Daffa kebingungan, ia yang berniat menghapus jejak air mata Azizah, namun Azizah malah makin jadi menangis.
"A-aku salah apa?" Daffa kelabakan melihat Azizah sampai tersedu-sedu. Karena tidak paham dalam menghadapi seorang wanita seperti apa, Daffa mengikuti instingnya untuk memeluk Azizah.
Azizah diam dan mulai tenang, usapan lembut dan sandaran pada dada bidang tersebut membuat Azizah terdiam. Ada rasa lain yang lebih mendominasi dibanding rasa sedih tadi. Meski terasa gugup, namun rasa nyaman yang terasa membuat Azizah lebih menikmati dalam pelukan suaminya itu.
Aroma Parfum Daffa juga menyeruak masuk kedalam indera penciuman Azizah. "Maaf kalau aku membuatmu sedih" kali ini suara Daffa terdengar berbeda. Pria yang biasanya bersuara datar atau ketus itu mendadak melembut.
"Mas..." Azizah bersuara lirih. "Kenapa hmmm?" Daffa masih mengelusi kepala Azizah yang terbungkus jilbab instan.
Sungguh, Azizah tidak mampu menggambarkan rasa apa yang sedang ia rasakan. Tapi ia ingin merasakan rasa ini selama mungkin.
Azizah malah diam kembali. Sungguh wanita benar-benar makhluk yang paling sulit dimengerti.
"Apa kamu menangis karna menikah denganku?" tanya Daffa, melihat Azizah yang menangis dimalam pengantin mereka membuat Daffa jadi berspekulasi yang bukan-bukan. Karena tak mendapat jawaban dan petunjuk mengenai kesedihan istri yang baru ia nikahi pagi tadi, Daffa malah membuat kesimpulan sendiri.
Azizah yang mendengarkan ucapan itu spontan mencubit lengan Daffa. "Awh..." Daffa meringis, walaupun rasanya tak terlalu sakit.
Cubitan pedas tersebut menjadi jawaban jika pertanyaan Daffa tersebut adalah pertanyaan konyol.
"Baiklah aku akan jujur" Daffa melonggarkan pelukannya, ia menatap Azizah lembut. Bolehkah Azizah salting sekarang? Pasalnya pria preman didepannya ini terlihat sangat berkharisma.
"Aku sering datang berkunjung ke Club Malam itu, Persona bukanlah nama sebuah cafe, tapi nama sebuah club malam" Azizah membulatkan matanya. Tak hanya penampilan yang bak preman, rupanya pria yang menikahinya memang punya perilaku seperti anak berandalan diluaran sana.
"Tapi aku tak pernah melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang disana!" Daffa menekankan kalimat tersebut.
"Hal apa?" tanya Azizah, meski hidungnya mampet, ia tetap penasaran. "Menyewa wanita misalnya" Daffa masih menatap dalam mata istrinya itu. Sungguh, walaupun ia sebelumnya tak pernah berada dijarak sedekat ini dengan wanita, namun setelah merasakannya kali ini membuat Daffa mengerti, kenapa teman-teman brengseknya sangat tergila-gila akan wanita. Rupanya perasaan seperti inilah yang membuat teman-temannya dan mungkin pria diluar sana kecanduan.
"Hanya itu?" Daffa tersenyum, jujur ia gemas dengan ekspresi wajah azizah. Jilbab instannya sudah miring ke kanan, bahkan sedikit rambut keluar dari pipinya. Hidung dan pipinya memerah, matanya yang habis menangis bahkan tampak bersinar. Mungkin karena status suami istri, Daffa merasa tidak gugup sama sekali walau ini kali pertama ia memeluk wanita dan berinteraksi sedekat ini.
"Minum alkohol, narkoba, transaksi gelap.." Daffa memikirkan sejenak, apalagi yang biasa dilakukan di club malam.
"Apa Mas melakukan itu?" tanya Azizah melihat Daffa yang terdiam. "Sudah kubilang aku hanya berkunjung saja, anggap saja aku healing pergi kesana" Azizah menatap Daffa dengan wajah cemberut.
"Jadi Mas bertemu fitri disana?" Pertanyaan Azizah diangguki Daffa. "Memang apa bagusnya club malam itu?" Azizah menyandarkan kepalanya kedada bidang Daffa.
"Tak ada, hanya tempat berisik saja" Daffa juga berpikir, apa bagusnya club malam tempat yang ia kunjungi hampir setiap malam itu.
"Sudah, jangan menangis hanya karna hal bodoh" Azizah tersenyum. "Terimakasih mau berbicara panjang lebar, terima kasih juga sudah jujur walau sebenarnya izah ga bertanya".
"Istirahatlah" Daffa membaringkan Azizah dan mengatur posisi bantal serta selimut. "Mas ga tidur?" Azizah yang menuruti semua perintah suaminya kembali bertanya.
"Nanti, aku harus mengecek beberapa kotak masuk di e-mail" Setelah membaringkan Azizah Daffa mengambil kembali iPadnya dan kembali fokus mengecek e-mail dan berkas yang dikirim penanggung jawabnya.
Cukup lama, sampai rasa kantuk menyerang. Daffa meletakkan iPadnya. Ia akan tidur saja sekarang, badannya juga lelah seharian harus menjadi tontonan warga dipelaminan.
Daffa tersentak kaget, ia terkejut saat melihat Azizah tertidur tanpa hijab yanng menutupi kepalanya.
Apa ia diperbolehkan melihat rambut wanita ini? Tapi dia memang layak melihat rambut Azizah, tak hanya rambut, bahkan seluruh tubuh Azizah adalah miliknya.
Meski agak ragu, namun Daffa tetap mengelus rambut lembut azizah tersebut. Begini rasanya punya istri? Apa hanya ini saja?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
maya ummu ihsan
terasa nyaman
2025-02-09
0
Sari Maya
gak malam pertama kah 😁😁
2024-09-16
0
Alensa Talakua Telussa Alensa
lnjt kk
2024-05-02
0