CHAPTER 18

RANDOM

Layla menyaksikan Zayra mengobati Tuan Nata, perasaan nya tidak karuan. Karena saat ia tiba bersama Zayra , Tuan Nata sudah hilang kesadaran.

Energi besar terlihat jelas dari tubuh Zayra , cahaya jingga bersemu merah terpancar kuat. Layla tidak berhenti mengagumi nya, baru kali ini ia melihat energi yang sangat luar biasa.

Jamaluddin saja tidak pernah mengeluarkan energi sekuat itu, menurut Layla.

Sementara di lain tempat, Cahaya terkejut melihat lemari di kamarnya berguncang hebat.

Pangeran As'ad sampai menarik mundur tubuhnya karena takut sesuatu yang buruk terjadi.

Dengan menggunakan kekuatan nya, Cahaya membuka pintu lemari. Tiba-tiba kotak hitam tempat ia menyimpan topeng legendaris melompat keluar.

Benda itu bergetar hebat, rupanya kotak itulah yang menjadi penyebab goncangan pada lemari.

Baru kali ini ia melihat hal aneh tersebut, sampai bingung harus bagaimana?

Sedangkan Udin yang baru saja tiba di rumah, sehabis dari kantor. Merasakan dadanya sakit, hingga menyebabkan tubuh nya lemas.

Ia merangkak keluar guna meminta bantuan. Salah satu pembantu laki-laki di rumah itu yang melihat keadaan Udin, segera memberikan pertolongan.

Dalam satu hari, Rumah Idris geger dua kali. Pagi dengan kepergian Zahira , Dan sekarang hal aneh yang menimpa Udin serta kondisi kotak hitam milik Cahaya.

Darah beku keluar mengambang dari luka bekas tusukan di tubuh Tuan Nata. Darah itu terhisap oleh tubuh Zayra sendiri.

Layla terbelalak lebar, darah yang terhisap seperti amunisi yang menambah kekuatan Zayra .

" Apa ini? " Layla bergidik ngeri, bukan kah hanya Iblis yang menyukai darah?

Zayra membuka kelopak matanya, cahaya merah menyala terpancar.

Ajaib, setelah darah beku itu terhisap. Luka di tubuh Tuan Nata membaik dengan sendirinya.

Pria itu mulai siuman setelah Zayra menyudahi pengobatannya.

Layla tersenyum senang, karena akhirnya Tuan Nata siuman.

" Hati-hati Tuan " Layla membantu Tuan Nata saat mencoba untuk bangkit.

" Terimakasih Zahira " Tuan Nata mengucapkan terimakasih, ia berpikir di depannya itu adalah Zahira yang telah menginjak putrinya.

" Tuan, dia bukan Zahira " Layla merasa tidak enak hati kepada Zayra karena kesalahan Tuan Nata.

" Dia Zayra , saudara kembar nya " Layla meluruskan kebingungan yang ditampakkan oleh Tuan Nata.

" Tidak apa-apa Tante, namanya juga kembar" Seloroh Zayra , ia kemudian mohon pamit karena harus pergi bekerja.

Layla sangat heran,

" Kenapa kamu kerja? "

Zayra tersenyum tipis, ia tidak menjawab. Rasanya ia tidak perlu menjelaskan apapun.

" Tuan, saya antar Zayra dulu"

Tuan Nata mengiyakan,

" Tidak apa-apa kan saya tinggal sendiri "

Tuan Nata mengangguk lagi.

Akhirnya meskipun sedikit khawatir, Layla pun pergi untuk mengantar Zayra .

" Seharusnya kamu tidak perlu bekerja sayang, kamu masih kecil. Papa mu akan memberikan apapun yang kamu mau " Ucap Layla sambil lalu mengemudikan mobilnya.

Zayra tetap bungkam, ia tidak ingin menjelaskan apapun mengenai kondisinya. Apalagi jika menyangkut orang tua Zahira . Zayra paling malas, entar kan semakin dituding macam-macam sama Zahira .

Layla melirik Zayra yang duduk di sebelah, gadis itu tidak bicara sepatah katapun. Pandangan nya menerawang keluar mobil.

Setibanya di depan pintu gerbang asrama, Zayra langsung keluar mobil.

" Terimakasih Tante "

Layla baru saja keluar mobil, Zayra sudah berlari masuk. Ia tidak sempat mengucapkan terimakasih atas bantuan Zayra .

" Apakah aku menyinggung perasaan nya? " Layla bermonolog sendiri, ia merasa bersalah karena terlalu lancang memberikan masukan mengenai keluarga Zayra .

__

" Assalamualaikum" Zayra masuk ke dalam Mini Market sembari mengucapkan salam, Pemilik mini market itu tersenyum tipis.

" Kau sungguh datang, mari kesini. Aku ajarkan cara menggunakan komputer ini "

Zayra tersenyum tipis, ia ikuti saja perintah Pak tua itu. Meskipun sebenarnya, komputer adalah hal yang sangat mudah baginya.

" Ini ponsel untuk kamu gunakan disaat darurat, kau bisa menghubungi ku. Aku tinggal di atas " Pak Tua menjelaskan.

Zayra terpana ketika melihat ponsel itu, keinginan untuk menghubungi Ayah dan Ibunya semakin menggebu.

" Pak " Zayra mencoba memberanikan diri.

Hem?

" Boleh saya pinjam ponsel nya untuk menelpon Orang tua saya, nanti Bapak bisa potong gaji saya sebagai bayaran"

Pak Tua itu terdiam, ia menatap Zayra lekat. Kemudian bibirnya tersenyum lebar...

" Gunakan lah semaumu, tidak perlu bayar. WhatsApp hanya menggunakan WiFi saja "

Zayra tersenyum senang, berkali-kali ia ucapkan terimakasih kepada Pak Tua itu.

Zayra membuka tas kecil yang selalu ia bawa kemana-mana, disitu ada sebuah notebook kecil tempat ia menulis semua nomor telepon tetangganya.

No Bu Rifa adalah nomor pertama yang ia hubungi, karena rumah beliau bersisian dengan rumah Pak Hamid.

" Hallo"

Sapaan dari seberang terdengar sesaat setelah telfon tersambung.

" Assalamualaikum Bude Rifa, Ini Zayra Bude " Perasaan Zayra pada saat itu campur aduk, degupan jantung nya kacau balau.

" Zayra ? "

Zayra mengangguk cepat meskipun ia tahu Bu Rifa tidak melihatnya.

" Kamu mau bicara sama Ibuk mu? " sambung Bu Rifa.

" Iya Bude, bisa minta tolong " Pinta Zayra penuh harap.

" Iya iya tunggu "

Zayra merasa debaran jantungnya semakin cepat. Ia tidak sabar untuk menunggu suara Bu Hamid dan Pak Hamid.

Meskipun tidak jelas, Zayra bisa tahu jika Bu Rifa sudah tiba di rumah nya. Kedengarannya Bu Rifa mengatakan jika Zayra menelfon.

Bu Hamid sangat terkejut, lutut nya sampai gemetar dan hampir jatuh.

Pak Hamid bergerak cepat menerima telepon yang disodorkan oleh Bu Rifa.

" Hallo... " Sapa Pak Hamid.

" Bapak.... Bapak ini Zayra Pak .. Bapak sehat?" Tanpa dapat dicegah air mata Zayra meluruh deras. Bibirnya gemetar hingga hidung nya pun terasa sumbat.

" Zayra ... Bapak sehat nak sehat.. Zayra gimana disana? Betah Nak? "

Bu Hamid ingin mengambil alih telepon nya tapi Pak Hamid menolak. Ia masih ingin bicara dengan Zayra .

" Zayra rindu sama Bapak " tangisan Zayra semakin pecah, Pak tua menyodorkan tisu kepada Zayra . Anak itu menerima nya.

Suara Pak Hamid tercekat di tenggorokan, kalimat rindu yang diucapkan putrinya seperti belati menghujam jantung.

Air mata jantan nya akhirnya menetes jua, melihat suaminya menangis. Ibu Hamid ikut menangis. Bu Rifa tak tega menyaksikan pemandangan itu. Ia sesenggukan menahan haru.

" Ibu mana Pak? "

Pak Hamid tidak menjawab, hanya tangannya bergerak memberikan telepon kepada istrinya.

" Zayra ... Nak " Ibu Hamid tidak sabar untuk mendengar suara putrinya.

" Ibu... Ibu sehat? "

" Iya sayang, Ibu sehat. Zayra gimana? Hem? "

" Zayra juga sehat Bu... Ibu... jangan lupa makan ya, jangan terlalu capek kerja"

Bu Hamid menakup mulutnya, ia tidak ingin Zayra mendengar Isak tangisnya.

" Bu, disini Zayra dapat uang jajan loh. Nanti Zayra kumpulin buat beli beras ya Buk " Zayra berbohong, ia tidak ingin orang tua nya tahu jika ia kerja.

Terpopuler

Comments

Arya Aya

Arya Aya

ada yg naroh bawang 😭

2024-05-16

0

Suharnani

Suharnani

Ya Allah... knp kelakuan Zahira berbanding balik sama Zayra. yg punya kekuatan iblis Zayra, tp knp yg kayak iblis malah Zahira

2024-05-04

0

Sani Srimulyani

Sani Srimulyani

zayra emang anak yg baik.

2024-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!