Bab 7

Dari banyaknya orang di sana yang dia kenal hanyalah pamannya, orang yang ia ketahui sebagai pengacara mendiang kedua orang tuanya, juga Mega yang merupakan sepupunya.

"Eh, Meg, kau lihat itu? Siapa dia?"

Mega yang saat ini menjamu teman-temannya, mengikuti arah tunjuk sahabatnya yang mengarah pada Yoga yang saat ini masih berdiri di depan pintu. Alisnya pun terlihat berkerut menajamkan penglihatannya. "Entahlah, aku tidak mengenalnya. Mungkinkan tamu undangan ayah?" gumamnya di akhir kalimat.

"Hee? Benarkah? Bukankah dia sangat tampan? Aku akan mencoba mendekatinya."

Dahi Mega sedikit berkerut menatap sahabatnya, Lucy, yang benar-benar berjalan menghampiri Yoga. "Tidak punya harga diri," batinnya.

Namun kenyataannya, setelahnya perhatiannya tertuju Lucy yang saat ini telah berdiri berhadapan dengan Yoga. "Sejak kapan ayah punya teman semuda dan setampan itu? Atau, apa putra dari teman ayah?" batin Mega yang mulai penasaran. Ingin segera mendapat jawaban, ia berjalan menyeret gaunnya yang bak gaun pengantin menuju sang ayah.

"Ayah," panggil Mega menghiraukan jika sang ayah tengah berbicara dengan rekan kerjanya.

"Ada apa, Sayang? Ayah sedang bicara penting dengan teman bisnis ayah," ujar Baskoro dengan bisikan dan sesekali tetap melempar senyuman pada dua orang yang berdiri di hadapan.

Mega berdecak dan menarik tangan sang ayah menghiraukan ucapannya. "Apa pria itu teman ayah? Aku merasa tidak mengundangnya. Aku juga tidak mengenalnya," ucapnya menunjuk Yoga yang saat ini berbicara dengan Lucy.

Baskoro menajamkan penglihatannya. "Dia ...." gumamnya.

"Bukankah dia temanmu? Dia bicara dengan Lucy, bukan?" jawab Baskoro. 

Tentu saja ia tak mengenali Yoga bukan sekedar karena waktu yang telah berlalu lama namun wajah Yoga yang tak lagi sama. Mungkin, dia telah menghapus wajah Yoga dalam ingatannya.

Tapi bukan sekedar karena itu, melainkan karena Yoga telah mengubah wajahnya. Memperbaiki wajahnya agar lebih sempurna untuk mengecoh orang-orang sebagai langkah balas dendam.

"Sudah kukatakan, bukan, Ayah," sungut Mega yang kesal karena tak mendapat jawaban seperti yang ia inginkan.

"Sudahlah, Sayang. Coba kau dekati dia dan tanyakan dari keluarga mana. Mungkin dia salah satu anak dari rekan kerja ayah yang mewakili ayahnya. Kulihat beberapa orang yang ayah undang tidak datang," ujar Baskoro yang kemudian kembali melanjutkan pembicaraannya dengan dua rekan bisnisnya. Tampaknya pembicaraan cukup penting.

Mega menatap ayahnya kesal kemudian kembali mengarah pandangan pada Yoga. Meski penasaran namun dirinya tak akan menunjukkannya terang-terangan. Harga dirinya terlalu tinggi sekedar berkenalan dengan seorang pria.

"Jadi, anda rekan bisnisnya om Bas?" tanya Lucy setelah mereka berkenalan sebelumnya.

Yoga tersenyum kecil membuat hati Lucy seketika meleleh. "Demi apapun, dia benar-benar pria paling tampan yang pernah kutemui!" jerit Lucy dalam hati.

Yoga menggeleng. "Bukan."

Mendengar jawaban Yoga yang memperkenalkan dirinya dengan nama Raven itu membuat Lucy mengernyitkan alis. "Jadi, temannya Mega?" tanyanya penuh selidik.

Yoga mengangguk kecil dan hal itu membuat Lucy seketika berbalik mengarah pandangan ke arah Mega. "Dia membohongiku!" batinnya.

Yoga mengedipkan sebelah mata dengan telunjuk di menempel di bibirnya. "Aku sengaja datang memberinya kejutan," ucapnya.

"Tapi kenapa Mega bilang tidak mengenalmu?" Lucy yang mengira usia Yoga hanya terpaut beberapa tahun dengannya, berbicara seperti dengan teman sebaya.

"Ah, dia masih melakukan itu? Dia benar-benar ," kata Yoga dengan menunjukkan raut wajahnya yang kesal seraya mengarah pandangannya ke arah Mega yang terlihat berjalan ke arah mereka.

Yoga setengah menunduk dan berbisik di telinga Lucy, "Kalau begitu, ikuti saja keinginannya."

Tubuh Lucy meremang merasakan embusan nafas hangat Yoga menerpa telinga di mana wajahnya pun terasa panas.

Sementara Mega tak melepas pandangan sedikitpun saat dirinya kian mendekat ke arah Yoga dan Lucy. la tak mengira Lucy bisa segera akrab dengan pria asing. Terelebih ia sempat melihat keduanya sempat tertawa kecil.

"Jika anda tidak keberatan, siapa anda?" kata Mega setelah berdiri tepat di hadapan Yoga.

Yoga hanya diam kemudian tanpa mengatakan apapun meriah tangan Mega dan mencium punggung tangannya. Sontak hal itu membuat Lucy terkejut, bukan hanya Lucy, tapi juga teman-teman Mega yang tanpa sengaja mengarah pandangan ke arahnya.

Yoga yang sebelumnya membungkuk mencium tangan Mega, kembali menegakkan punggungnya tanpa melepas tautan tangan mereka. "Aku adalah penggemar beratmu," jawabnya dengan senyum amat sangat tipis terukir di bibir.

Mendengar dan melihat bagaimana Yoga menatapnya, Mega segera menarik tangannya. Namun di saat bersamaan, satu tangan Yoga terangkat menunjukkan sebuah anting di hadapan Mega.

Kedua mata Mega melebar melihat apa yang Yoga tunjukkan. "Kau!" ucapnya yang segera merampas anting-anting itu.

Yoga tersenyum kecil sementara raut wajah Mega terlihat pucat dengan tangan menggenggam kuat anting di tangan. Sontak hal itu membuat Lucy penasaran dan yakin ada sesuatu yang Mega sembunyikan.

Lucy menarik tangan Mega dan berbisik di telinga. "Kau menipuku? Kau mengenalnya," tuduhnya.

Mega hanya diam dan mencoba mengingat-ingat. Dan saat ingatanya dibawa pada kejadian seminggu yang lalu, ia hanya bisa menatap Yoga dengan raut wajahnya yang pias.

Yoga melangkah seraya meraih tangan Mega, setengah menariknya, ia menunduk berniat berbisik di telinga. Namun belum sempat ia mengatakan sepatah kata, seseorang yang menepuk bahunya membuatnya menoleh.

"Rav, apa yang kau lakukan di sini?"

Tubuh Mega terlihat menegang mendengar suara yang sudah sangat ia hafal. Dan benar saja, pria yang saat ini berdiri di samping Yoga adalah kekasihnya, Tian.

Satu minggu yang lalu Tian mengajak Mega ke rumah Yoga. Tentu saja guna menuntaskan hasrat, Tian mengatakan, satu hari itu rumah Yoga yang mengganti identitas menjadi Raven, bebas untuk mereka berdua.

Mega hanya mengetahui nama Raven tanpa pernah melihat bagaimana wajahnya. Dan siapa kira saat ini pemilik rumah yang saat itu digunakannya untuk bersenang-senang ada di hadapannya sekarang.

Bukan tanpa alasan Mega tampak ketakutan. Itu karena ia khawatir Raven akan mengadukan apa yang dilakukannya dengan Tian di rumahnya. Karena dirinya adalah orang ketiga antara Tian dan istrinya. 

Tian, sudah menikah. Jika sampai ayahnya tahu, mungkin ayahnya akan membunuhnya saat itu juga. Bukan hanya itu, Tian juga lah yang mengenalkannya dengan minuman beralkohol juga obat-obatan. Walau belum sampai menjadi pecandu namun jika melakuan tes urin, tentu saja dipastikan dirinya positif.

Mega segera menarik tangan Tian saat pria berusia 26 tahun itu bahkan belum sempat berbicara dengan Yoga.

"Dia siapa?" gumam Lucy saat Mega telah menyeret Tian pergi dari sana.

"Kau tidak mengenalnya?" sahut Yoga.

Lucy menggeleng membuat seringai tipis Yoga terlihat merekah.

Sementara di tempat lain, kini Mega telah berdiri berhadapan dengan sang kekasih. Mega segera membawa Tian ke taman kecil sisi kanan rumahnya yang tampak sepi dan terhalangi boxwood di setiap sisi. Padahal dirinya sudah melarang Tian datang agar rahasia besarnya tak ketahuan.

"Apa yang kau lakukan di sini?!"

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

mantuul Thor lanjut

2024-04-05

2

Michael Chandra Sinaga

Michael Chandra Sinaga

author ny GK kompeten dlm menulis karya ny . gantung bgt hasil tulisan cerita novel ny ..

2023-10-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!