16

[Zah, jalan yuk. Mumpung aku sedang libur nih. Besok aku sudah kembali ke Malang]

Sebuah pesan dikirim oleh Kaze kepada Azizah. Ia begitu berharap bisa bertemu dengan gadis yang ia cintai sedari kecil sampai sekarang. Padahal, banyak gadis cantik yang mengejarnya sampai rela malu seperti Sisca namun Kaze tidak menanggapinya sama sekali. Ia masih ingin merengkuh cinta azizah sebagaimana yang ia utarakan kepada Davin. Hanya saja, saat ini Kaze belum tahu jika Davin sudah ditolak oleh Azizah.

[Maaf kak, aku sibuk]

Balas Azizah cepat. Bukannya ia sibuk dalam arti yang sebenarnya. Namun ia sibuk memikirkan hasil tesnya yang belum keluar. Hal itu sangatlah penting bagi Azizah hingga membuatnya tidak bersemangat melakukan apapun.

"Yahh,,, doi nggak mau lagi. Apa aku susulin saja ya di rumah sakit. Davin juga sedang pulang kampung nggak balik-balik lagi. Aku kan bosen di sini sendirian. " Gumam Kaze pada dirinya sendiri.

Davin memang sampai saat ini belum kembali ke kota Surabaya. Ia masih betah di rumah orang tuanya. Menyibukkan diri dengan bisnisnya di kota itu. Demi melupakan perasaannya kepada Azizah, Davin rela meninggalkan bisnisnya yang sedang naik daun di kota Pahlawan itu. Padahal, ada Andini yang juga menunggu kedatangan kembali Davin ke kota besar tersebut.

Tidak berapa lama, Kaze sudah tiba di depan ruangan dokter Davio di mana Azizah juga berada di sana. Tidak lupa Kaze membawa beberapa makanan untuk ia berikan kepada abang dan juga gadis pujaannya. Kebetulan juga memang sudah mendekati waktu makan siang.

"Assalamu'alaikum... " Ucap Kaze di ambang pintu. Kebetulan para pasien sudah tidak ada. Inilah yang membuat hati dokter Davio dengan. Ia senang jika pasien hanya sedikit. Itu artinya banyak yang sudah sembuh oleh penyakit yang diderita. Apalagi, jika datang ke dokter Davio sudah pasti mereka yang mengalami masalah dengan jantung. Penyakit yang cukup mengerikan bagi sebagian besar orang.

"Wa'alaikumsalam. Loh dek, kok ke sini sih. Tumben. " Jawab Davio. Kaze pun berjalan masuk ke dalam. Tidak lupa ia menutup kembali pintu ruangan ini. Di pojokan terdapat Azizah yang sedang berkutat dengan komputer yang ada di depannya.

"Aku bosan di apartemen sendirian bang. Davin jiga nggak balik-balik kan. Ya sudah aku ke sini saja. Lumayan kan buat ngisi waktu. Wong akh ngajakin seseorang buat jalan ya ditolak kok bang. Katanya sibuk bangat. " Sindir Kaze pada Azizah. Gadis cantik itu pun menoleh kepada Kaze. Yang di toleh bukannya merasa bersalah justru semakin melebarkan senyumnya. Sedangkan Davio, ia sudah mengerti siapa yang adiknya maksud.

"Davin pulang kampung?? Tumben, bukannya bisnis yang di sini sedang berkembang bagus ya. " Kini Davio beranjak dari kursinya. Ia berjalan ke arah sofa dimana Kaze duduk manis di sana.

"Iya bang, Davin pulang. Nggak tahu jiga kenapa. Kemarin aku ke tempatnya, eh cuma ketemu dnegam assisten nya saja. Malahan ia curhat katanya kewalahan menangani perusahaan yang ditinggal Davin. Aneh juga tuh anak bang. Apa ia patah hati ya. "

DEG!!!!

Mendengar ucapan Kaze membuat jantung Azizah berdebar. Ia langsung teringat dengan ucapannya menolak Davin tempo hari.

'Apa sebegitu besarnya dampak dari perbuatanku kepada kak Davin. Namun, aku kan juga berhak menentukan pilihanki'. Fikir Azizah. Ia nampak gelisah sehingga layar datar di depannya pun ia biarkan begitu saja. Pandangannya kosong ke depan. Davio yang merasakan hal tersebut langsung bertindak.

"Zah, sini makan. Ini Kaze bawa makanan banyak. Ini kan sudah hampir jam makan siang. Pasti kamu juga lapar kan. Sudah tinggalkan komputer itu. Mari kita makan. " Ucap Davio.

Sikap dewasa Davio inilah yang membuat Azizah betah ada di dekatnya. Davio begitu mengerti dengan apa yang dirasakan Azizah dan bagaiman cara membuat gadis itu nyaman kembali.

"Iya bang sebentar aku matiin dulu komputernya. " Jawab Azizah patuh. Nah inilah yang Azizah suka, Davio selalu bisa membuatnya nyaman.

Azizah pun turut bergabung duduk di sofa yang ada di ruangan ini. Davio memberikan potongan pizza kepada gadis manis itu. Ia menerimanya. Sebab perutnya memang juga lapar. Azizah melupakan sarapan paginya tadi. Ia pun mulai memakan pizza yang dibawakan oleh Kaze itu.

"Bang, kata asistennya Davin. Davin itu ada dekat dengan teman lamanya lo. Bahkan mereka sekarang terlibat bisnis. Namanya Andini. Sepertinya ia suka dengan Davin. " Ujar Kaze.

"Uhukkkk,,,,, uhukkkkk,,,,,, " Mendengar hal tersebut membuat Azizah kaget. Saking kagetnya ia sampai terbatuk-batuk sebab ia sedang mengunyah.

"Pelan-pelan Zah. Nih minum dulu. " Kaze menyerahkan sebotol air mineral kepada Azizah. Dua pria tampan kakak beradik itu tampak heran melihat sikap Azizah.

"Terimakasih kak.. " Ucap Azizah setelah ia minum dan meletakkan kembali botol itu di meja.

"Kamu kenapa Zah?? " Tanya Davio.

"Aku tidak apa-apa bang. Hanya keselek saja. Biasa kan kalau orang makan itu pasti ada yang keselek. " Kilah Azizah.

"Iya,,,, ya sudah makan lagi. Habis itu kamu bisa istirahat. Kemungkinan ada pasien lagi sekitar jam duaan. Jadi kamu punya banyak waktu untuk istirahat. " Kata Davio.

"Baik bang. Terimakasih. "

Mereka pun makan dalam diam. Kaze tidak berani berkata-kata sebab ia melihat raut wajah Azizah yang sedang tidak baik.Ia lebih memilih diam dan menghabiskan makanannya.

Lain keadaannya di sebuah ruangan yang cukup megah namun tidak besar. Seorang asisten bos sedang berkutat dengan pekerjaan yang ia rasa begitu berat. Ya, siapa lagi kalau bukan Aris. Asistennya Davin. Ia terlihat frustasi dengan pekerjaan yang ia hadapi. Dimana ada banyak klien yang datang silih berganti yang harus ia tangani seorang diri. Sungguh miris, gaji begitu besar tidak ada artinya jika pekerjaan yang begitu menumpuk.

Tok. Tok. Tok

"Masuk." Suara Aris setelah mendengar pintu ruangan di ketuk dari luar.

"Selamat siang Ris. " Sapa seorang lalu ia masuk dan duduk di kursi yang tersedia.

"Eh, mbak Andini. Tapi maaf mbak bos sedang pulang kampung. Sudah semingguan ini. " Kata Aris.

"Pulang kampung??? Ngapain??? " Tanya Andini heran.

"Kurang tahu mbak. Yang jelas saya stress gara-gara pekerjaan yang ditinggalkan oleh bos. " Keluh Aris.

"Sayang akan menyusul Davin ke rumah orang tuanya. " Ujar Andini lalu ia berdiri.

"Hhaaahhhhhh...... "

'Mbak Andini mau nyusulin bos ke rumah. Wah bener-bener itu mbak Andini. Pasti jatuh cintrong beneran deh sama si bos. Biarin deh aku nggak akan kasih tahu bos. Biar surprise gitu loh. ' Aris bermonolog pada dirinya sendiri setelah kepergian Andini.

*********

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!