Bab 3

Wajah Yoga memerah sempurna. Saat ini wanita itu tengah menyisir rambutnya setelah sebelumnya membantunya membersihkan diri. la kini telah rapi dengan pakaian baru yang wanita itu berikan. Tubuhnya pun terasa lebih ringan karena bersih dari daki dan kotoran.

"Nah, lihat, kau terlihat sangat tampan," puji wanita itu menatap pantulan wajah Yoga di cermin meja rias kamarnya.

Yoga menatap pantulan dirinya di cermin. Wanita itu benar, ia terlihat tampan seperti dulu saat ia masih punya segalanya meski sekarang tubuhnya sangat kurus. Bahkan Yoga sampai menyentuh wajahnya seolah tak percaya ia bisa kembali melihat dirinya seperti ini. Meski kini terdapat jejak luka di tubuhnya dengan warna kulit tampak gelap.

"Nah, sekarang saatnya makan. Ayo," ajak wanita itu yang menuntun Yoga menuju ruang makan. Di ruang makan sudah tersaji banyak makanan yang sudah lama tak Yoga nikmati.

"Bolehkah aku membawa pulang untuk adikku ?" kata Yoga tanpa sadar melihat banyaknya makanan di atas meja. Ia tidak tahu kapan wanita itu menyiapkan banyak makanan ini melihat wanita tadi membantunya membersihkan diri hingga ganti baju seperti semua sudah disiapkan sebelum ia datang ke rumah itu.

"Eh? Kau punya adik? Laki-laki atau perempuan? Tentu saja kau boleh membawakannya ," jawab wanita itu seraya menarik kursi dan mempersilahkan Yoga duduk.

"Pertemuan," jawab Yoga yang tampak malu. Padahal ia sudah diperlakukan dengan sangat baik tapi ia masih meminta lebih. Meminta makanan untuk ia bawa pulang untuk Yume.

"Kau boleh membawakannya sebanyak apapun. Sekarang makanlah dulu," kata wanita itu tanpa melunturkan senyuman di wajah.

Yoga menatap semua makanan itu hingga liurnya nyaris menetes. la pun mulai menikmati makanan yang tampak lezat itu mencicipinya satu persatu. Mungkinkah ini surga? Yoga seperti kehilangan kesadaran dan makan dengan rakus. Tentu saja sangat wajar karena ia memang sudah lama tak menikmati makanan lezat. Bisa makan nasi saja sudah bersyukur apalagi sekarang ia disuguhkan dengan daging dan ayam.

Wanita itu tersenyum melihat bagaimana Yoga makan.

"Ibu, tidak ikut makan?" tanya Yoga dengan mulut penuh makanan.

"Tidak, ibu udah kenyang melihatmu makan dengan lahap. Ayo habiskan," jawab wanita itu membuat Yoga menundukan kepala karena malu.

Beberapa saat kemudian terdengar sendawa lolos dari mulut Yoga dan hal itu membuat wanita itu tertawa kecil. "Sekarang minumlah," ucapnya seraya bangkit dari duduknya dan menuangkan segelas air putih dari teko.

Dengan segera Yoga meminumnya hingga tandas dan kini kenyanglah sudah perutnya. Kemudian ia menatap beberapa piring makanan yang masih tersisa.

"Kau sengaja menyisakannya untuk adikmu?" tanya wanita itu dan dijawab anggukan oleh Yoga. " Wah, kau kakak yang baik ya," pujinya kemudian kembali membuka suara. "Oh, ya, siapa namamu? Sudah beberapa kali bertemu tapi ibu belum tahu namamu."

"Yoga, Bu," jawab Yoga.

"Yoga? Baiklah, Yoga. Ibu akan membungkus makaan itu untuk adikmu, tapi ibu ada sedikit masalah, kau mau mebantu ibu?”

Yoga menatap wanita itu bertanya-tanya namun akhirnya mengangguk. Apapun itu sebisa mungkin akan ia lakukan sebagai ucapan terima kasihnya.

Wanita itu tersenyum tipis kemudian menggiring Yoga ke kamarnya. Sesampainya di kamar Yoga begitu terkejut karena wanita itu segera menanggalkan pakaiannya. Dan yang membuatnya lebih terkejut adalah, rasa sesak di bawah sana yang seolah terjadi tiba-tiba.

Wanita itu mendekati Yoga yang masih berdiri di depan pintu. "Kau mau membantu ibu, kan? Tolong, puaskan ibu. Suami ibu tak pernah pulang dan ibu sangat kesepian," ucapnya disertai ******* dan dengan sengaja meniup telinga Yoga.

Tak hanya itu tangannya pun membelai wajah Yoga dan kian merambat ke bawah pada sesuatu yang telah mengeras. la sengaja memasukkan obat ke dalam makanan dan minuman Yoga membuat Yoga tak bisa lagi menghindar. Karena tujuannya membawa Yoga ke rumah tentu saja kepuasan.

"Apa maksud ibu?" suara Yoga terdengar bergetar. Bukan hanya karena takut, tapi juga menahan erangan yang seolah melesak mendobrak keluar dari mulutnya merasakan rasa tak nyaman di bawah sana terlebih dengan pijatan yang wanita itu berikan.

"Ayolah, Yoga. Kau tahu maksud ibu," kata wanita itu dengan terus menggoda Yoga bahkan dengan sengaja menggesekkan tubuhnya.

Yoga semakin tak bisa menahan diri namun ia sadar ini salah. Tangannya terkepal kuat mencoba menahannya bahkan giginya terdengar bergemeletuk kala ia menggertakkan gigi menahan diri.

"Kau tenang saja setelah ini aku akan memberimu uang. Berapapun yang kau minta," bujuk wanita itu yang mulai menurunkan celana Yoga.

Yoga seakan kehilangan kesadaran terlebih saat mendengar kata uang. Dengan uang itu ia bisa membahagiakan Yume, membelikan Yume makanan enak dan baju yang layak.

"Jangan!" teriak Yoga dalam hatinya. Sebagian kesadarannya menyuruhnya segera pergi, berteriak bahwa apa yang dilakukannya adalah kesalahan besar. Sekali ia terjun ke lembah hitam, ia tak akan bisa lepas.

Namun iming-iming dan rasa terima kasih seolah menggelayut manja terlebih dengan tubuhnya yang tak dapat dikendalikan.

Wanita itu mengambil jarak dari Yoga dengan berjalan mundur ke arah ranjang. "Ayo, Yoga, kemari ." Dipanggilnya Yoga dengan suara menggoda berharap Yoga segera menyerangnya. Namun di luar dugaan, Yoga justru segera membuka pintu dan berlari ke luar.

"Maaaf!" teriak Yoga seraya berlari keluar dari sana. Melihat itu wanita itu pun murka hingga berteriak.

"Tolong! Tolong! ada pencuri!" teriak wanita itu dengan berlari ke luar rumah setelah membalut tubuhnya menggunakan handuk. la berteriak kencang hingga mengundang banyak warga yang datang.

"Ada apa? Ada apa? Apa yang terjadi?" Beberapa orang pria yang mendengar teriakannya segera datang bahkan beberapa sepeda motor juga sengaja berhenti dan bertanya apa yang terjadi.

"Ada pencuri! Anak laki-laki itu lari ke arah sana! Dia juga berusaha memperkosaku," kata wanita itu dengan berpura-pura menangis lalu pingsan.

"Apa? Pasti anak yang tadi berlari dari sini!" sahut salah seorang yang sebelumnya melihat Yoga keluar dari rumah wanita itu.

"Ayo kita kejar dan bawa ke kantor polisi!" ajak beberapa pria itu yang segera mengejar Yoga sementara tetangga lain yang baru datang untuk melihat apa yang terjadi segera menolong wanita tersebut membawanya masuk ke dalam rumah.

Sementara saat ini Yoga berlari tak tentu arah. Samar-samar ia mendengar teriakan warga yang meneriakinya pencuri. Ia menoleh dan benar saja ada banyak orang dewasa yang mengejarnya.

Yoga berhenti sejenak saat nafasnya seakan mau copot. Jantungnya berdetak amat kencang tak terkendali antara lelah berlari dan takut di saat bersamaan. Namun melihat orang-orang itu kian mendekat, ia kembali berlari sekuat tenanga di tengah siksaan di bawah sana yang benar-benar menyiksa.

Terpopuler

Comments

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

ada pemuda spt yoga dijaman skrg...hhh

2024-05-03

0

Imam Sutoto

Imam Sutoto

mantuul Thor lanjut

2024-04-05

1

Sak. Lim

Sak. Lim

tu la munafik jlnin sesuai dengan cerita nya mc songong

2024-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!