Daffa menatap sang istri yang duduk dimeja rias. Azizah sudah menyelesaikan mandinya, ia kini tengah duduk dimeja rias untuk memakai pelembab malam. Namun sengaja dilama-lamakan.
"Kamu mau tidur sekarang?" Daffa bertanya. Sungguh Azizah ingin keluar kamar, namun ia takut mengecewakan suaminya itu.
"Belum..." Azizah tak banyak bicara sejak dari pagi. Daffa menghela nafas pelan.
"Aku mandi dulu" Daffa masuk ke kamar mandi yang berada didalam kamar Azizah itu. Azizah hanya melirik suaminya yang melangkah kekamar mandi.
'Apakah malam ini aku harus melayani dia? Tapi dia suamiku, aku akan berdosa kalau membantah' Azizah membatin, ia kepikiran perihal malam pertama yang kata orang-orang sangat sakit, apalagi yang merasakan sakitnya hanya pada perempuan saja, sedangkan laki-lakinya dapat bagian enaknya.
Mumpung suaminya tengah berada dikamar mandi, Azizah melepas hijab instannya dan dengan cepat memakai parfum didekat lehernya. Walau takut akan rasa sakit, azizah teringat akan sebuah hadist, dimana wanita bisa dengan mudah masuk pintu surga mana saja jika mentaati suaminya. "Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci." (HR An Nasa'i)
Ia harus tampil wangi dan cantik untuk membuat suaminya senang. Azizah kembali memakai hijabnya, ia mematut dirinya dicermin, rasanya tidak ada yang kurang. 10 menit berlalu, Daffa tampak keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kaos hitam bergambar pendekar. Dan memakai celana pendek cargo.
"Hmmm begini, aku panggil kamu bagaimana ya?" tanya Azizah.
Daffa yang sedang mengusap rambutnya yang basah dengan handuk menoleh. "Terserah kamu, senyamannya saja" Daffa lalu menggantung handuk pada gantungan yang berada dibelakang pintu kamar.
"Aku panggil Mas boleh?" Tanya Azizah. Daffa hanya mengangguk. "Baiklah, Kalau begitu, mas lapar? Aku akan ambilkan makanan" Daffa mengambil ponselnya yang tadi dia letakkan dikasur.
"Kita makan dikamar?" tanya Daffa. Azizah menganggukkan kepala.
"Ga usah, makan dimeja makan saja. Sekalian berbincang sama keluarga kamu" ucap Daffa. Ia hanya mengecek ponselnya sebentar.
Azizah mengangguk lagi. Ia bingung harus berkata apa, sebab ia dan Daffa hanya kenal dalam waktu tak sampai dua minggu, namun sudah menikah sehingga kecanggungan sangat kentara diantara mereka berdua.
***
Daffa dan Azizah tidak makan dimeja makan. Mereka makan diruang tamu. Karena masih ada keluarga dari Emak dan Bapak, sehingga suasana diruang tamu lebih ramai.
"Izah... Tante sekeluarga sama nenek akan berangkat malam ini" ucap Tante Narti.
"Ooh iya tante hati-hati dijalan" Azizah menyalami tantenya dan keluarga yang lain.
"Sayang... Patuh dan hormati suami kamu ya... Semoga Allah melindungi keluarga baru kamu kamu" ucap Nenek yang menciumi wajah Azizah. Azizah mengangguk.
Daffa juga menyalami keluarga dari Bapak Ardi yang akan kembali ke kotanya, memang tak jauh, itulah sebabnya mereka kembali malam ini juga.
Daffa dan Azizah melanjutkan makannya, sampai datanglah Niar beserta kedua putrinya. "Eh... Daffa, ayo ini ditambah lauknya.." Niar bersikap sangat ramah.
"Iya tante" jawab Daffa. Daffa hanya mengangguk sambil fokus dengan makanannya. Sedangkan Azizah sedari tadi terus memperhatikan kakak sepupunya Yuli yang menggendong anaknya yang berumur 1 tahun setengah.
Namun Azizah mengernyitkan dahi saat melihat Fitri si adik sepupu. Fitri memakai daster dengan leher baju rendah dan menampilkan sedikit belahan asetnya. Bahkan tali dalaman penopang 2 aset itu tampak dibahunya.
"Mas Daffa ini kerja apa ya? Soalnya aku kayak pernah liat deh..." Fitri memang sedari prosesi akad terus memperhatikan Daffa yang ia rasa pernah melihatnya.
"Saya buka bisnis restoran kecil" ucap Daffa. Fitri tampaknya belum puas memberikan pandangan penuh selidik. "Restoran ya? Dimana?" tanya Fitri lagi. Azizah merasa sebal dengan tingkah adik sepupunya itu. Ia sendiri tidak bertanya se intens itu mengenai pekerjaan suaminya.
"Di kota X" jawab Daffa, memang pria ini asalnya patung makanya hanya menjawab intinya saja.
"Hmmm aku juga tinggal dan kerja disana mas, kayaknya kita pernah ketemu ga sih?" Fitri terus memancing pembicaraan. "Mungkin" jawaban ketus dan datar daffa tidak mematahkan kekepoan Fitri.
"Mas Daffa pernah ke Persona ga?" kali ini Daffa menaikkan pandangannya dan menatap Fitri sebentar, hanya 2 detik palingan ia menunduk lagi.
'Kena kamu, aku yakin kamu pasti si pria itu!' batin Fitri.
"Kamu kepo banget sih Fit, kenapa memangnya kalau suamiku pernah ketempat yang kamu sebut itu?" kali ini Azizah kesal dengan kekepoan Fitri.
"Hehehe ga mbak zizah... Cuman tanya aja, aku kan pernah main di cafe persona juga, rasanya sering liat suami mu disana" jawab fitri menyunggingkan senyum sinis.
Daffa hanya diam tidak memberikan respon. Ia lanjut fokus dengan makanannya. Azizah merasa ada niat terselubung dari Ftri. Hingga makanan habis, Azizah menyadari jika Fitri sering curi-curi pandang kepada suaminya walau iya duduk berasama dengan keluarga yang lain.
"Makannya udah? Biar aku yang taro kebelakang" Azizah tidak menyadari sedari tadi ia menggenggam piring makannya. Sedangkan Daffa sudah selesai, sehingga ia menawarkan diri meletakkan pring kebelakang.
"E. Eh ga, biar aku aja mas" jawab Azizah gugup. "Ga papa, kamu ke kamar duluan aja, biar aku yang naro piring kebelakang" Daffa mengambil piring Azizah dan membawanya serta kebelakang.
Azizah yang berniat masuk kekamar tidak jadi karena mendengar perkataan Niar. "Lohh... Kok suami kamu yang disuruh bawa piring kotor ke belakang? Kan kamu istrinya, kamu yang harusnya melayani dong" tatapan sinis Niar membuat Azizah tidak berkutik.
"Iya Zizah, istri itu melayani suami, hukan suami melayani istri, baru sehari menikah aja kamu sikapnya begini, gimana mau bertahan rumah tangganya!" celetuk Yuli yang menggendong sambil menidurkan anaknya.
"Mas Daffa yang mau kok tan" jawab Azizah. "Halah... Kamu mah sekali diturutin minta mahar besar langsung ngelunjak ga mau melayani suami" Niar makin memanasi.
Azizah dipojokkan oleh niar dan anaknya, sedangkan emak sedang sibuk membersihkan halaman yang masih ada sampah-sampahnya.
Fitri yang melihat kondisi lumayan menguntungkan pergi kedapur.
Ia melihat Daffa sedang mencuci piring di wastafel.
'Lumayan juga, kalau aja aku berhasil kali ini, padahalkan aku yang liat dia duluan, kok bisa malah menikahi si Azizah kampungan sih!' guman Fitri.
"Mas... Kamu kok beda banget ya sekarang, dulu aja pas ketemu cewek lain di Persona kamu cuek banget, giliran sama Azizah kayak lembut gitu?" Fitri berdiri disamping Daffa. Dengan tatapan yang dia buat senakal mungkin.
Daffa hanya fokus mencuci piring tanpa menghiraukan keberadaan Fitri. "Kamu ga mungkin ga kenal aku kan Mas? Toh aku sering nemenin temen-temen kamu minum loh... Disitu kan juga ada kamu. Aku juga pernah loh duduk dipangkuan kamu sekali" bisik Fitri manja, berusaha menggoda Daffa.
Daffa benar-benar tampak layaknya robot, ia bahkan tidak menoleh atau melirik. Sampai kegiatan mencuci piringnya selesai. Ia pergi dari dapur meninggalkan Fitri yang tadi berusaha menggoda.
'Gaya mu malu-malu, aku akan pastikan kamu bisa aku genggam mas, dan akan menguasai kamu! Sejak awal aku yang tertarik sama kamu, liat aja kali ini usahaku akan berhasil' Fitri membatin.
Azizah sudah masuk kekamar karna tidak tahan mendengar perkataan kakak sepupu dan tantenya itu.
Daffa masuk kamar dan mendapati Azizah menelungkup melintang ditengah kasur. Daffa heran lalu mengambil iPadnya. Ia belum melakukan aktifitas wajib yaitu harus memeriksa kontak e-mailnya.
Dengan duduk dibagian kepala yang masih kosong, ia memeriksa kontak e-mailnya. Azizah dapat merasakan jika suaminya itu masuk kedalam kamar dan duduk didekat kepalanya.
Namun azizah masih enggan mengangkat kepala untuk menoleh ke suaminya. Sampai 30 menit berlalu mereka masih dalam posisi seperti itu.
Azizah yang sudah menenangkan tangisnya, mengangkat kepala dan melihat Daffa yang sibuk menggulirkan jari di iPadnya.
Azizah merasa apa suaminya marah karena masuk kamar malah melihat Aziah bertingkah, dan bukan menyambutnya layaknya istri menyambut suami.
"M.. Mas..." suara Azizah sedikit bergetar. Daffa yang mendengar suara Azizah bergetar menolehkan kepala dan meletakkan iPadnya dikabinet kecil dekat kasur.
"Kamu kenapa?" diluar dugaan azizah, Daffa langsung mengelus wajahnya. Azizah yang terduduk mematung merasakan sapuan halus tangan suaminya.
"Kamu mau menikahi ku karena apa?" pertanyaan konyol keluar dari mulut Azizah. Daffa mengernyit.
"Karena kakek minta aku menikah" sungguh jawaban Daffa membuat Azizah makin sedih, air matanya keluar mengalir tanpa izin. Rupanya Daffa menikahinya hanya karna permintaan kakek, bukan karena tertarik dan menginginkannya menjadi istri dan pendampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Sari Maya
hadewww Daffa jgn jujur amat knp sih..
2024-09-16
0
Atha Diyuta
hadeeh Daffa,mbo ya jawabnya jaangan begitu
2024-02-19
0
Atha Diyuta
awas zizah ada ulet bulu
2024-02-19
0