15

"Kasihan kamu nak, cintamu bertepuk sebelah tangan. " Ucap mama Davin dalam hati. Ia melihat dengan sendu wajah anaknya yang sedang patah hati.

Kesehariannya Davin terbiasa dengan penuh canda. Banyak temannya yang bilang jika ia suke slengek'an. Namun, Azizah merubahnya saat ini. Davin menjadi lebih pendiam. Patah hatinya berhasil merubah kepribadiannya saat ini. Bahkan mama papanya merasa prihatin hingga memutuskan untuk mencarikan jalan keluar atas apa yang menimpa putra terbaiknya.

"Halo pak, ada yang bisa saya bantu " Ucap ramah Aris sang asistennya Davin. Ia sedang menerima telpon dari orang yang begitu ia segani. Wajar saja, karena orang yang menelponnya saat ini adalah orang tua dari bos nya yang beberapa hari ini meninggalkan semua pekerjaan yang ada di Surabaya kepada dirinya.

"Mas Aris, mohon maaf apabila mengganggu. Saya mau tanya, apakah di Surabaya anak saya Davin dekat dengan seseorang? Rekan bisnis atau teman misalnya? " Tanya papa Davin. Ia ingin mengorek keterangan seputar kehidupan anaknya selama jauh dari nya dan juga sang istri. Mungkin saja ada harapan Davin dekat dengan seorang perempuan selain azizah. Hal tersebut akan dimanfaatkan untuk papa Davin supaya Davin bisa kembali ceria seperti sedia kala.

"Mmmmmm, setahu saya bos dekatnya sih dengan mbak Azizah pak. Yang seorang dokter muda itu. " Jawab Aris.

"Selain Azizah maksud saya. " Tukas papa Davin.

"Mmmmmm, siapa ya pak. Kalau pun ada ya mbak Andini. Ia teman bos selama kuliah. Dan terakhir kami bekerja sama dengan perusahaan ayahnya mbak Andini. Sekaligus dengan mbak Andini juga pak. Sebab mbak Andini juga sudah memegang beberapa anak cabang perusahaan ayahnya. " Jelas Aris. Ia memberitahukan apa yang ia ketahui tentang bosnya selama ia mendampingi.

"Oh, OK mas Aris. Terima kasih atas keterangan nya. Sekali lagi mohon maaf apabila menganggu. " Ucap appa Davin.

"Sama sekali tidak mengganggu pak. Senang bisa membantu. "

Setelah itu sambungan telpon mereka pun terputus. Papa Davin menyunggingkan senyum kepada mama Davin yang sejak tadi ada di sampingnya. Sedangkan Davin sudah sejak pagi tadi berangkat ke kantor yang di kotanya tersebut. Ia memanfaatkan waktunya untuk bekerja di kota kelahirannya tersebut. Sebab sejak pindah ke Surabaya, bisnisnya di sini ia serahkan kepada beberapa orang kepercayaannya.

"Gimana pah? " Tanya mama Davin penasaran.

"Ternyata di Surabaya Davin ada dekat dengan temannya semasa kuliah dulu. Kalau tidak salah namanya Andini. Bahkan Davin terlihat kerja sama dengan perusahaan milik ayahnya Andini itu mah. Kata Aris tadi menjelaskannya begitu. Jadi kan ada peluang untuk Davin move on dan mencari ya lain. " Jelas papa Davin.

"Coba nanti aku bicara dengan Davin pah. Kasihan dia, gara-gara patah hati malah jadi seperti benang kusut gitu. Payah, hehehehe. " Ujar mama Davin dengan gaya bicaranya yang khas mama rempong.

Sementara itu saat ini azizah dengan berkutik di salah satu universitas ternama. Ia akan mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan beasiswa spesialis kedokteran. Hatinya gelisah setelah menjalani segala rangkaian tes. Ia begitu berharap mendapatkan beasiswa tersebut. Sebab ia tahu jika tanpa beasiswa tersebut ia tidak akan bisa melanjutkan studinya dan meraih cita-cita nya. Kedua orang tuanya tidak ada materi untuk memenuhi keinginan Azizah tersebut.

Bahkan malam hari Azizah tidak bisa tidur memikirkan ujiannya tadi. Padahal Azizah begitu cerdas, namun masih juga memiliki kekhawatiran akan gagal. Ia lantas bangun, pergi ke kamar mandi dan mengambil wudhu. Azizah lantas menegakkan Sholat di sepertiga malam. Kebetulan ia tadi juga sudah tertidur walaupun sebentar. Karena memang salah satu syarat sholat tahajud adalah harus tidur terlebih dahulu walau hanya sebentar.

"Aku pasrahkan kepadamu ya Allah. Namun aku meminta, ijinkan aku menerima beasiswa itu dan mewujudkan cita-cita ku. Hanya kepadaMu aku memohon, dan hanya kepadaMu aku meminta. Wujudkan lah impian dan keinginanku itu ya Allah. Aamiin. "

Lantunan doa Azizah di atas sajadah nya. Mengalir deras air mata yang sejak tadi ia tahan. Begitu besar keinginan Azizah tersebut. Hingga ia tidak bisa menahan air mata saat memintanya kepada yang Maha Kuasa.

Pagi hari menjelang seperti biasa Azizah datang ke rumah sakit. Ia sudah bekerja di sana, namun nantinya masih tetap bisa melanjutkan kuliah jika memang beasiswa itu ia dapatkan. Dan lagi-lagi, ia ditugaskan untuk membantu dokter Davio di ruang prakteknya.

"Kenapa zah? " Tanya Davio saat melihat Azizah kurang bersemangat pagi ini.

"Aku takut aku nggak lolos bang. Padahal aku begitu menginginkan nya. Aku sudah berjuang keras bang. " Kata Azizah dengan lesu.

"Sabar, Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hambanya. Jangan putus berdoa dan berusaha. "

Perkataan Davio bukan membuat Azizah tenang, namun sebaliknya. Justru membuat Azizah semakin gelisah. Padahal Davio sudah tahu hasilnya. Namun ia ingin tahu bagaimana Azizah menyikapinya.

Davio tersenyum dan kembali ke tempat duduknya.

"Aku hanya ingin tahu bagaimana kesabaran seorang yang begitu dicintai oleh adikku dan juga aku sendiri" Ucap Davio dalam hati.

*********

Terpopuler

Comments

Daniatul Azizah

Daniatul Azizah

tuh kan bang io juga naksir azizah
jangan2 ntar azizah milih bang io malah/Angry//Angry//Angry//Angry/

2023-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!