Bab 6

Bugh! Bugh! Bugh!

Suara tinjuan teratur terdengar dari sebuah ruangan yang berisikan berbagai alat kebugaran.

Tubuh atletis itu terlihat berkilau bermandian keringat. Nafasnya terengah di mana tetes demi tetes keringat jatuh melewati ujung rambutnya yang basah.

Sudah satu jam yang lalu kepalan tangan terbungkus sarung tinju itu memukuli samsak yang tergantung, namun tak ada niatan baginya untuk berhenti dan beristirahat.

Tatapan mata Yoga mengarah tepat pada samsak yang setiap hari menjadi temannya melatih kekuatan fisik. Di matanya samsak di hadapan adalah wajah paman, bibi dan orang-orang yang yang telah menyakitinya di masa lalu.

Sudah 10 tahun sejak meninggalnya Yume dan sumpahnya membalas dendam, kini Yoga telah menjadi pria dewasa dengan segudang pesona. Tak ada lagi Yoga yang lemah, buruk rupa, dan penuh jejak luka. Yang ada hanyalah Yoga yang tampan, perkasa, dan memiliki kuasa.

Setelah hari di mana Yoga bertemu dengan pria misterius yang berjanji membantunya membalas dendam, kehidupannya berubah. Pria itu menyekolahkannya hingga sarjana bahkan sekarang telah memiliki perusahaannya sendiri yang ia bangun sendiri dari nol.

Meski tak dapat dipungkiri, pria misterius itu pun memiliki andil. Meski begitu sampai hari ini pria itu masih menyuruhnya menunggu, memintanya melaksanakan balas dendamnya saat waktunya telah tiba sembari menyusun rencana matang-matang.

Nafas Yoga terengah, sorot matanya tampak tajam kala kembali teringat perlakuan paman dan bibinya. Padahal sudah berlalu bertahun-tahun lamanya, namun ia tak pernah bisa lupa. Dan rasanya ia sudah tak sabar lagi ingin menghancurkan mereka saat ini juga.

"Ehm."

Yoga terhenyak sesaat mendengar suara deheman. Ia pun menoleh dan mendapati pria misterius yang menjadikannya anak angkat berdiri menatapnya dalam diam. Tiba-tiba ia pun teringat kala ayah angkatnya itu mengatakan akan membantunya membalas dendam.

la kira pria itu akan membantunya terang-terangan, nyatanya tidak seperti yang dibayangkan. Pria itu menyerahkan balas dendam di tangannya, tugasnya hanyalah memberinya bekal. Bekal kecerdasan, kekuatan dan kuasa. Dan semua itu kini telah berada dalam genggam tangan Yoga.

Yoga menetralkan deru nafasnya, membuka sarung tinjunya kemudian meletakkannya ke atas meja seraya mengambil minuman dingin yang ayah angkatnya itu letakkan. Menghabiskan setengah botol minumannya, diraihnya handuk kecil yang tersampir di kursi menggunakannya mengelap keringat di wajah.

Pria misterius yang dulu berambut hitam, kini telah memiliki uban. Wajahnya pun semakin memiliki keriput yang tercetak jelas di bawah mata.

"Ayah sudah lama?" tanya Yoga menatap pria itu yang saat ini berdiri membelakanginya berdiri di depan samsak.

Tangan pria itu terangkat perlahan menyentuh samsak yang menjadi pelampiasan Yoga setiap harinya. Memejamkan mata sejenak, kemudian ia berbalik menatap Yoga dengan pandangan tak terbaca. "Sudah saatnya," ucapnya dengan suaranya yang terdengar padat dan jelas.

Yoga menatap ayah angkatnya itu dalam diam selama beberapa saat. Sampai akhirnya senyum bengisnya pun tercetak di wajah. Ini lah yang ia tunggu-tunggu, hari ini lah yang ia nanti selama ini.

Dengan perintah dan izin dari ayah angkatnya, ia tak akan menahan diri untuk menghancurkan keluarganya sendiri hingga hancur berkeping-keping. Keluarga yang telah menciptakan rasa sakit dan luka menganga di hati.

Pria itu hanya diam menatap Yoga yang menunjukkan wajah bengisnya. Sekarang tugasnya selesai dan akan menyerahkan semua di tangan Yoga sendiri.

Tugasnya hanyalah membekali Yoga dengan kecerdasan dan kuasa, dan saat Yoga telah menguasainya, tugasnya hanyalah melihat hasil dari kesabarannya membimbing Yoga selama sepuluh tahun terakhir.

Memejamkan mata sejenak, suara padat pria berusia 50 tahunan itu pun kembali terdengar. "Tugasku sudah selesai. Jadi tunjukkan pada ayah hasil dari latihan, kerja keras, dan kesabaranmu selama ini."

Setelah mengatakan itu, pria itu melangkah pergi meninggalkan Yoga yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri.

Satu tangan Yoga terangkat menutupi sebagian wajahnya. Matanya melebar di mana sudut bibirnya terangkat menciptakan senyuman mengerikan. Nafasnya pun terengah dengan uap hangat yang seolah mengepul lolos dari mulut seperti seekor anjing yang menemukan mangsa yang siap disantap.

Aura kehitaman pun seolah menguar dari tubuhnya. Akhirnya penantiannya selama ini akan terlaksana. Dan dirinya tak akan segan menjadi iblis untuk menyempurnakan tujuan hidupnya. Yakni, membalas dendam.

---

Suasana meriah terlihat di sebuah rumah besar nan mewah yang tak lain adalah rumah peninggalan orang tua Yoga. Sayangnya, rumah itu kini telah menjadi milik dari pamannya Baskoro Mahendra.

"Terima kasih, Ayah!" Seorang gadis memeluk pria yang seluruh rambutnya telah memutih yang tak lain paman Yoga, Baskoro. Hari ini adalah hari ulang tahun putri bungsunya yang ke 18 tahun dan pria itu memberikan sebuah mobil seharga satu milyar sebagai hadiah.

"Tentu saja, Sayang. Apapun untuk putri cantikku," ucap Baskoro dengan senyuman mengembang yang tak lepas dari wajah sejak acara dimulai.

Bukan hanya dihadiri teman-teman Mega, nama putri Baskoro tersebut, rekan-rekan bisnis Baskoro pun ikut hadir memenuhi undangan. 

Sebagai pemilik Jaya Baya group, salah satu perusahaan paling besar di kotanya, acara ini adalah ajang mengenalkan sang putri pada seluruh kolega dan rekan bisnis.

Putrinya adalah aset masa depan. Dengan bersatunya dua anak pemilik perusahaan ternama di masa yang akan datang, ia bisa melebarkan sayapnya dengan cara mudah tanpa perlu bekerja keras.

Suara tepuk tangan pun terdengar kala sang MC mempersilahkan Baskoro turun dari panggung setelah menyerahkan kunci sebagai simbol hadiah mobil yang ia berikan.

Sementara di luar, terlihat seorang pria yang terlihat baru saja tiba. Ia berdiri menatap rumah besar lantai tiga yang terlihat begitu megah nan mewah yang telah berubah dari terakhir kali ia lihat.

Merapikan simpul dasi yang melingkari kerah kemejanya yang tampak mahal, ia pun melangkah menaiki beberapa anak tangga menuju pintu utama rumah itu yang terbuka lebar.

"Undangan anda, Taun," minta petugas yang berjaga di depan pintu.

Pria itu merogoh saku jas berwarna navy yang dipakainya mengambil undangan yang diminta. Setelah petugas yang berjaga memastikan undangan itu asli, dipersilahkan pria tersebut yang tak lain adalah Yoga masuk ke dalam.

Yoga berdiri di depan pintu selama beberapa saat dalam diam kemudian saat kakinya melangkah memasuki ruangan, hal pertama yang menjadi atensinya adalah banyaknya orang yang terlihat melebarkan senyum dan tawa.

Yoga mengedarkan pandangan menatap ruang tamu rumahnya yang telah berubah. Pamannya sepertinya telah melakukan renovasi besar-besaran pada rumahnya. Walau sudah sangat lama, ia tak akan pernah lupa pada setiap bagian dan sudut rumahnya yang menjadi tempatnya tinggalnya selama 13 tahun sejak dia dilahirkan.

Tiba-tiba perhatian Yoga mengarah pada pamannya yang saat ini berbincang dengan tamunya. Wajah pamannya terlihat lebih tua dengan rambut yang tak lagi menyisakan warna hitam. la kembali mengedarkan pandangan mencari bibinya namun tak menemukannya di manapun.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

mantap gan lanjutkan

2024-04-05

1

Badru

Badru

up

2023-10-17

1

stevani_29

stevani_29

semangat up nya kakak

2023-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!