Bab 14

Mega membenci Tian semata karena kelakuan Tian yang memaksanya kala itu bukan karena berpikir Tian sengaja.

Dahi Reza tampak berkerut. "Raven?" Sampai ia teringat pria yang berbicara dengan Tian sesaat sebelum Mega menyeretnya pergi saat pesta itu.

"Tian sudah punya istri, Kak. Itu lah kenapa aku tidak mengundangnya. Aku takut ayah tahu hubungan kami. Tapi dia memaksa datang tanpa memberitahuku," terang Mega kembali.

Setelah itu Mega menggenggam tangan Reza dan memohon." Tolong kakak jangan katakan pada ayah. Tolong bela aku, Kak. Aku tahu ayah belum melakukan apapun karena kondisiku. Jika aku sembuh pasti ayah akan mengirimku ke luar negeri jika tahu semuanya. Kakak harus menolongku. Katakan saja Tian memperkosaku, atau terserah kakak. Kumohon bantu aku, Kak."

Penjelasan Mega semakin meyakinkan Reza jika kejadian itu memang disengaja. Tian sengaja datang, mencari kesempatan dan seseorang mengambil gambar lalu memutarnya di tengah pesta. Dengan begitu nama Mega dan keluarganya hancur dalam sekejap.

"Kau pernah datang ke rumah temannya itu?" tanya Reza dan mendapat anggukan dari Mega.

Reza memejamkan mata sejenak. Sepertinya penyelidikannya akan ia mulai dari Raven. Dan untuk Mega, tak perlu ia menjawab permohonannya karena sudah jelas, ayahnya telah menyiapkan rencana untuknya.

---

Di tempat lain, terlihat Baskoro yang duduk di kursi putarnya dengan dua orang lelaki dan perempuan yang berdiri di hadapan.

"Jadi ... siapa namamu?”

Lelaki itu pun menjawab, "Yoga Abimanyu. Dan ini adikku, Yume Aoi."

Seluruh orang yang ada di sana terdiam dan tak berhenti menatap dua orang yang saat ini berdiri di hadapan mereka. Ketiga pria dan wanita paruh baya di sana saling melempar tatapan sekilas kemudian kembali mengarah pandangan pada Yoga dan Yume.

"Jadi, jika ke mana saja kalian selama ini?" tanya Martha, bibi Yoga yang saat ini duduk bersama sang suami. Wajahnya tak berubah dari terakhir kali ia bertemu Yoga saat Yoga meminta belas kasihnya untuk menguburkan Yume.

Pria yang mengaku sebagai Yoga itu tersenyum tipis dan menjawab, "Kami tinggal di luar negeri. Sebenarnya kami memutuskan menetap di sana, tapi paman Baskoro meminta kami pulang. Bukan begitu, adikku?" Menoleh pada wanita yang berdiri di sebelahnya.

Wanita itu tersenyum hingga matanya menyipit dan mengangguk sebagai jawaban.

"Lalu, apa yang kau lakukan di sana?" Kali ini suara Hendri yang terdengar. Hendri adalah adik dari ayah Yoga yang ternyata ikut terlibat dalam rencana besar ini. Karena dirinya juga terlibat dalam kasus kematian kedua orang tua Yoga kala itu.

"Aku mendirikan bisnisku sendiri setelah lulus dari oxford jurusan bisnis."

"Dan aku menjadi perancang busana seperti cita-citaku," sahut Yume yang ikut membuka suara.

Hendri, Martha dan suaminya Joshua, mengangguk menatap Baskoro dan Arini yang duduk berdampingan. Sementara Novi, istri Hendri, hanya diam dan menunduk dengan raut wajah yang tampak cemas.

Di antara semua orang di sana, hanya dirinya yang sebenarnya keberatan dengan rencana ini. Rencana yang Baskoro buat untuk mengelabui semua orang. Pasalnya sejak awal, dirinya sama sekali tak mendukung suaminya untuk bekerjasama dengan Baskoro dan Martha untuk menghabisi kakak iparnya.

Suara tepuk tangan terdengar dari Baskoro yang bangkit dari duduknya dan berjalan memutari Yoga dan Yume palsu. Semua ini adalah rencananya, membuat identitas Yoga dan Yume palsu yang akan ia tunjukkan ke publik.

Semua bukan tanpa alasan, melainkan karena tiba-tiba saja ada sebuah artikel yang membuka kembali mengenai kematian Detya di saat tengah berada di puncak kesuksesan. Dalam artikel tersebut juga membahas kedua anak Detya yakni Yoga dan Yume yang tak diketahui kabarnya sampai hari ini.

"Akting yang bagus," puji Baskoro saat berdiri tepat di hadapan Yoga dan Yume palsu.

Yoga dan Yume palsu saling melempar lirikan dengan seringai kepuasan yang tercetak jelas menghiasi wajah. Meski harus menjalani pelatihan ketat yang Baskoro wajibkan, semua itu sepadan dengan bayaran yang akan mereka dapat.

Kedua tangan Baskoro bertengger di bahu kanan dan kiri Yoga dan Yume palsu kemudian mendekatkan wajahnya membuatnya berada di tengah antara keduanya. "Jika ada orang lain yang tahu mengenai masalah ini. Saat itu juga kalian akan mati."

Yoga dan Yume palsu terdiam mendengar ancaman Baskoro. Mereka telah mengetahui konsekuensi dari kesepakatan yang dibuat dengan Baskoro. Namun, karena bayaran yang bisa menanggung biaya hidup hingga beberapa tahun kedepan, keduanya mengesampingkan resiko kehilangan nyawa.

Yang terpenting bagi keduanya adalah hidup layak dan punya banyak uang. Baskoro menarik kepala dan menepuk kecil bahu Yume kemudian Yoga. Dirapikannya kemeja Yoga dan mengatakan, "Tugas ini mungkin tak seberapa, tapi jika gagal, nyawamu adalah taruhan. Sepadan dengan bayaran yang akan kalian terima."

Yoga menelan ludah dan mengangguk lemah sementara Yume terlihat gemetar. Baskoro mengambil jarak dari keduanya, berbalik dan menyuruh Yoga dan Yume palsu keluar dari ruangan. Menuruti perintah, Yoga dan Yume palsu segera pergi dari sana.

"Jadi, sudah ada kabar mengenai Yoga?" tanya Martha saat Baskoro duduk kembali ke sofa dan Yoga juga Yume telah menghilang dari sana.

"Sepertinya anak itu masih hidup," ujar Baskoro yang seketika membuat semua orang di sana menatap ke arahnya.

Ingatannya pun kembali dibawa saat Yoga datang meminta bantuannya menolong Yume.

"Kau jangan bercanda," sahut Martha yang juga teringat kapan terakhir kala ia bertemu Yoga.

"Saat aku ke makam Detya dan Winda, ada

bunga di atas makam yang masih baru. Jika bukan Yoga, siapa lagi?" ujar Baskoro memberitahu. " Ternyata Yume memang sudah mati," lanjutnya teringat nama Yume tertulis di atas nisan.

Dirinya sama sekali tak pernah mengunjungi makam kedua kakaknya, dan saat datang ia telah dikejutkan dengan adanya makam bertuliskan nama Yume di samping makam keduanya.

"Lalu ke mana saja dia selama ini?" Kali ini giliran Hendri yang membuka suara di mana raut wajahnya menunjukkan kecemasan samar.

"Pasti menjadi gelandangan, orang tak berguna ," sahut Arini.

Baskoro hanya diam. Dirinya juga tidak tahu keberadaan Yoga sekarang. Tapi melihat keadaan Yoga saat itu, sepertinya ucapan istrinya benar. Jika tak menjadi gelandangan, pasti menjadi orang tak berguna.

"Rasanya aku belum tenang jika belum melihat mayatnya," geram Martha.

Joshua melirik istrinya lewat ekor mata. Tak ada yang tahu apa yang tengah ia pikirkan sekarang. Hela nafas kelegan terdengar samar lolos dari mulut Novi. Hati kecilnya mengucapkan syukur mendengar Yoga masih hidup. Meski tak dapat menutupi rasa bersalahnya, setidaknya masih ada kesempatan meminta maaf untuk suaminya pada Yoga. 

Dosa suaminya sudah terlalu besar karena terlibat dalam kematian kedua orang tua Yoga. Dan ia tak ingin sang suami semakin menambah dosa besarnya melaksanakan rencana Baskoro nanti.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

woow amazing story lanjut top markotop

2024-04-06

1

Rina Yulianti

Rina Yulianti

masih ada orang baik ternyata

2024-02-17

1

Hekmah Santi

Hekmah Santi

/CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/

2023-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!