Bab 10

Satu tangan Yoga menekan dinding kala ia menunduk dan teringat Yume. Padahal sudah berlalu lama, tapi bayangan wajah Yume tak pernah bisa ia lupa. Dan hal itu semakin menciptakan kekuatan dalam hatinya, kekuatan membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya dan Yume menderita. Hari ini ia mulai dengan Mega, dan besok, akan ia lanjutkan dengan orang-orang itu satu persatu.

---

Kembali ke rumah Baskoro terlihat Reza yang duduk di depan layar monitor yang menunjukkan cctv rumahnya beberapa jam yang lalu saat pesta masih berlangsung. la tengah menyelidiki siapa yang harus bertanggung jawab atas tragedi yang terjadi pada Mega.

la yakin, apa yang terjadi sudah direncanakan sebelumnya. Apa yang dilakukannya ini bukan sekedar karena Mega, tapi juga demi keluarganya. Jika kondisi Mega tidak seperti ini, ia bisa meminta keterangan darinya. Mencari siapa dan apa tujuan di balik kejadian memalukan itu.

Untuk Itulah kenapa ia melarang ayahnya berbuat gegabah. Tapi sayang, semua sudah terlambat. Mega lebih dulu berniat mengakhiri hidupnya.

Tiba-tiba dering ponsel berbunyi membuat Reza mengalihkan perhatian. "Halo," ucapnya mengangkat panggilan tanpa melepas pandangan dari layar.

["Adikmu, Za. Syukurlah adikmu masih bisa diselamatkan."]

Reza melirik ponsel yang menempel di telinga mendengar apa yang ibunya katakan. Dan sebelum ibunya kembali membuka suara, ia lebih dulu mematikan panggilan.

Suatu keberuntungan Mega masih bisa selamat, dengan begitu ia bisa menggali informasi. Dahi Reza terlihat berkerut saat tanpa sengaja melihat perbincangan yang terjadi antara Mega, Lucy dan seorang pria yang tidak ia kenal. Kemudian tak berselang lama muncul pria yang Mega seret pergi dari sana.

Tangan Reza menekan tombol pause guna memperjelas wajah laki-laki itu. Kemudian memasukkan flashdisk yang ia temukan di belakang panggung kala video itu diputar.

Saat dirinya mencari tersangka yang memutar video tersebut, ia tak menemukan siapapun kecuali flashdisk yang masih menancap di pc.

Dan saat bertanya siapa yang menyuruh pembawa acara mempersembahkan sesuatu yang tak ada di jadwal, pembawa acara itu tak mengetahui siapa orangnya. Dia hanya mengatakan jika yang menghubunginya mengaku dari pihak keluarga dan meneleponnya menggunakan nomor pribadi.

Reza memperhatikan dengan video asusila adiknya yang mana wajah pria itu sama sekali tak terlihat. Pria itu seolah sengaja menyembunyikan wajahnya, sementara si pelaku yang merekam sengaja mengambil shoot wajah Mega.

Reza membandingkan dua video itu, video cctv juga video asusila adiknya dan ia menemukan jika pria yang adiknya ajak pergi dari ruang pesta adalah pria yang menggaulinya. Itu terbukti dari pakaian dan sepatu mereka yang sama.

Memastikan dugaannya benar, Reza kembali memutar cctv yang menangkap wajah pria itu. Namun tiba-tiba terjadi malware pada layar yang membuat Reza cukup terkejut. ia tak menyangka nal ini sebelumnya, jika ini sampai terjadi itu artinya orang di balik semua itu bukan orang sembarangan. 

Entah dalang utama itu sendiri yang melakukannya atau menyuruh hacker untuk melakukannya. Dan saat ia berusaha melakukan sesuatu, ia terlambat.

Reza menatap layar pc-nya yang telah mati dengan tangan terkepal di depan mulut. Sepertinya ia harus menylidiki semua ini lebih lanjut. Jika tebakannya benar, dalang di balik semua ini bukan hanya mengicar Mega, tapi... keluarganya.

---

"Ada apa?" Wanita itu membelai wajah Doni. Sejak tiba di sana, wajah Doni terlihat tak bersahabat.

"Adikku masuk rumah sakit," ujar Doni memberitahu. Saat ini dirinya tengah berada di sebuah klub malam dengan seorang wanita yang duduk dalam pangkuannya.

"Lalu?" tanya wanita tersebut.

Doni memang kerap datang sekedar untuk bercerita keluh kesahnya. Mereka saling mengenal sejak Helena menghampirinya kala itu. Mengajaknya berkenalan, saling bertukar cerita, sampai akhirnya Doni kian terbuka dan menceritakan semua masalahnya.

Setiap Doni menceritakan masalahnya, Helena selalu mendengarkannya sampai habis dan baru memberi masukan atau nasehat setelah Doni selesai. Itu lah yang membuat Doni merasa dihargai.

"Seseorang menjebak adikku," jawab Doni.

Sebelah alis Helena terlihat meninggi. " Menjebak?" tanyanya.

"Di pesta ulang tahunnya semalam, seseorang menunjukkan video asusila dirinya di depan semua orang. Yang lebih parahnya lagi, video itu diambil di hari itu juga," jelas Doni di mana raut wajahnya tak terbaca.

Di sisi lain ia marah pada tersangka karena telah mempermalukan adiknya, keluarganya. Tapi di sisi lain, sebagian kecil hatinya merasa senang orang tuanya bisa melihat kelakuan Mega yang memalukan dan mempermalukan keluarganya.

Ia seolah ingin membuat kedua orang tuanya jera. Anak yang mereka sayangi dan bangga-banggakan, ternyata melempar kotoran ke wajah mereka.

"Ya Tuhan. Lalu?"

"Mega berniat bunuh diri tapi nyawanya bisa diselamatkan." Doni mengakhiri ceritanya dengan raut wajah yang masih tidak terbaca.

Helena tersenyum tipis, menangkup wajah Doni, ia pun mengatakan, "Lalu, kenapa kau tampak sedih? Bukankah harusnya kau senang? Dengan begini orang tuamu tak akan menganak emaskan Mega lagi." Setelah mengatakan itu, Helena turun dari pangkuan Doni dan duduk di sampingnya.

"Aku tidak tahu apakah harus senang atau sedih. Di sisi lain aku puas melihat kekecewaan dari orang tuaku pada Mega. Tapi bagaimanapun Mega adalah adikku."

Helena menangkup wajah Doni dan mendekatkan wajahnya. "Kau harus ingat bagaimana kedua orang tuamu memperlakukanmu. Kau harus ingat bagaimana kedua orang tuamu membedakanmu dari kakak dan adikmu. Kau adalah korban, mereka adalah tersangka. Jadi kau tak perlu memikirkan apa yang terjadi pada mereka. Kau juga berhak bahagia. Jika keluargamu tak bisa memberikan kebahagiaan itu untukmu, aku adalah kebahagiaan yang Tuhan kirimkan padamu," ujar Helena panjang lebar kemudian menarik wajah Doni dan menjatuhkannya di atas dadanya yang berisi.

Diusapnya kepala Doni dan sesekali memainkan rambutnya.

Doni memeluk pinggang Helena dan kian membenamkan wajahnya. Sejak hari itu, pelukan Helena adalah pelukan ternyaman yang pernah ia rasakan bahkan lebih nyaman dari pelukan ibunya. la bahkan lupa kapan terakhir kali ibunya memeluknya. Mungkin saat ia masih TK atau bahkan tidak pernah.

Helena tersenyum tipis. Semakin hari rencananya membuat Doni semakin membenci keluarganya berhasil. Bukan tanpa alasan, melainkan karena Helena adalah salah satu bagian dari rencana Yoga.

"Don, aku tahu bagaimana cara agar kau tak bingung dengan perasaanmu," ucap Helena tanpa menghentikan aktivitasnya mengusap kepala Doni. “ Aku yakin setelah kau mengkonsumsi obat itu, kau bisa menetapkan perasaanmu," lanjutnya.

Doni mengangkat kepala menatap Helena dengan dahi tampak berkerut.

Helena tersenyum tipis kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan menunjukkannya pada Doni.

"ini...." gumam Doni melihat obat yang Helena tunjukkan.

"Setelah kau meminum obat ini, kau tak akan terbebani dengan perasaanmu," kata Helena dengan senyum manis merekah. Tugasnya adalah merusak Doni dan ini lah awal dari kesabarannya selama ini.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

good luck thor lanjut

2024-04-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!