"Tapi kita tidak harus menikah sekarang Zah. Aku bisa menunggumu sampai kamu benar-benar siap. " Ucap Davin merasa frustasi.
Semua harapannya hancur seketika mendengar jawaban yang keluar dari mulut gadis manis itu. Di luar bayangannya, Davin menjadi syok. Fikirannya kalut namun ia tidak bisa memaksakan kehendaknya apda azizah. Sebab jika ktu terjadi, justru yang ada Azizah akan menjadi benci kepadanya.
"Tapi aku tidak mau menggantung siapapun kak. Aku tidak mau mempunyai beban. Sebab aku juga belum menginginkan hal itu. Sekali lagi maafkan aku kak. Aku tidak bisa. Dan maaf juga aku harus permisi. " Azizah beranjak dari kursinya.
"Zah,,,, " Davin memegang pergelangan gadis itu.
"Maaf kak.. " Kata Azizah lirih.
"Aku antar kamu pulang. Sudah malam. "Ucap Davin. Azizah mengangguk.
Setelah membayar, Davin pun mengajak Azizah ke mobilnya. Walaupun perasaannya saat ini sedang hancur namun ia akan tetap memperlakukan Azizah dengan baik. Hubungan mereka dari kecil memang sudah baik, Davin tidak mau merusaknya walaupun Azizah menolaknya saat ini.
" Kalian..... " Tiba-tiba saja Kaze ada di dekat mobil Davin. Kebetulan juga mobil Kaze terparkir cantik di sebelah mobil Davin.
"Eh Kaze. Maaf kami permisi dulu ya. " Kata Davin cepat.
"Eh tunggu,,,,, " Kata Kaze. Davin dan Azizah pun menghentikan langkah nya.
"Ngapain kalian berdua di sini? Apa kalian sedang kencan? " Tanya Kaze menyelidik.
"Kami tidak sedang kencan kak. Tolong jangan salah faham. Kami ada urusan tadi di sini, dan sekarang kak Davin mau mengantarkan aku pulang. Sudah malam, daripada aku naik ojek. " Ujar Azizah. Kali ini Kaze mendengarkan dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. Sedangkan Davin hanya diam saja menatap Azizah.
"Ooohhh gitu. Ya sudah hati-hati ya kalian. Aku ada janji dengan teman soalnya. Aku masuk duluan ya. " Kata Kaze.
Buru-buru Kaze masuk ke dalam kafe tersebut. Ia sudah ditunggu oleh rekannya yang kebetulan sudah ada di dalam. Jika saja Kaze tidak ada janji, bisa dipastikan ia akan mengintrogasi dua orang yang ia curigai tadi.
"Zah, kamu marah sama aku? " Tanya Davin pada Azizah yang sejak tadi hanya diam saja. Mereka saat ini sudah ada di jalan.
"Eng-enggak kak. Tidak ada alasan buat aku marah sama kak Davin. Aku hanya capek, ingin cepat-cepat sampai kosan dan tidur. " Jawab Azizah.
Bukan karena capek, namun sebenarnya hari Azizah juga merasa sedikit tersentil dengan keputusan yang ia buat sendiri. Ada sedikit rasa di hatinya untuk Davin. Namun perasaan itu ia tepis dan berusaha ia buang jauh demi sebuah cita-cita yang ingin ia raih. Padahal, jika saja Azizah mau berkata jujur semua tidak akan ada masalah untuk Davin. Pria muda itu pasti mau menunggunya.
Di satu sisi, Azizah jika bersama dengan Kaze juga merasa aman. Sosok Kaze bisa memberikannya sebuah rasa aman dan nyaman. Oleh sebab itu, ia pun tidak ingin membuat komitmen dengan siapapun selagi dirinya belum siap. Ah Azizah, sebenarnya ia hanya galau dengan hatinya sendiri.
"Alhamdulillah, sudah sampai Zah. Maaf ya aku tidak mampir. Sudah malam soalnya. Takut ditegur ibu kos mu. " Kata Davin lalu membukakan pintu untuk Azizah.
"Tidak apa kak. Terimakasih banyak sudah mengantarkanku. "
Azizah lalu masuk ke dalam. Ia nampak tidak bersemangat. Namun, ada ibu kos duduk di teras. Dengan senyum ramah ia tetap menyapa ibu kos yang sudah begitu baik terhadapnya. Bahkan di saat ibu Azizah dulu telat mengirimkan uang pembayaran kos, ibu kos tidak pernah mempermasalahkan. Azizah memang rajin. Ia sering membersihkan kos selain di depan kamarnya. Sehingga lingkungan kos menjadi bersih dan nyaman karena Azizah.
Sementara itu, Kaze langsung pulang ke apartemen setelah urusannya selesai. Kebetulan abang io juga sudah sampai.
"Tumben pulang awal bang? " Tanya Kaze.
"Alhamdulillah dek, abang bisa pulang awal di saat kamu ada di sini. Kan besok kamu sudah harus kembali ke Malang lagi kan? " Ujar Davio sambil melepaskan jas putih kebesaran nya.
"Besok aku berangkat agak siangan bang. Acaranya dimulai sore. Oh ya bang, aku habis dari kafe lo. "
"Terus kalau dari kafe kenapa dek? Wong abang saja nggak kamu ajak kok. " Davio pura-pura kesal. Ia lantas duduk di samping Kaze.
"Gimana mau ajak abang, selain abang belum pulang aku ke kafe itu karena ada urusan sama temanku bang. Bukan mau nongki. Tapi yang jadi masalah itu, tadi aku bertemu dengan Azizah dan juga Davin. Mereka nampaknya habis kencan deh bang. Curiga aku.... " Kaze mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Nampak seperti sedang berfikir serius. Padahal kenyataannya ia hanya membayangkan wajah cantik Azizah.
"Curiga apaan sih dek. Bukannya memang kalian dekat dari kecil. Jadi wajar lah kalau Davin ngajakin Azizah ngafe. Nggak seperti kamu yang nggak pernah ajak-ajak kalau kemana-mana. Hahahahaa. " Tawa renyah Davio.
"Enak aja. Aku tuh memang sibuk bang. Tapi aku senang dapat tugas luar kota. Soalnya aku bisa terbebas dari bayangan Sisca gang terus bergentayangan itu. Huhhhh, kesel aku. " Wajah geram Kaze nampak jelas. Ia membayangkan bagaimana Sisca selalu mepet kepadanya setiap hari.
"Sisca??? Polwan yang........ " Ucap Davio terputus.
"Iya bang. Yang itu, memangnya yang mana lagi. "
"O yang cantik itu. Manis lo itu si Sisca. " Kata Davio. Ia sudah pernah bertemu Sisca saat mengantarkan Kaze ke kantornya.
"Kalau manis, buat abang saja kalau gitu. Biar nggak ganggu aku terus. "
"Beneran nih buat abang?? Nanti kamu nyesel lo.. " Goda Davio.
"Idih, najis tralala deh. "
"Hahahhaahaaaa"
________
Hari ini Davin pulang ke rumah orang tuanya. Sepertinya pemuda tampan itu membutuhkan waktu untuk merelaksasi kan otaknya yang agak korslet karena penolakan dari Azizah. Selama beberapa hari di Surabaya, Davin tidak ada selera untuk bekerja. Semua pekerjaan ia limpahkan kepada asistennya Aris. Sementara itu ia memutuskan untuk pulang. Bahkan untuk beberapa hari bahkan minggu atau bahkan bulan ke depan ka akan di rumah orang tuanya saja. Mengurus bisnisnya yang di sini. Davin seolah kehilangan semangatnya.
"Tumben kamu pulang? Biasanya harus mama ngotot-ngotot dulu baru mau pulang. " Cibir mama Davin ketika anaknya baru saja sampai rumah beberapa menit yang lalu.
"Aku patah hati mah. Jangan ledek dong. Makin pusing nih aku. " Kata Davin sambil memijat keningnya yang terasa berdenyut nyeri.
"Patah hati?? Memangnya kamu punya pacar? Perasaan dari dulu kamu nggak dekat dengan siapa-siapa. Cuma sama Azizah saja yang memang kalian sudah dekat sejak kecil. " Uang mama Davin. Ia lantas mendudukan dirinya di samping Davin yang terlihat lesu.
"Nah itu dia mah. Aku tuh.......... "
Davin pun menceritakan apa yang sudah terjadi kepada mamahnya. Semua nya ia sampai kan, tidak ada yang luput sedikitpun. Saat ini memang Davin merasa butuh tempat untuk bercerita. Dan hanya mamanyalah orang yang paling tepat.
"Huhhhhhhh,,,,, sabar ya nak. Kalau jodoh tidak akan kemana. Tapi saran mama, kamu jangan menutup hati. Tetaplah membuka hati untuk yang lainnya. Siapa tahu ada yang cocok, mama sih semua terserah kamu Vin. Mama juga nggak ada kriteria khusus untuk menjadi menantu mama. Yang penting baik. Dah cukup. Jujur mama memang ada mengharap Azizah menjadi menantu mama, namun jika memang kalian tidak berjodoh kita bisa apa. Tidak mungkin kan kita menentang takdir. " Ujar mama Davin memberikan nasehat.
Hari Davin sudah cukup lega setelah bercerita dengan mama nya. Ada sedikit beban yang seolah terlepas dari pundaknya.
"Iya mah, aku akan tetap membuka hatiku untuk yang lain. Terimakasih banyak ya mah. "
"Sama-sama sayang. Mama selalu mendoakan yang terbaik untukmu. "
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Reni Windya
Azizah buat bang Iyo aja aku nggk suka sama Azizah mending pak pol sama buk pol,Davin sama andini
2023-12-31
0
Daniatul Azizah
/Angry//Angry/
2023-12-06
0