19

Satu minggu ini Andini dan Davin menghabiskan waktu bersama di kota kelahiran Davin. Karena di kota itu banyak sekali terdapat pantai, maka mereka pun menghabiskan hari-hari mereka di pantai.

"Aku yakin timbangan ku bakalan nganan nih Vin. Habis kamu ngajak makan mulu sih. " Ujar Andini saat mereka tengah menikmati makan siang di sebuah saung yang ada di dekat pantai. Lagi-lagi pantai menjadi tempat favorit bagi mereka untuk menghabiskan waktu.

"Biarin,,, kamu akan terlihat lucu kalau gemuk dan pipi kamu mengembang seperti bakpau, hahahahaa" Jawab Davin sambil tertawa. Ia sudah membayangkan bagaimana lucunya Andini dengan tubuh gemuk dan juga pipi tembem. Pasti akan begitu menggemaskan.

"Ngapain senyum-senyum gitu? Pasti ngetawain aku ya. " Kata Andini yang sudah curiga dengan apa yang difikirkan Davin.

"Eh sejak kapan kamu punya ilmu seperti dukun Din? Bisa nebak fikiran orang. Wah hebat nih kamu, seminggu tinggal di sini saja sudah pinter banget. " Ledek Davin.

"Enak aja aku dibilang dukun. Tapi coba besok-besok aku tanya papa, kali aja aku punya nenek moyang seorang dukun. Hahahaha,,, kan asik tuh aku bisa pelet kamu. " Kini giliran Andini yang meledek Davin.

"Aku sih mau banget di pelet sama kamu Din. Sampai klepek-klepek juga aku mau. Heheheheh. "

"Idih,,,,, "

Andini tersipu malu dengan jawaban yang diberikan oleh Davin. Namun ia tidak mau terlalu kegeeran dan menarik kesimpulan sesuai dengan apa yang ia fikirkan. Sebagai wanita berkelas, Andini tetap akan konsisten dengan sikapnya. Jika Davin memiliki rasa yang sama seperti dirinya, maka lambat laun mereka juga akan bersama. Andini hanya perlu bersikap baik tanpa harus merendahkan dirinya.

_________

"Abang,,,,, aku lulus bang. Aku dapat kuliah dengan gratis lagi. Alhamdulillah. "

Teriak Azizah yang berlari ke dalam ruangan Davio. Ia membawa surat keputusan tentang kelulusan dirinya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya. Mendapatkan gelar dokter spesialis adalah impian azizah. Tidak sadar, Azizah memeluk Davio sambil meluapkan rasa bahagia nya.

"Abang,,,,,,, " Terdengar suara dari ambang pintu. Ia adalah Kaze yang berdiri dengan gagahnya. Matanya menyipit melihat gadis pujaannya sedang memeluk abang tercintanya. Hati Kaze tiba-tiba merasa tercubit.

"Eh,, maaf jika aku mengganggu kalian. " Ucap Kaze seraya penutup pintu. Namun sebelum pintu itu tertutup. Davio melepas pelukan Azizah dan mengenal adiknya. Azizah pun merasa tidak enak hatihati dengan tindakan spontan nya tersebut.

"Dek, maaf jika kamu merasa tersinggung dengan apa yang kamu lihat. Tapi semua ini bukan maksud abang,,,,,,, "

"Nggak apa-apa bang, lebih baik memang aku pergi dari sini. Mungkin kedatangan ku tidak di waktu yang tepat "

Kaze memotong pembicaraan Davio sebelum abangnya itu menyelesaikan ucapannya. Azizah yang sadar akan adanya slaah faham, merasa bersalah dan berkewajiban untuk meluruskan nya.

"Kak Kaze, jangan salah faham. Tadi aku tidak sengaja memeluk abang io. Aku terlalu bahagia dengan kelulusan yang aku dapatkan. Sehingga aku reflek memeluk abang tadi waktu ngasih tahu. Maaf ya semuanya. " Azizah berusaha menjelaskan.

"Oh, kamu lulus ya Zah, selamat ya. Semoga kamu sukses selalu. " Kata Kaze lalu ia pun pergi dari ruang kerja abangnya.

Hati Kaze benar-benar sakit melihat kedekatan antara abangnya dan juga Azizah. Kaze berusaha meyakinkan dirinya bahwa abangnya tidak mungkin mengkhianatinya. Namun pada kenyataannya, Azizah jauh lebih dekat abangnya daripada dirinya sendiri. Intensitas bertemu yang lebih sering membuat bubungan Azizah dan Davio menjadi dekat. Apalagi mereka satu ruangan. Akan banyak peluang untuk mereka dekat dan menjalin rasa. Itulah yang saat ini ada difikiran Kaze.

Perwira muda itu pun menuju parkiran dan menjalankan motornya. Ia membelah jalanan yang ramai. Keadaan yang berbanding terbalik dengan suasana hati saat ini. Hati Kaze merasa sepi dan kosong. Untuk menenangkan dirinya, ia membelokkan motor gede itu ke sebuah kafe yang cukup terkenal di kota pahlawan tersebut. Kafe yang tidak terlalu ramai di jam sore saat ini. Tempat ini akan ramai jika nanti sudah menginjak jam tujuh malam.

"Ini menunya mas. Silahkan mau ditulis sendiri atau minta saya tuliskan sekalian. " Kata pramusaji dengan sopan dan ramah.

"Dituliskan saja mbak. Saya pilih ini dan ini. " Kaze menunjuk dua menu makanan dan minuman. Entah makanan seperti apa yang ia pilih, fikiran nya sudah tidak fokus.

Sang pramusaji pun meninggalkan Kaze untuk menyiapkan pesanan Kaze. Kafe itu memang terkenal cepat dalam penyajian makanan dan minuman. Menjadikan pelanggan merasa nyaman sebab mereka tidak perlu menunggu waktu lama untuk menikmati makanan dan minuman yang mereka inginkan.

"Silahkan mas. " Ucap pramusaji yang sama dengan tadi. Ia menyiapkan makanan di meja.

"Terimakasih mbak. " Ucap Kaze.

"Sama-sama. Selamat menikmati hidangan kami. "

Kaze pun meminun jus alpukat campur susu kesukaannya. Namun makanan yang ada di depannya masih ia biarkan. Rasanya selera makannya sudah hilang. Ia hanya ingin menenangkan dirinya di kafe itu.

"Kaze,,,,,,, "terdengar teriakan seseorang memanggil Kaze. Ia pun menoleh dari arah mana suara itu berada.

" Eh Sisca... Ngapain kamu di sini? " Tanya Kaze.

Ternyata suara yang memanggil Kaze adlaah Sisca. Polwan yang selalu berusaha dekat dengan Kaze namun Kaze tidak memperdulikannya. Mereka memang cukup dekat, namun Kaze menganggap Sisca tidak lebih dari teman atau rekan kerjanya. Di luar lingkup kerja, Kaze memang meminta Sisca untuk memanggil namanya saja. Namun jika di kantor, mereka akan kembali pada stelan awal. Dimana Kaze sebagai pimpinan di sana. Dan Sisca sebagai bawahannya.

"Aku boleh duduk di sini?? "

Tanpa menunggu jawaban Kaze, Sisca langsung duduk di kursi yang ada di depan Kaze. Sisca memang seorang gadis periang dan sedikit ceplas-ceplos. Berbanding terbalik dengan sikap Kaze yang dingin dan acuh. Tapi biasanya, perbedaan sifat justru akan menyatukan mereka. Ups.....

"Kamu ini bisa sopan nggak sih, belum juga dikasih ijin main duduk saja. " Protes Kaze.

"Ah kamu tuh Ka, kayak nggak tahu aku seperti apa. Ini bukan kantor yang aku harus patuh sama kamu. Di sini derajat kita sama. Ingat itu. " Celetuk Sisca tanpa perduli dengan jabatan Kaze saat di kantornya.

"Iya-iya aku tahu. Eh itu makanan kenapa kamu makan? "

Tanpa di sangka Sisca sudah siap untuk memakan spageti yang di pesan oleh Kaze. K

Spageti itu sudah agak dingin, sebab Kaze membiarkannya sejak tadi. Sisca yang memang merada lapar, sudah tidak sabar lagi untuk menyantap makanan yang memang kesukaannya tersebut.

"Lah,,,,, si bos ganteng lupa kalau ini makanan kesukaan saya. Slaah sendiri, makanan enak dianggurin. Udah hampir dingin lagi. Harusnya kamu tuh berterimakasih Ka sama aku, sebab aku yang membuat makanan ini tidak mubadzir. Faham. "

Sisca langsung menyantap spageti setengah dingin itu. Tidak perduli dengan ekspresi wajah Kaze yang sudah seperti ingin makan orang. Melihat Sisca makan dengan lahap seprti anak kecil, membuat Kaze gemes dan ia pun mengulum senyumnya sendiri. Tapi, jangan panggil Sisca kalau ia tidak bisa mengetahui hal tersebut.

"Ngapain Ka senyum-senyum gitu. Lihatin aku makan ya? Awas lo nanti bisa jatuh cinta sama aku kalau lihat-lihat terus. " Uang Sisca kepedean.

"Idihhh,,, kepedean. " Kata Kaze datar.

'Ternyata ia lucu juga, jadi pengen uyel-uyel pipinya, eh.... ' batin Kaze bermonolog.

*********

Mohon maaf apabila up bab nya cukup lama. Semoga kalian selalu suka dengan ceritaku ini ya. Jangan lupa sawerannya, biar aku tambah semangat nulis. mamacih☺🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!