Bab 15

Di luar, terlihat Yoga dan Yume palsu yang berjalan menuju mobil mereka di parkiran. Mobil yang Baskoro sediakan demi melancarkan rencana.

"Tadi aku sampai bergidik. Bagaimana denganmu?" celetuk Yume palsu dengan setengah membungkuk menatap Yoga palsu dari samping.

Yoga palsu mengedikkan bahu. "Mau bagaimana lagi? Tapi aku tak peduli. Yang penting tidak ketahuan dan kita akan selamat. Kau jangan coba-coba mengatakan ini pada siapapun, aku tak mau kehilangan bayaranku," ucapnya seraya melirik Yume palsu.

"Ish." Yume palsu terdengar mendengus. "Kau pikir aku gila? Mana mungkin aku mau kehilangan nyawaku?"

"Sudahlah. Sebaiknya kita menikmati kehidupan mewah ini selagi masih bisa." Yoga palsu melempar kunci mobil ke udara dan kembali menangkapnya.

"Ya, kau benar," sahut Yume palsu dengan tawa dan mengikut kakak palsunya dengan merangkul tangannya manja.

"Hei, jangan bersikap berlebihan. Kita ini adik kakak, bukan pasangan," peringat Yoga.

Bukannya mengindahkan peringatan Yoga, Yume kian mengeratkan pelukan dan menyandarkan kepala di bahunya.

"Siapa peduli? Lagipula hubungan Yoga dan Yume memang sangat dekat, bukan?" ujar Yume.

Yoga palsu berusaha melepas rangkulan Yume palsu membuat wanita itu mengerucutkan bibir kesal. la juga sengaja menghentikan langkah dan menghentakkan kaki dengan kedua tangan bersedekap. Sontak hal itu membuat Yoga palsu ikut menghentikan langkah.

"Hei, ayolah, jangan merajuk," kata Yoga palsu dan kembali menghampiri Yume palsu. "Yang penting kita pasangan di dunia nyata, kan?" bujuknya. Ya, keduanya merupakan sepasang kekasih.

Awalnya Baskoro menawarkan pekerjaan itu pada Yoga palsu dan ia pun mengajak kekasihnya ikut andil agar bisa mendapatkan bayaran lebih tinggi. Jika bayaran mereka digabungkan, bisa membiayai hidup mereka bertahun-tahun. Ia juga ingin mengajak kekasihnya hidup enak walau dengan jaminan nyawa sebagai taruhan.

Tanpa keduanya sadari, seseorang memperhatikan mereka dari kejauhan. Hingga saat keduanya terlihat telah berbaikan, orang itu pun pergi dari tempat persembunyian.

---

Keesokan harinya di rumah Baskoro terlihat seluruh keluarga berkumpul di ruang tengah.

"Jadi mulai hari ini kami akan tinggal di sini. Mungkin hanya beberapa hari setelah itu kami akan kembali," ujar Yoga palsu setelah sebelumnya beramah tamah dengan seluruh keluarga Baskoro." Bukan begitu, Yume?" lanjutnya seraya meoleh pada Yume palsu yang duduk di sebelahnya.

Reza menatap keduanya tanpa jeda sejak mereka masuk kedalam rumah. Sementara Doni terlihat tak peduli. Sedangkan Mega? Dirinya hanya menunduk tak berani mengangkat kepala karena ada sang ayah. Sejak hari itu sampai detik ini ayahnya sama sekali tak mengatakan apapun namun hal itu semakin membuatnya cemas.

"Kenapa tidak tinggal saja di sini? Bukan begitu, Yah?" kata Arini seraya menoleh pada sang suami.

Baskoro hanya berdehem kemudian membuka suara. "Semua terserah mereka. Mereka sudah dewasa, bisa menentukan pilihan masing-masing."

"Kalian sudah mengunjungi makam paman dan bibi?" tanya Reza membat semua yang ada di sana menoleh ke arahnya.

"Setelah ini kami akan ke sana," jawab Yoga dengan senyuman samar.

"Kalau begitu aku ikut. Aku tidak pernah tahu makam paman dan bibi," ucap Reza kembali.

Yoga dan Yume saling melempar lirikan kemudian menoleh sekilas pada Baskoro. "Ya, baiklah."

Reza hanya diam tak lagi membuka suara tanpa mengalihkan pandangan. Sorot matanya lurus menatap Yoga dengan pandangan tak terbaca.

Sudah sangat lama, tapi dirinya masih mengingat bagaimana wajah Yoga walau samar. Dan melihat bagaimana rupa Yoga sekarang, kecurigaannya tercipta. Selain itu, ke mana saja mereka selama ini? Sementara selama ini seperti hilang bak ditelan bumi. Sepertinya ada rahasia besar yang tidak ia ketahui.

---

Reza melirik mobil di belakangnya yang mengikuti. Suatu kebetulan kedua orang tuanya ingin ikut ke makam paman dan bibinya. Saat ini seperti keinginannya kemarin, ia mengantar Yoga dan Yume palsu menuju makam kedua orang tua mereka.

"Jadi, ke mana saja kalian selama ini?" tanya Reza tiba-tiba.

Yoga yang duduk di kursi penumpang dengan Yume menjawab, "Bukankah aku sudah mengatakannya? Paman Baskoro mengirim kami ke luar negeri." Sejak menginjakkan kaki di rumah Baskoro, ia menyadari Reza seperti tak sepenuhnya percaya padanya.

Reza hanya diam dan melirik keduanya lewat spion dalam mobil. Sementara Doni yang duduk di sebelah Reza, setengah menoleh ke belakang.

"Kemarin aku membaca artikel mengenai paman. Karena itu kalian pulang?" tanyanya. Sebenarnya ia malas harus ikut, tapi Reza memaksanya dan ia tak bisa menolak.

"Paman?" gumam Yoga dan Yume bersamaan.

"Paman Detya. Apa karena itu kalian pulang?" ujar Doni kembali.

"Ah, ya, itu.... Sebenarnya tidak juga. Paman Baskoro memintaku pulang jadi aku pulang. Padahal sebenarnya aku cukup sibuk dengan pekerjaanku. Tapi aku tak bisa menolak keinginan paman. Bagaimanapun selama ini paman yang telah mengurus dan membiayai kami saat di sana," ujar Yoga memuji Baskoro.

"Artikel mengenai apa?" tanya Reza pada Doni seraya meliriknya sekilas.

Doni menoleh menatap sang kakak dan menjawab, "Mengenai meninggalnya paman Detya saat itu."

Reza kembali menatap lurus ke depan pada jalanan yang tampak lengang di hari minggu. Saat kedua orang tua Yoga meninggal, ia masih kecil. Dirinya juga tak begitu paham apa yang sebenarnya terjadi sampai akhirnya pindah ke rumah Yoga beberapa waktu setelah kedua orang tua Yoga meninggal.

Sesekali Reza kembali melirik spion dalam mobil melihat bagaimana ekspresi Yoga dan Yume. Entah hanya perasaannya saja atau keduanya sama sekali tak menunjukkan kesedihan sedikitpun? Padahal Doni menyinggung mengenai kematian kedua orang tua mereka.

"Kapan kalian ke luar negeri?" tanya Reza tiba-tiba.

"Setelah ayah dan ibu meninggal," jawab Yoga segera.

"Dan kalian tinggal hanya berdua di sana dengan usia yang masih bisa dibilang anak-anak?"

"Tentu saja tidak. Paman Baskoro menyewa pengasuh untuk menemani kami," sahut Yume palsu.

"A... benarkah? Harusnya kalian tidak lupa saat itu ayahku masih belum punya apa-apa."

"Itu... beliau menggunakan uang ayah dan ibu," kata Yoga dengan suara lemah di akhir kalimat. la seolah menyadari bahwa telh dijebak di sini.

Doni menatap kakaknya dengan sebelah alis meninggi. la merasa kakaknya terlalu berlebihan karena memberi banyak pertanyaan pada Yoga dan Yume.

"Oh, kuharap uang yang digunakannya untuk membiayai sekolahku, juga bukan uang orang tua kalian," potong Reza yang seketika membuat Yoga dan Yume palsu terdiam dan saling melempar irikan.

"Ada apa denganmu, Kak? Hari ini kau terdengar lebih banyak bicara," ujar Doni. Padahal biasanya kakaknya itu tampak tenang.

Reza hanya melirik Yoga dan menjawab pertanyaan adiknya itu dengan gumaman tak jelas. Sampai tiba-tiba suara Yoga palsu kembali terdengar.

"Kurasa tidak apa-apa. Kami menyerahkan semuanya pada paman. Lagipula paman bisa menghandle semuanya. Dan waktu itu aku masih anak-anak, tidak bisa membantu apapun dan mengurus apapun mengenai peninggalan ayah."

---

Di tempat lain, terlihat seorang wanita paruh baya yang duduk di depan jendela dengan memegang selembar foto di tangan. "Yoga, Yume, di mana kalian sekarang, Nak?" gumamnya yang tak melepas pandangan dari foto Yoga dan Yume saat masih anak-anak.

Terpopuler

Comments

Yuan Li

Yuan Li

Mamanya yoga sama yume masih hidup kayaknya

2024-01-30

1

Imam Sutoto

Imam Sutoto

mantap gan lanjutkan

2024-04-06

1

Rina Yulianti

Rina Yulianti

kayanya orang tua yoga masih hidup

2024-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!