Bab 4

Yoga berlari tak tentu arah kemudian memasuki gang sempit di antara dua rumah besar. Sampai ia tiba di sebuah rumah yang pintunya terbuka membuatnya memilih segera masuk ke dalam rumah.

Nafas Yoga terengah hebat. Ia bersembunyi di bawah meja ruang makan rumah itu. Entah apa yang terjadi apakah ia selamat atau akan jadi bulan-bulanan warga. Dalam hati ia merutuki kebodohannya sendiri kenapa dengan mudah percaya pada wanita itu.

Dan sekarang ia yakin, apa yang terjadi dengan tubuhnya juga pasti ulah wanita itu. Samar-samar Yoga mendengar beberapa orang yang mengejarnya melewati rumah itu. Sebelumnya ia segera menutup pintu dan pasti mereka tak akan berpikir ia bersembunyi di sana.

Tubuh Yoga masih gemetar hebat dengan keringat yang membanjiri sekujur tubuh. la merapalkan doa dalam hatinya semoga ia bisa selamat dan bisa kembali pulang.

Jika ia berhasil pulang dengan selamat, ia akan membawa Yume pergi. Meski jauh dari rumahnya tapi ia takut jika ada yang tahu tempat tinggalnya dan akan membawa polisi untuk menangkapnya.

Tak lagi mendengar suara gaduh, Yoga berniat keluar dari persembunyiannya. Ia keluar dari bawah meja kemudian mengintip lewat jendela dan tak mendapat apapun, suasana di luar rumah tampak sepi. Kemudian ia berjalan mengendap ke bagian depan guna memastikan situasi benar-benar sudah aman di mana di depan rumah itu adalah jalan besar.

Tak ingin berlama-lama di rumah yang tampak sepi itu, Yoga berniat segera pergi tak ingin kembali diteriaki pencuri. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat tanpa sengaja melihat seorang wanita terlentang di atas tempat tidur lewat pintu kamar itu.

---

Langit telah gelap saat Yoga kembali ke rumah. la sengaja menunggu malam dan sebelumnya bersembunyi di area pembuangan sampah agar bisa kembali ke rumah dengan selamat. la khawatir jika mungkin ada salah seorang warga yang mengenali wajahnya dan akan menangkapnya nanti.

Namun ia begitu terkejut saat dari kejauhan melihat samar rumahnya sudah tak lagi berbentuk. Dibantu penerangan dari rembulan, ia melihat atap rumahnya telah berserakan sementara dinding plastik dan karungnya telah roboh.

"Yume!" Adalah satu kata yang terucap dari mulut kala matanya melihat pemandangan mengerikan itu. la segera berlari dan saat sampai di sisa rumahnya yang mengerikan, ketika matanya melebar dengan jantung seolah berhenti berdetak.

Dengan mata kepalanya ia melihat Yume tergeletak dengan kedua mata terbuka. Kedua kakinya terbuka lebar dengan jejak darah di bawahnya merembes pada kardus lusuh yang menjadi tempat tidur Yume.

"Yume... Yume... Yume!" Yoga berteriak memanggil nama Yume namun adiknya itu sama sekali tak merespon. Dipeluknya tubuh dingin Yume erat dan meraung terus memanggil namanya. "Yume! Yume!"

Tak dapat dikatakan seperti apa perasaan Yoga sekarang. Hancur lebur seakan tubuhnya disiram timah panas. "Kenapa kau melakukan ini padaku, Tuhan! Aku tak pernah meminta apapun kecuali kebahagiaan adikku, lalu apa yang kau berikan padaku?! Kau justru tak berhenti menyakiti adikku! Apa salahku?! Apa satu kesalahanku yang terjadi karena takdirmu membuatmu menghukumku?! Kembalikan adikku! Kembalikan adikku!" teriak Yoga hingga tenggorokannya sakit.

Ia tak peduli bahkan hingga suaranya putus pun ia tak peduli. la benar-benar tak dapat menerima kenyataan mengerikan ini, kehilangan adiknya dengan cara mengerikan seperti ini.

Tangisan dan teriakan Yoga seolah tak berarti. Yume tak bisa kembali lagi bahkan tak mampu membuat warga yang mendengarnya menghampiri sekedar melihat apa yang terjadi.

Dengan derai air mata dan sesenggukan hingga dadanya sakit, Yoga menutup mata sang adik. Ribuan kata maaf pun terucap menatap wajah tidur adiknya. Diciumnya keninga Yume yang dingin dan kembali membawanya dalam pelukan.

Bibirnya bergetar sama gemetarnya dengan tubuhnya menahan isakan. Harta satu-satunya yang ia punya, yang selalu inin ia jaga kini telah tiada.

Perlahan Yoga bangkit berdiri dengan menggendong Yume di punggungnya. Ia berjalan dengan langkah tertatih bahkan sesekali terjatuh saat tak kuat menahan beban dalam otak.

Perlahan rembulan yang sebelumnya bersinar terang diselimuti awan hitam yang membawa hujan, mengguyur tubuh Yoga dan Yume dalam gendongan. Yoga terus berjalan mengabaikan rasa dingin yang seolah menusuk kulit. Semua itu diabaikannya dan tetap berjalan menuju sebuah tujuan.

Tak mungkin baginya meminta bantuan warga sekitar. Bahkan melihatnya kelaparan saja mereka abai, dan benar saja, ia melihat semua pintu rumah telah tertutup rapat seakan tak ingin ia berhenti di depan rumah mereka dan meminta pertolongan.

Yoga menggertakkan gigi melihat kelakuan warga sekitar serta menahan hawa dingin yang menusuk kulit. Ia bersumpah suatu saat akan menghancurkan perkampungan itu hingga rata dengan tanah.

Dan akan ia hancurkan wanita yang telah menjebaknya dan orang yang telah menghancurkan Yume hingga membuatnya meregang nyawa. Meski harus menukar dengan nyawanya sekalipun, akan ia lakukan.

Waktu hampir pagi saat Yoga sampai di depan gerbang rumahnya dulu. Entah berapa kilometer ia berjalan dengan menggendong tubuh Yume namun seolah tak terasa karena dendam membara yang berkobar di dadanya. Setiap langkahnya tak berhenti mengucap sumpah serapah pada siapa yang telah menyakiti Yume dan bersumpah akan menghabisinya.

Yoga berhenti tepat di depan gerbang menatap rumah besarnya yang sekarang di sita bank. la berniat ke rumah paman dan bibinya meminta membantu memakamkan Yume. Namun saat melewati rumahnya, ia tak bisa untuk tidak berhenti.

Tangannya mencengkeram pagar kuat-kuat dengan ingatan kembali pada masa lalu. Andai kedua orang tuanya tak meninggal mungkin semua ini tak akan terjadi.

"Argh!" Yoga berteriak kencang dengan tangan nyaris berdarah karena terlalu kuat mencengkram pagar besi di hadapannya. Kakinya yang lemah pun menendang pagar besi itu. Sampai akhirnya apa yang dilakukannya berhasil menarik perhatian seseorang yang ternyata berjaga di pos security.

""Hei! Apa yang kau lakukan? Di sini bukan yayasan amal, cepat ergi!" usir security itu karena melihat Yoga seperti gelandangan.

Yoga terkejut. Apa rumahnya telah dimiliki pemilik baru? Sampai tiba-tiba pandangannya mengarah ke arah rumahnya dan melihat pamannya baru saja keluar dari dalam rumah.

"Paman? Apa yang dilakukannya di sana? Atau apa paman yang menebus rumahnya?" batinnya. la pun berteriak memanggil pamannya mengabaikan security tersebut yang memarahinya.

"Paman! Paman! Tolong aku!" teriak Yoga Memanggil sang paman.

Perhatian pria yang saat ini berdiri di depan pintu besar utama rumah itu tertuju pada Yoga saat mendengarnya memanggil. Dahinya terlihat berkerut namun pada akhirnya berjalan ke arah gerbang.

"Hei! Paman, paman, gundulmu! Mana mungkin tuan besar punya keponakan gembel macam dirimu ?!" maki security tersebut namun Yoga tetap mengabaikannya dan berteriak memanggil sang paman.

"Paman, tolong, tolong aku! Tolong selamatkan Yume! Aku yakin dia masih bisa diselamatkan! Tolong aku paman!" ucap Yoga saat pamannya telah berdiri di hadapannya di balik gerbang.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

good job Thor lanjut

2024-04-05

1

stevani_29

stevani_29

lanjut kak

2023-10-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!