"Kamu nggak apa-apa Zah? " Tanya teman Azizah. Ia menatap heran kepada sahabatnya yang tiba-tiba menjadi murung.
"Enggak, aku enggak apa-apa kok. Yuk kita balik. Aku harus kembali ke rumah sakit sekarang. " Ajak azizah.
"OK, aku bayar dulu ya. "
Mereka berdua lantas meninggalkan kafe tersebut. Sedangkan Davin dan juga Andini masih sibuk berbicara. Sebab pembicaraan mereka memang sudah ke tahap serius, yaitu mengenai bisnis.
Sampai di rumah sakit, Azizah masih memasang wajah murung nya. Bahkan di ruangan Davio ia masih memasang muka yang sama.
"Aku kenapa sih, nggak banget tiba-tiba moodku jadi ancur begini. Kan cuma lihat kak Davin sama pacarnya doang. Seharusnya nggak masalah buat aku. Huhhhh, sebel. " Ucap Azizah dalam hati.
Davio yang sibuk dengan komputer di depannya, membuat ia tidak sadar jika orang di sampingnya sedang badmood tingkat dewa. Namun justru itu Azizah merasa lega. Jika saja davio memperhatikan dirinya, akan banyak pertanyaan yang terlontar.
"Zah, abang pulang dulu ya. Ada janji dengan teman. Kamu mau pulang barengan abang atau masih ada pekerjaan? " Ucap Davio. Hari sudah sore tepatnya sudah pukul setengah lima.
"Aku masih ada pekerjaan bang. Abang pulang saja dulu. Nanti aku pulang sama yang lain. Gampang itu. " Jawab Azizah.
"Ok, Hati-hati ya. "
Azizah pun mengangguk. Davio pergi meninggalkan Azizah yang masih sibuk di depan komputernya. Padahal, semua pekerjaan sudah ia selesaikan dengan baik. Bahkan jauh sebelum davio pergi tadi. Namun Azizah masih belum bisa menata hatinya yang sedang tidak enak.
"Ini semua gara-gara kak Davin. Huhhhh" Gumam Azizah karena kesal.
Hampir adzan magrib, Azizah baru pulang. Ia pulang berjalan kaki seperti teman-teman lainnya. Sebab jarak rumah sakit dengan kosannya juga dekat.
Tin. Tin. Tin
Sebuah mobil mewah berhenti pelan di samping Azizah. Sang pemilik mobil pun keluar.
"Zah, mari kakak antar pulang. " Kata pemuda itu yang tak lain adalah Davin.
"Nggak usah kak, aku sama teman-teman ku saja. " Jawab Azizah.
"Nggak apa-apa Zah, kamu pergi saja dengan mas ini. Kami tidak masalah. " Celetuk salah seorang teman Azizah yang berjalan bersamanya.
"Tuh kan Zah, temanmu saja sudah mengijinkan. Ayo ikut denganku. Adek-adek, terimakasih banyak ya. Kalian hati-hati pulangnya. " Kata Davin.
Hal tersebut tentu saja membuat teman-teman Azizah senyam-senyum nggak jelas. Mereka senang sebab ada pria yang begitu tampan menyapanya. Azizah mau tidak mau alias terpaksa menuruti keinginan Davin. Ia lantas masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam itu.
"Langsung antarkan aku pulang ya kak. " Ucap Azizah dengan nada ketus.
"Loh kok pulang. Kita sholat dulu lalu makan malam. Kan sudah lama kita nggak makan bersama Zah. " Kata Davin dengan santai. Ia belum menyadari jika Azizah memasang wajah jutek kepadanya. Sebab di pandangan Davin, Azizah selalu terlihat manis dan cantik.
"Aku pokoknya mau pulang kak. Jangan memaksa gini dong. " Kekeh Azizah.
"Kamu kenapa sih Zah? Kakak buat salah sama kamu? Kok mau marah nggak jelas gini sih. "
"Kak, kalau kakak ajak aku makan malam. Terus dilihat sama pacar kakak, aku nanti dimarahi. Aku nggak mau ah disebut pelakor. " Uang Azizah.
"Pacar??? Pacar siapa?? " Tanya Davin heran.
"Ya pacar kakak lah, masak yadi siang baru saja habis ngedate sudah lupa. Iissshhhhh. "
"Hahahahaaaaa,,, kamu cemburu ya Zah. Itu temanku, Andini namanya. Duhhh, seneng banget aku tuh dicemburui sama Azizah. " Ucap Davin. Azizah pun menjadi malu. Malu dengan apa yang ia ungkapkan tadi.
"Kenapa malah tertawa kak? " Tanya Azizah.
"Ya kamu ini lucu banget sih Zah. Kalau suka sama kakak ya bilang saja. Ngapain pakai acara cemburu segala. Jadi makin lucu tahu nggak sih. " Kata Davin. Senyumnya terus mengembang menghiasi wajah tampannya.
"Iiiassshhhh, nggak usah GR deh kak. Aku cuma nggak mau dibilang pelakor. " Kolah Azizah.
"Iya deh iya. Diiyain aja supaya kamu senang. Hehehehehe. " Tawa dan senyum Davin terus menyeruak di dalam mobil. Membuat Azizah semakin malu atas tindakannya. Ia mau berkilah saat ini namun tidak akan bisa mengalahkan ucapan Davin. Pasti yang ada Davin akan semakin menggodanya.
Teringat masa kecilnya dulu, Davin pernah menggoda Azizah sampai ia menangis. Pulang-pulang mengadu pada sang ibu. Tidak mendapat pembelaan justru ibunya malah menertawakan nya. Hal inilah yang terjadi lagi anatara Azizah dan Davin. Namun kali ini Azizah tidak akan mengadu kepada ibunya.
Davin mengajak Azizah ke sebuah restoran yang di dalamnya terdapat sebuah mushola. Sehingga mereka bisa sholat bergantian.
"Kamu suka di sini Zah?? " Tanya Davin yang baru saja selesai sholat. Sebelumnya mereka sudah memesan makanan, sehingga sekarang tinggal menunggu makanan mereka datang.
"Suka sih kak, tapi makanannya mahal-mahal. " Kata Azizah polos. Ia yang terbiasa hidup dalam kesederhanaan melihat harga makanan yang ada di menu membuatnya berfikir jika makanan itu mahal-mahal. Padahal menurut Davin harga tersebut sudah wajar, sesuai dengan tempat dan juga rasa yang disajikan.
"Harga tersebut wajar Zah. Kamu lihat kan tempat kita saat ini. Begitu mewah dan nyaman. Nanti kamu kalau sudah makan, pasti bisa menilai sendiri bagaimana rasanya. Aku yang sudah pernah makan di sini merasa harga tersebut mahal. Memang, tidak semua orang bisa makan di tempat ini. Karena setiap restoran atau rumah makan memiliki target market mereka masing-masing. Sebagai pengusaha apapun itu usahanya harus bisa menentukan target market masing-masing. Jadi nggak ada istilahnya salah sasaran. " Ujar Davin panjang lebar.
"Senengnya kalau sudah ngobrol sama pengusaha. Pengalamannya banyak. " Kata Azizah yang bangga pada Davin yang sudah sukses di usia mudanya. Sebab dj dunia usaha atau bisnis itu tidak mudah. Perlu ketekunan dan juga ilmu yang memadai untuk masuk ke dalamnya.
"Ah biasa saja Zah. Hehehee. "
Tidak lama makanan dan minuman yang meraka pesan pun datang. Mereka makan sambil sesekali membicarakan sesuatu. Azizah juga melontarkan pujian terhadap makanannya yang menurutnya rasanya begitu lezat dan pas di lidah.
"Tapi masih enakan masakan ibuku di rumah kak. Hehehehe. " Kata Azizah yang sudah menyelesaikan makannya.
"Kapan-kapan aku mau ke rumahmu, minta makan. Hahahahaa. "
Davin banyak mengajak berbicara Azizah. Ia membuat moment ini begitu istimewa, apalagi rasa sayangnya kepada Azizah tidak pernah pudar sedikitpun. Apalagi melihat Azizah saat ini yang begitu mempesona di mata Davin. Jika saja ia punya keberanian lebih, Davin akan melamar Azizah. Namun sayangnya, keberanian nya itu masih tertutup rapat oleh ingatannya tentang pernyataan Azizah. Dulu kala, Azizah pernah berkata jika ia akan menikah jika sudah sukses menjadi seorang dokter dan bisa membuat ibu ayahnya bangga.
Dari jauh nampak pria muda yang gagah sedang berjalan memasuki restoran tempat Davin dan Azizah berada. Pria itu sendirian, sebab ia sedang ada janji dengan salah seorang temannya. Melihat-lihat beberapa meja, pria tampan itu belum juga menemukan teman yang mengundangnya untuk datang. Namun, manik matanya malah tertuju pada sepasang anak muda yang berbincang dan sesekali ada tawa diantara keduanya.
"Kalian...... " Tunjuk pria tampan itu.
"Kaze....... " Seru Davin dan Azizah.
Untuk beberapa saat mereka saling pandang tanpa berucap apapun. Hening,,,,,, itulah yang terjadi.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Daniatul Azizah
gasskeeuunn
2023-12-05
0
nita20
ayo Kaze tunjukkan juga perhatianmu ke Azizah. jangan kalah start dengan Davin. kalau ketikung sahabat sendiri,nanti nangis lagi
2023-10-26
2