"Azizah..... " Ucap Davio saat melihat gadis cantik seumuran adiknya sedang melintas di depan ruang kerjanya. Atau lebih tepat ruang praktiknya di sebuah rumah sakit swasta terbesar di Surabaya.
"Benarkah itu Azizah ya, atau aku hanya salah lihat. Kan aku sudah lama tidak bertemu dengannya. " Gumam Davio.
"Ah sudahlah. " Gumamnya lagi. Ia lantas melanjutkan pekerjaan nya dengan penuh suka cita. Davio memang dokter terbaik, teeamah dan juga tertampan. Versi emaknya, hahahaha
Memang benar adanya jika yang melintas tadi adalah Azizah. Gadis itu sedang magang di rumah sakit tersebut. Azizah sebentar lagi pun akan lulus dan menjadi dokter muda. Jika pihak rumah sakit menyukai kerjanya saat magang, bisa jadi nantinya Azizah akan langsung direkrut untuk bekerja di sana. Rumah sakit ini memang banyak diincar oleh para mahasiswa baik lulusan kedokteran, perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain fasilitas yang baik, gaji besar pun ada di depan mata. Beruntung sekali Davio bisa masuk dijajaran dokter spesialis di sana dengan gaji yang tidak main-main.
Di ruangan lain, nampak para calon dokter muda yang cantik-cantik sedang duduk manis. Di sana juga terlihat sosok Azizah.
"Eh kalian tahu nggak, dokter spesialis jantung di sini katanya keren banget lo. Masih muda dan belum menikah. " Ujar Niken, rekan Azizah.
"Ah yang bener kamu Nik. Yang namanya dokter spesialis itu sudah tuwir kali. Mana ada yang muda. Jangan-jangan ia perjaka tuwir, hahahahaa" Kata Ayu dengan tawa renyahnya.
"Eh jangan salah Yu, yang aku dengar sih usianya sekitar tujuh sampai delapan tahun di atas kita gitu lah. Masih hot tauuuuuuu. " Niken nampak bersemangat menceritakan dokter Davio.
"Memang siapa namanya? " Celetuk Azizah.
"Mmmmmm, siapa ya Zah. Aduh aku lupa lagi. Nanti deh aku tanyakan lagi. Memangnya kenapa Zah kamu kok tanya namanya? Kenal? " Niken penasaran.
"Bukan begitu, soalnya kakak temanku kata ibu juga ada yang jadi dokter di sini. Spesialis jantung kalau nggak salah. " Ujar Azizah.
"Oalah,,,, memangnya siapa nama kakak temanmu itu? " Tanya Niken.
"Abang io. " Jawab Azizah polos.
Dari kecil memang ia memanggil Davio dengan sebutan abang io. Sama seperti Kaze yang juga memanggil seperti itu. Davin juga sama. Dulu saat kecil, Davio suka menolong Azizah saat digoda oleh Davin dan Kaze. Davio menjadi sosok dewa penolong bagi Azizah. Ia tidak pernah lagi bertemu dengan Davio saat pemuda itu menempub pendidikan kedokteran nya. Bahkan sampai detik ini pun Azizah belum bertemu dengan abang io nya itu.
Di sebuah rumah sederhana namun adem dan luas karena banyak pohon mangga tertanam rapi di sana berkumpul lah tiga emak-emak yang sudah saatnya mereka menggendong cucu. Namun sampai saat ini mereka semua belum merasakan hal tersebut. Anak-anak mereka belum menemukan jodohnya.
Bunda Kaze, mama Davin dan ibunya Azizah berkumpul di rumah ibu Azizah.
"Gimana persiapan pernikahan mbak Daiva? Ada yang perlu kami bantu jeng. " Tanya bunda Kaze pada mama Davin.
Dalam dua minggu ke depan, mama Davin akan menggelar acara pernikahan putri pertamanya. Daiva, yang akan menikah dnrgan seorang pengusaha dan juga anak pejabat di daerah mereka. Tentunya pernikahan akan digelar dengan mewah dan megah. Sebab di keluarga Davin pun belum pernah mantu, jadi ini hajatan terbesar bagi keluarga mereka.
"Persiapan lancar semua cin,,,,,, wong aku ya nggak ikut apa-apa kok. Kan semua sudah diserahkan ke WO nya. Kita mah tinggal duduk manis. Cuma suka kesel sama Davin, jarang pulang wes seperti bang Toyib saja itu anak satu. " Jawab mama Davin sambil membayangkan anaknya yang bernama Davin. Yang ia ibaratkan seperti bang Toyib karena jarang pulang.
"Biarin lah nggak pulang, wong memang masih lajang. Yang penting kan Davin nggak pulang karena mengejar mimpinya, jadi pengusaha sukses. " Timpal ibu Azizah sambil meletakkan sepiring bakwan hangat yang baru saja ia ambil dari dalam rumah.
"Azizah magang dimana jeng? " Tanya bunda Kaze.
"Di rumah sakit XX. Rumah sakit swasta yang katanya terbesar di Surabaya itu lo. " Jawab ibu Azizah.
"Lo itu kan tempatnya abang io bekerja. " Kata bunda Kaze sambil mencomot satu bakwan. Lalu memakannya setelah memberikan beberapa kali tiupan pada bakwan tersebut.
"Jangan-jangan nantinya cinlok, hahahahaaa. Tapi nggak mungkin deh, kan cintanya Azizah baut Davin. Iya kannnnnn. " Tawa renyah dari mama Davin.
"Bukannya sama Kaze ya, ah aku mau besanan sama samu jeng. " Bunda Kaze sudah lirak lirik ke ibunya Azizah.
" Wes, terserah mereka bagaimana. Lagipula Azizah belum lulus kuliahnya. Soal jodoh, masih panjang. Mau sama Kaze, atau sama Davin. Tidak masalah. Mau smaa abang io juga tidak masalah.
"Hahahahahaa." Tawa mereka bertiga. Acara terus berlanjut dengan obrolan yang mengundang canda tawa diantara mereka. Beberapa makanan ringan maupun berat terhidang dengan apik di depan mereka. Tikar tebal dengan anyaman tergelar di bawah pohon mangga yang berbuah lebat dan juga rindang. Tentunya menciptakan rasa adem bagi siapapun yang berada di bawahnya.
Malam hari menjelang, Davin merasa lapar namun enggan keluar. Aduh bagaimana sih Vin, lapar kok nggak mau keluar. Memangnya makanan bisa datang sendiri gitu. Dikira ini negara alam bebas kali ya.
[Bro, ayo keluar. Mumpung aku nggak nugas]
Pesan masuk dari Kaze.
Mereka memang sudah saling memberi kabar jika berada di kota yang sama. Hanya dengan Azizah mereka tidak memberikan kabar. Dengan alasan takut mengganggu waktu belajar gadis cantik itu. Kecuali apabila Azizah lah yang mengirim pesan kepada mereka, barulah mereka dengan senang hati akan menuruti semua yang dimau oleh gadis pujaan mereka itu.
[Jemput. Aku lagi malas. ] balas Davin.
[Ok]
Tidak berselang lama, mereka sudah berada di kafe yang tidak cukup besar. Kafe yang ada dipinggir jalan, bukan di kawasan elit menjadi pilihan mereka untuk sekedar duduk sambil minum kopi.
"Kenapa nggak aja Azizah ke sini? " Ujar Davin.
"Aku nggak berani ngajak itu anak. Maklum ia sedang menyelesaikan kuliahnya. Dengar dari bunda sih dalam tahun ini Azizah bakalan lulus. " Kata Kaze.
"Yessssss, dan saat itu aku akan langsung melamar Azizah. Oh Azizah, tunggu abang Davin melamar mu sayang. " Kata Davin kocak.
"Enak saja, emangnya Azizah sudah pernah bilang kalah ia mau sama kamu. Jangan kepedean deh jadi orang. Inget nggak kata Azizah dulu, jika ia mau menikah setelah sukses. Dan menjadi dokter spesialis anak sesuai dengan cita-citanya. Makanya jangan kebanyakan ngurusin tempat tidur dan lemari mulu, jadi kebelet kawin kan. " Cerocos Kaze. Davin gang mendengarnya menjadi salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Baik Kaze maupun Davin memang sudah sepakat untuk bersaing sehat. Siapapun yang akan dipilih Azizah nantinya, mereka akan menerima dengan lapang dada dan juga ikhlas. Nggak yakin kalau bakalan ikhlas, bakalan nangis darah sih iya. Hehehee
Pukul sebelas malam Kaze dan Davin kembali pulang. Davin pulang ke apartemen emwahnya, sedangkan Kaze masih setia numpang di apartemen milik abangnya. Padahal seorang Kaze bisa saja membeli apartemen sendiri, namun ia enggan. Ia lebih suka tinggal bersama dengan abangnya. Kaze memang dari kecil suka nemplok ke abangnya sih, eh tapi pak Perwira kok suka nemplok seperti anak manja. Sstttttt, jangan bilang siapa-siapa ya, ini rahasia pak Perwira.
"Darimana saja kamu dek? " Tanya abang io yang baru saja habis mandi. Sebenarnya ia juga baru datang setelah melaksanakan tugasnya di rumah sakit baru yang merekrutnya.
"Habis ngopo sama Davin bang. Seharian ini aku sibuk di lapangan. Lihat nih mukaku sampai belang gini. Apa perlu aku perawatan ya bang biar kinclong lagi. " Kata Kaze dengan mengeluarkan wajah imut sok polosnya.
"Hadeeeuhhhh, masak bapak Perwira mau perawatan. Opo nggak malu sama pangkat mu itu dek. " Ucap Davio sambil geleng-geleng kepala. Nggak habis fikir sama tingkah adiknya yang kadang masih seperti bocah lima tahun.
"Terus aku harus gimana dong bang. Kan malu kalau misalnya tiba-tiba aku bertemu dengan Azizah tapi wajahku kusamkusam. Bisa lari ke Davin kalau gitu. " Ucap Kaze dengan wajah kesalnya.
"Eh ngomong-ngonong Azizah, tadi abang tuh seperti lihat Azizah di rumah sakit. Tapi nggak jelas gitu. Cuma sekilas maksudnya. "
"Beneran bang,,,,, ah abang gitu harusnya ya panggil dong. Kalau Azizah beneran di rumah sakit abang, kan aku bisa samperin ke sana. " Keluh Kaze.
"Gimana mau manggil dek, wong abang lihatnya cuma sekilas kok. Itu saja kalau benar Azizah, kalau bukan masak abang harus panggil-panggil. Kan malu kalau salah orang. " Kini Davio duduk di samping adiknya setelah ia mengeringkan rambutnya yang basah karena keramas.
"Ah abang nggak asik. " Kaze masih saja kesal. Padahal kan buka kesalahan abang io juga kan. Jadi pengen nyubit pak perwira nih.
"Kenapa kamu nggak menghubungi Azizah saja. Daripada seperti ini. Abang malah jadi kesel lihatnya. " Kata Davio.
"Masalahnya tuh bang, aku dan Davin dilarang meras menghubungi Azizah lebih dulu. Kecuali Azizah lah yang menghubungi kami. Itu sudah jadi kesepakatan bang. Kalau aku melanggar, bisa-bisa auto lari ke Davin itu Azizah nya. "
"O ya sudah kamu tunggu saja dek. Gitu saja kok repot. "
"Abang nggak asik. "
"Biarin."
"Eh mau kemana bang? "
"Mau tidur, daripada ngladeni bocah kasmaran tapi nggak jelas "
Davio beranjak, berjalan ke kamarnya. Apartemen nya memang tersedia dua kamar. Satu untuknya, satu untuk Kaze. Sebenarnya Kaze ingin tidur dengan abangnga, namun Davio menolak keras. Daripada diusir oleh abang sendiri, lebih baik Kaze menuruti keinginan abangnga itu.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Daniatul Azizah
lqnjuuuttt/Drool/
2023-12-05
1