CHAPTER 14

ZAHIRA!

Perlahan aku mengeliat, merenggangkan otot-otot yang terasa kaku. Nyaman sekali tidur ku semalam.

Tubuh ini beringsut duduk, Tak dapat ku pungkiri bahwa hati ini terpana saat melihat meja troli berisi sarapan lengkap.

" Sudah bangun Nona ? " Sapaan lembut dari pria baik yang baru kemarin ku kenal. Ia tersenyum ramah, wajahnya teduh dan rupawan.

" Sarapan dulu ya, sudah itu kamu bisa ambil semua barang-barang mu dan pindah ke istana ku "

Mendengar ucapannya aku terhenyak, hatiku terluka lagi. Sebenarnya aku sangat tidak ingin pergi dari rumah ku sendiri. Tapi... demi melancarkan rencana ku agar Zayra pergi dari kehidupan ku dan seluruh keluarga. Maka aku harus bisa, nggak lama kok. Mungkin dalam tiga tahun kedepan.

Pria yang masih belum ku tahu namanya, duduk di bibir kasur tepat di depan ku.

" Mau aku suapin? "

Wajah ini terasa panas sekali, aku tersenyum malu.

" Terimakasih, emmm kalau boleh tahu nama Kakak siapa ?" Ku beranikan diri untuk mengajak nya berkenalan. Biasanya aku tipe orang yang jual mahal, meskipun cowok ku banyak. Tapi mereka yang ngejar-ngejar aku.

Sekarang, beda cerita. Pria ini tidak pernah menyebutkan nama , sekalipun kemarin dia menemani ku hampir seharian.

" Aariz "

Senyuman ku semakin lebar, namanya bagus sekali.

" Kalau Nona mau sarapan sendiri, silahkan. Aku akan tunggu di bawah untuk mengantar kamu pulang. Kamu pasti butuh waktu untuk berpamitan dan menciptakan alasan kepergian mu "

Ku iyakan semua perkataan nya, Aariz berlanjut dan keluar dari kamar ku. Segera ku santap sarapan yang sudah disediakan, setelah itu aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap pulang ke rumah.

Aariz hanya mengantar ku di ujung gang, dan berpesan agar menelfon nya jika aku sudah siap pergi.

Setibanya di rumah, ku dengar dentingan suara peraduan antara sendok dan piring. Bagus lah, itu tandanya semua orang masih berada di rumah.

" Zahira mana Sayang? " Suara Mama bertanya.

" Mungkin masih di kamar nya " Papaku menjawab.

Oh jadi mereka sama sekali tidak merasa jika aku tidak ada di rumah. Kej4m sekali! Jadi ketiadaan ku di rumah ini sama sekali tidak pernah dicari?

" Bik... Tolong panggil kan Zahira di kamar nya ya" Mama meminta Bibik untuk memanggil ku.

" Tidak usah Bik " Aku langsung menjawab, rasa sakit dan marah sudah bergejolak bagai api dan pertalit.

Semua menoleh ke arah ku, Mama terperangah melihat ku yang datang dari arah luar.

" Zahira "

Mama bangkit namun ku hentikan dengan satu tangan yang terangkat.

" Cukup Ma, diam disana! Zahira tidak ingin mendengar apapun kata-kata Mama "

Mama memalingkan wajahnya kepada Papa, Papa nampak bingung.

" Zahira datang hanya ingin mengatakan jika mulai detik ini, Zahira akan pergi dari rumah ini!!! "

Mereka terkejut, ah bagiku itu hanya sandiwara saja. Ku langkahkan kakiku menuju ke lantai dua, tepat dimana kamar ku berada.

Tidak ku perduli kan apapun lagi kecuali pergi dan pergi. Sakit uy! Hanya karena ada anak lain aku dilupakan.

" Zahira ... Tunggu Nak " Rupanya Mama tidak menyerah. Ia menghadang langkah ku, Papa juga berdiri di samping nya.

" Apa lagi Ma? Zahira sudah bilang cukup! Jangan ngapusi Zahira lagi, sakit hati Zahira Ma " Ku pukul dadaku sendiri, karena tiba-tiba aku jadi susah untuk bernafas. Air mata yang ku tahan luruh jua.

" Sayang, Zahira hanya salah paham. Mama datang menemui Zayra hanya untuk menyapa saja. Bukan membawa dia masuk ke rumah ini " Kedua tangan Mama memangku wajah ku, namun aku menepis nya.

" Zahira tidak mau dengar apapun alasan Mama " Ku bantah semua nya karena bagiku sekali pembohong maka dia akan berbohong lagi.

Segera aku berlari pergi, disini aku hanya sendiri. Kalau semua main keroyokan, aku pasti tumbang.

" Zahira !!! " Papa berteriak lantang tapi tidak ku perduli kan. Aku terus berlari menaiki anak tangga dan menghilang di balik pintu kamar ku.

Semua pakaian ku masukkan ke dalam koper, barang-barang pribadi ku pun tidak ketinggalan.

Aku bergerak cepat, aku tidak ingin tinggal lebih lama lagi di rumah ini.

Tapi masalahnya barang-barang ku banyak sekali, Gimana caranya aku membawa nya kabur. Mengangkat satu koper saja aku sudah ngos-ngosan, Apalagi semuanya? Gimana dong?

Ah ku bawa yang penting-penting aja, Yang lain biar saja dibuang.

Tiba-tiba ponsel ku berbunyi, saat ku lihat ternyata Dewangga . Mau apa dia? Aku nggak mood untuk bicara, tapi rasanya kok ada sesuatu. Jadi akhirnya aku mengangkat telepon sesudah panggilan yang kedua kali.

" Hallo..." Sapa ku.

" Zahira , kamu dimana? "

" Di rumah "

" Aku jemput ya "

" Nggak usah, hari ini aku nggak masuk sekolah "

" Kenapa? " Dewangga terus menginterogasi ku.

Kali ini aku benar-benar menangis, bukan lagi berpura-pura.

" Dewa... hiks hiks hiks hiks Aku.... Aku sakit hati hiks hiks hiks hiks" Dada ini berguncang hebat, terasa ada sesuatu yang menghimpit.

" Zahira ... sayang aku kesana ya " Dewangga terdengar sangat mencemaskan aku.

" Nggak usah, cukup kau jadi pendengar yang baik untuk ku hiks hiks hiks... Disini nggak ada yang mengharapkan aku tinggal Dewa, semua orang ter Zayra Zayra "

Tak ada tanggapan, Dewangga diam.

" Kemarin aku kabur saat melihat Mama bertemu Zayra " Ku cerita kan semua hal yang menyakiti ku termasuk ketiadaan ku di rumah.

Dewangga diam mendengar kan di seberang sana.

" Pokoknya hari ini aku putuskan untuk pergi dari rumah ini" Di akhir cerita ku ungkapkan keinginan ku kepada Dewangga .

" Kau mau pergi kemana sayang? " Ia bertanya lembut sekali.

Tapi tidak mungkin aku ngomong jujur kalau aku hanya akan pindah dan tinggal di kawasan kota ini juga.

" Pokoknya ke tempat yang sangat jauh sekali" Jawab ku.

Dewangga diam lagi, entahlah.. Kadang aku heran dengan nya yang lebih banyak diam daripada berkomentar.

" Gimana? Kalau?.... aku kangen kamu?"

Suara yang terbata-bata seperti menembus jantung ku, kenapa pertanyaan Dewangga terdengar sangat tulus?

" Aku akan sering menelepon mu " Tukasku kemudian.

Dewangga diam sejenak.

" Kamu janji ya? " Ia ingin sebuah kepastian akan ucapan ini, Aku iyakan saja biar dia senang.

Obrolan kami selesai, aku lanjutkan aktivitas ku mengemasi semua barang-barang ku. Tak lupa ku bawa kartu kredit pemberian Eyang, belum pernah aku gunakan. Karena Papa selalu memberi uang jajan secara cash.

Koleksi perhiasan hadiah teman-teman relasi Papa setiap aku ulang tahun. Aku kumpulkan semua nya, mungkin saja suatu hari nanti aku membutuhkan uang bisa ku jual.

Usai mengemasi barang seperlunya, aku beristirahat sejenak. Sambil lalu ku hubungi Kak Aariz melalui chat pribadi.

" Bagaimana cara aku pergi Kak? barang-barang ku banyak" Itu pesan yang aku tulis.

" Kumpulkan saja semua di depan pintu gerbang, nanti akan ada supir taksi yang akan menjemputnya " Balas Kak Aariz.

Aku tersenyum tipis, Aku akan minta tolong tukang kebun ku untuk membantu nanti ku kasih dia upah lebih.

Terpopuler

Comments

Suharnani

Suharnani

sakit hati di bikin sendiri kok nyalahin orang

2024-05-04

0

Suharnani

Suharnani

bocah bodoh. terlalu picik pikirannya

2024-05-04

0

Suharnani

Suharnani

penyakit hati di bikin sendiri

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!