Bab 8

Tian tersenyum tipis dengan tangan terangkat menyentuh wajah cantik kekasih mudanya. "Tentu saja memberimu selamat, Honey. Kau tidak senang aku datang di hari ulang tahunmu?" jawab Tian dengan menarik wajah Mega berniat mendaratkan ciuman di bibir. Namun Mega segera mendorong menolak

"Tidak sekarang. Bagaimana jika ayah tahu? Kau juga tak ingin istrimu tahu, kan?!" sungut Mega yang tampak kesal. Demi apapun, dirinya benar-benar takut. Di depan ayahnya dirinya menjadi malaikat menyembunyikan kelakuan nakalnya di luar, jika ayahnya mengetahuinya, maka tamat sudah riwayatnya.

Tian mengabaikan gerutuan Mega dan justru mendekapnya kuat.

"Tian! Lepaskan aku! Aku tidak ingin ada orang yang mengetahui hubungan kita!" sentak Mega dengan berusaha melepas tangan Tian dari pinggangnya. Namun kukuhan Tian sebagai seorang pria tentu lebih kuat membuat Mega tak dapat menghindar atau mengelak saat Tian membalikkan tubuhnya.

Satu tangan Tian mencengkram kedua tangan Mega di balik punggungnya dan satu tangannya segera menyibak gaun panjang Mega yang bak princes.

"Tian! Apa yang kau lakukan?!" jerit Mega dengan suara tertahan tak ingin ada orang yang mendengar. Dari tempatnya berdiri sekarang, dirinya bisa melihat ke tempat pesta lewat pintu samping rumah yang terbuat dari kaca transparan.

Tian membungkuk membuat tubuh Mega pun setengah menungging. "Tentu saja memberimu hadiah, Babe."

Tepat setelah Tian mengatakan itu, kedua mata Mega melebar merasakan dorongan Tian. Tian benar-benar gila karena melakukannya di tempat itu bahkan saat acara masih berlangsung dengan banyak orang yang masih menikmati pestanya. Tapi memang itulah tujuan Tian, karena saat ini tanpa sepengetahuan Mega, seseorang tengah merekam kegiatan panas mereka.

"Kau gila, Tian! Kau gila!" racau Mega berharap Tian segera mengakhiri sesuatu yang bahkan baru dimulai.

Tian hanya diam tanpa berniat menghentikan gerakannya. Dia bahkan menghadapkan wajah Mega padanya dan mendaratkan ciuman panas. Melepas tautan bibir mereka, tangan Tian tetap menahan wajah Mega agar menghadap ke depan sementara dirinya dengan sengaja menyembunyikan wajahnya di balik leher Mega.

Ini gila, meski Mega menginginkan kegilaan ini segela terselesaikan, pada kenyataannya wajahnya justru menunjukkan sebaliknya.

"Angel yang sempurna," gumam seseorang yang saat ini merekam kegiatan Mega dan Tian di mana arah shoot kameranya tak lepas sedetikpun dari wajah Mega yang saat ini bak ******.

---

"Ah, ya, baiklah." Pembawa acara tersebut mengangguk setelah mendapat perintah dari seseorang yang mengaku dari pihak keluarga, memintanya mengatakan bahwa ada persembahan yang ingin Mega suguhkan.

Dan setelah performa dari bintang tamu yakni seorang penyanyi solo yang cukup terkenal mengakhiri lagu terakhir, pembawa acara itu kembali naik ke panggung dan melaksanakan tugas yang diberikan padanya.

Tepat di saat itu Mega kembali ke ruangan setelah menyelesaikan kegiatannya dengan Tian yang menggairahkan. Sementara pria itu sendiri kini tak lagi terlihat batang hidungnya.

"Sialan, benar-benar sialan," geram Mega dalam hatinya. Namun meski mengumpat, sebagian dirinya merasa terpuaskan. Rasa takut ketahuan bercampur dengan rasa nikmat memacu adrenalin dan menciptakan sensasi lebih menggairahkan.

"Itu si Mega kembali," celetuk Lucy saat melihat Mega kembali memasuki ruangan. Ia masih berdiri di tempat sebelumnya di samping Yoga. 

"Ke mana laki-laki yang pergi bersamanya tadi?" gumamnya seraya melirik Yoga dan Yoga hanya mengedikkan bahu sebagai tanggapan. "Oh, ya, Rav. Memang laki-laki tadi itu siapa?" tanyanya penuh keingintahuan karena sebelumnya Yoga selalu berhasil mengalihkan perhatiannya mengenai siapa itu Tian.

"Gigolo."

Sebelah alis Lucy meninggi menatap Yoga dari samping. "Apa?" tanyanya memastikan jikalau ia salah dengar.

Yoga hanya diam dan mengarah pandangan pada layar besar yang menjadi background panggung yang mana tepat di saat itu suara menggelegar sang pembawa acara terdengar.

"Mari kita saksikan persembahan dari tuan putri malam ini. Persembahan dari Mega Maharani Dianda!"

Seluruh tamu seolah terhipnotis mengikuti pembawa acara yang bertepuk tangan. Dan saat pembawa acara itu menepi ke sisi panggung, sebuah video pun diputar yang seketika membuat mata semua orang di sana yang melihat membulat.

Prang!

Bunyi gelas jatuh terdengar nyaring dari sudut ruangan disebabkan keheningan yang menerpa. Bahkan beberapa mulut terlihat menganga melihat adegan di depan mata. Adegan di mana Mega tengah bermain dengan Tian beberapa menit sebelumnya.

Seketika seluruh pasang mata mengarah pada Mega yang saat ini berdiri di depan meja dengan tangan memegang gelas. la hendak menghilangkan dahaga karena menahan desah sebelumnya.

Tepat saat Mega berbalik dengan gelas masih menempel di bibir, ia pun menyadari seluruh pasang mata mengarah tatapan aneh ke arahnya. Ada apa? Kenapa semua melihatku seperti itu? batinnya.

Lucy tampak berlari menghampiri Mega. Dan saat melihat Mega seperti orang bodoh tak tahu apa-apa, ia berteriak dengan tangan menunjuk layar besar di atas panggung. "Mega!"

Sebelah alis Mega meninggi, sampai akhirnya ia menoleh ke arah panggung mengikuti arah tunjuk Lucy. Seketika matanya melebar sempurna melihat video dirinya yang tengah bermain dengan Tian beberapa menit yang lalu. Bahkan ia yakin, belum sampai sepuluh menit yang lalu.

Prag!

Seketika gelas di tangan jatuh dan pecah tepat di depan kakinya. Apa ia tak salah lihat? Tapi tidak, bahkan dengan jelas video itu memperlihatkan wajahnya dengan sangat jelas. Wajahnya yang keenakan dan menahan desah seperti seorang ******.

Di saat bersamaan di tempat Baskoro, terlihat dirinya yang masih berbincang dengan dua orang sebelumnya.

"Ada apa, Tuan-tuan? Bagaimana menurut anda dengan tawaranku tadi?" tanya Baskoro membujuk dua orang penting yang diharapkan bisa menjalin kerja sama baru untuk perusahaannya.

"Daripada itu, sebaiknya anda melihat kelakuan putri anda, Tuan Baskoro," kata salah seorang di antaranya dengan menunjuk arah panggung. Posisi Baskoro yang membelakangi panggung membuatnya tak menyadari apa yang tengah terjadi. Dan saat ia menoleh, seketika jantungnya seolah ingin meloncat keluar.

Yoga berjalan keluar dari sana dengan kedua tangan tersembunyi di saku celana. Rencana berjalan sempurna dan hanya tinggal menunggu waktu Mega memilih menghancurkan hidupnya, dihancurkan oleh ayahnya atau mengakhiri hidupnya saat itu juga.

Suara pintu mobil yang tertutup cukup keras terdengar dari sebuah mobil sport yang terparkir di luar kediaman Baskoro. Yoga memasuki mobilnya di mana sudah ada Tian yang menunggu sedari tadi.

"Bagaimana pestanya? Sempurna?" kata Tian seraya melirik Yoga di mana seringainya merekah.

Yoga melirik Tian lewat ekor mata dan seulas senyum tipis pun tercipta. "Sempurna, sangat sempurna."

"Oh, kuharap besok ayahnya tak membawa pistol untuk melubangi kepalaku," kata Tian disertai kekehan kemudian bersiap mengemudikan mobil Yoga.

"Bukankah sepadan dengan bayaran dariku?" timpal Yoga yang saat ini terlihat mengutak-atik ponsel di tangan.

Tian terdengar mendengus. "Terima kasih, terima kasih," ucapnya yang kemudian menginjak pedal gas membuat mobil berwarna hitam itu melaju kencang menembus jalanan kota.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

mantap gan lanjutkan

2024-04-05

1

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

Good job Yoga ayo hancurkan keluargamu jadikan mereka gembel seperti dirimu dulu

2024-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!