sih nak ganteng. Yang di sini saja kamu bisa ninggalin ke orang kepercayaan mu. Masak di sana tidak bisa. " Mama Davin masih kekeh dengan pendapatnya.
"Beda mah, di sini kan ada Azizah. Hehehehe. Tapi sayang kemarin aku ke kampusnya Azizah nggak ada. Kata orang-orang di sana sih angkatannya Azizah sedang magang. "
"Lo, kamu nggak tahu apa kalau Azizah itu magang di rumah sakit tempat abang io. Hadeuhhh, anak mama yang ganteng pol njeduk kok bisa ketinggalan berita sih. Makanya nurut sama mama, biar kalau ada apa-apa mama kan bisa langsung kasih tahu kamu. " Cerca mama Davin.
"Mama ih, nggak bilang-bilang dari kemarin. Bisa keduluan Kaze kan aku bertemu dengan Azizah. Ya sudah aku ke tempat abang io dulu mah. Assalamu'alaikum mama cantik. "
"Ingat, nanti pulang. Wa'alaikumsalam anak gantengnya mama. "
Sambungan telpon pun terputus. Davin segera meraih jaket serta kunci mobilnya. Sampai-sampai panggilan dang asisten yang selalu setia di sampingnya pun tidak ia hiraukan. Ya, Aris sang asisten rajin datang setiap pagi di apartemen Davin. Ia membawakan makanan untuk bos mudanya itu.
Melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, gimana nggak sedang wong memang jalanan sedang ramai-ramainya. Mau ngebut juga percuma, masih kalah sama yang bawa motor.
"Huhhhhhh, " Davin mendengus kesal saat dirinya harus berada di lampu merah yang cukup lama.
[Abang sudah di rumah sakit? ]
Davin mengirimkan pesan kepada abang io.
[Sudah, kenapa Vin? Kamu sakit? ] balas abang io cepat.
Saat ini abang io sedang bersiap untuk menerima pasiennya di ruang praktek. Sudah menjadi kebiasaan bahwa dokter Davio akan datang sebelum pasiennya datang. Bukan seperti dokter kebanyakan, yang akan datang telat saat pasien-pasien nya sudah antri.
[Ok, aku minta nomer antrian pertama di tempat abang. Ini penting. ] balas Davin disertai emotion menangis. Drama Davin dimulai.
[Ok Vin]
Tanpa menaruh curiga apapun Dokter Davio segera memerintah kan susternya untuk mencatat nama Davin di urutan pertama. Jantung dokter tampan itu teroacu cepat, ia mengkhawatirkan Davin. Sahabat adiknya yang juga sudah ia anggap seperti adik sendiri.
Sampai di rumah sakit besar itu Davin buru-buru memarkirkan mobilnya dan berlari ke tempat dimana dokter Davio berada.
"Sus, saya Davin. " Kata Davin saat di depan ruang praktik Davio.
"Oh iya Pak Davin silahkan masuk. " Kata suster itu ramah. Davin mengangguk lalu masuk ke dalam.
Sampai di dalam ruangan Davio nampak cepas memandang Davin yang masih berdiri diambang pintu.
"Vin, masuklah. Kamu kenapa? Apa ada masalah dengan jantungmu? Segeralah berbaring supaya aku bisa memeriksamu. Jangan berdiri saja di situ. " Dokter Davio memberondong Davin dengan banyak pertanyaan.
"Bang,,,, dimana Azizah? " Tanya Davin dengan memasang wajah polosnya. Davio pun nampak bingung alisnya bertaut.
"Azizah???? Maksud kamu? " Tanya Davio balik. Davin pun berjalan dan duduk di kursi yang ada di depan mena dokter Davio. Kursi yang biasamya dipakai oleh para pasien untuk berkonsultasi.
"Kata mama barusan, Azizah magang di tempatnya abang. Berarti kan di sini. Terus sekarang, mana Azizah nya bang? Mana? " Davin malah ngotot. Tidak merasa bersalah sama sekali. Padahal wajah Davio sudah merah padam menahan marah juga kesal terhadap pemuda yang satu ini.
"Huhhhhhh, andai saja kamu bukan sahabat adik ku dan kita sudah seperti keluarga, sudah aku keluarkan itu jantung kamu dari tempatnya. Abang kesel sama kamu Vin.... Astaghfirullah... " Davio berbicara penuh penekanan.
"Lo,,, memangnya aku salah apa bang? Kok abang jadi marah sih sama aku. Aku kan hanya mencari Azizah. Abang io jangan coba-coba menyembunyikan Azizah ya, pasti ini suruhannya Kaze supaya aku nggak bisa bertemu dengan Azizah. " Ceorcos Davin menggebu-gebu. Seolah hanya dirinyalah yang benar. Padahal pada kenyataannya,,,,,,,
"Tidak ada Azizah di sini Vin. Kalau kamu sudah tidak ada keperluan, silahkan keluar. Pasien abang sudah menunggu. Kasihan. " Ujar Davio mencoba meredam emosinya.
"Abang jawab dulu, dimana Azizah berada. Kalau abang nggak jawab, aku nggak mau pergi. " Davin masih kekeh dengan fikiran nya.
Davio mencoba menata emosinya. Ia mengerti jika Davin dalam hal ini pasti salah faham. Davin memang seperti itu, belum apa-apa sudah sibuk dengan fikiran nya sendiri.
"Vin, kamu salah faham. Azizah memang benar ada di rumah sakit ini. Bunda juga bilang kepadaku. Tapi kamu tahu sendiri kan jika rumah sakit ini besar. Besar banget malahan. Dan sampai sekrang abang juga belum pernah bertemu dengan Azizah di sini. Faham kan? Jadi kalau kamu menuduh abang menyembunyikan Azizah, itu salah besar. Salah banget malahan. Buat apa abang menyembunyikan Azizah, memangnya Azizah barang apa. " Jelas Davio. Ia pun menarik nafas berat setelah memberikan penjelasan panjang lebar kepada Davin.
"Assalamu'alaikum dokter.... " Terdengar suara dari ambang pintu. Davio dan Davin kompak melihat ke asal suara.
"Azizah..... " Seru mereka bersama.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments