Setelah sibuk beberapa hari terakhir mengurusi pernikahan. Azizah sekarang harus menjalani proses pingitan di H-3 pernikahannya.
Bahkan untuk keluar menyapu halaman saja tidak boleh, karena perintah emak, sehingga dia hanya didalam rumah membaca buku atau bermain ponsel saja.
"Emak, ga kasian liat Azizah mondar mandir melulu didepan pintu kamar? Keluar masuk terus, Udah kayak setrikaan aja itu mak" ucap Bapak yang baru saja memantau proses pemasangan tenda untuk acara pernikahan Azizah dan Dafa.
"Namanya calon pengantin ya harus dipingit Ardi! Ga boleh ngerjain apa-apa!" ketus Surti. Ibu dari Bapak Ardi, Neneknya Azizah yang tengah duduk dimeja makan sambil meminum teh. Dari kemarin beberapa keluarga Azizah sudah berdatangan ke Rumah Bapak Ardi.
"Ya kasian aja mak, Azizah kayak ga betah" Bapak Ardi menggaruk kepala yang tidak gatal. "Boleh aja sih keluar rumah, tapi kan calonnya si Azizah rumahnya disebelah, kalau keluar terus mereka bisa ketemuan gimana? Cuman nahan diri sebentar aja kok!" Bu surti masih sewot dengan putranya itu.
"Udah Buk, kasian suamiku. Dia cuman ga tega liat Azizah kaya orang linglung, mondar-mandir dan ga ada kerjaan" Emak Inah menengahi persebatan mertua dengna suaminy itu.
"Kapan keluargamu datangnya Inah? Nanti sore apa malem? Takut nanti ini belum selesai masak eh keluargamu udah sampe" Mbak Narti yang membawa keranjang sayur dan tengah sibuk memasak dengan sodara lainnya.
"Nanti malem katanya mbak, mereka masih di rest area" ucap Mak Inah.
Rumah Bapak Ardi dan Mak Inah sangat ramai dengan keluarga mereka. Sedangkan dirumah kakek Kipli. Hanya mereka ber 6 saja yang bersiap-siap. Karena keluarga dari Mama Tini semuanya berada di pulau Kalimantan, sehingga mereka akan datang saat hari akad dan resepsi saja. Sedangkah anak kakek Kipli yang lainnya menetap di luar negri. Dan kemungkinan akan menemui keluarganya itu setelah acara pernikahan.
"Daffa kamu ga ngundang temen - temen kamu?" tanya Mama Tini yang sibuk memeriksa seserahan dan mahar. "Nanti kalau resepsi disana" jawab Daffa datar, ia juga ikut mamanya memeriksa seserahan.
"Loh, kamu mau bikin respepsi lain juga? Kok ga ada pembicaraan di awal? Astagaaa kalau gitu kan mama bisa siapin resepsi buat nanti juga! Kapan resepsinya?" Mama Tini langsung heboh karena anaknya ini tidak pernah membicarakan akan membuat acara resepsi saat kembali ke kota.
"Udah siap Mah, 2 minggu lagi" ucap Daffa. Tak ada muka-muka bersalah terpancar dari anak sulungnya Mama Tini tersebut.
"Mah... Kakek tadi nanyain, keluarganya mamah mau datang apa nggak?" tanya Defi yang datang dari dalam kamar. Sedari tadi memanh Defi berada di kamar karena sedang melaksanakan Zoom meeting rapat dengan perusahaan tempat dia magang.
Mama tampak berpikir sejenak karena hubungan Mama dengan keluarganya tidak berjalan baik seperti keluarga lainnya.
"Gausah ah. Paling mereka juga bakal ngeremehin, kan mereka paling kaya, mama males berhubungan sama mereka lagi, nanti rusak dong acara nikahan anak mama tersayang" jawab Mama Tini.
Defi hanya menagnggukkan kepalanya. "Abang, semua udah lengkap nih? Mahar yang abang kasih ke Kak Azizah apa aja sih? " Defi yang kepo berusaha mencari tahu.
"Ga banyak, selayaknya aja" ucap Daffa. "Ya selayaknya apa? Uang atau Emas?" tanya Defi. Gadis satu ini kalau sudah kepo sulit sekali menghentikannya.
"Kamu akan tau nanti" ucap Daffa. "Mamah... Bang Daffa pelit banget, kan mau jadiin referensi, mana tau nanti ada yang mau lamar aku! Kan bisa referensi dari maharnya kak Azizah" Deffi cemberut.
"Kamu tunggu aja, nanti kan Maharnya juga bakal didenger pas ijab qobul" ucap Mama Tini. Memang tampaknya hanya Defi saja yang tidak tau berapa Mahar yang akan diberikan sang Kakak kandung kepada Kakak Iparnya.
***
Joko tampak sangat sumringah hari ini. Ia sedang mematut dirinya di cermin. Dengan tampilan rapi, ia merapikan sedikit kerah baju. Lalu menarik nafasnya dalam-dalam.
Joko melirik kotak perhiasan yang ada di meja dekat cermin. 'Tuhan... Bantu akan hari ini, semoga aku datang disaat yang tepat!' ucap Joko dalam hati.
Ia lalu mengambil kotak perhiasan tersebut dan memasukkan kedalam tas salempangnya.
Ia lalu mengendarai sepeda motornya membelah jalanan yang tisak terlalu ramai, karena saat ini belum mazuk jam makan siang.
Tujuan pertamanya adalah menyambangi cabang warung baksonya.
"Wiihhh beda banget ini dandanan bapak, mau pergi hajatan ya?" tanya karyawannya, karena kentara sekali penampilan Joko yang biasa memakai pakaian kasual sekarang memakai kemeja dan celana yang sudah disetrika rapi sekali.
Joko hanya menyunggingkan sedikit senyuman. "Eh... Joko, kebetulan lagi diwarung ya..." Sebuah suara menyapa.
"Eh, Mas Ardi, tumben kesini" Joko kaget, ia menyalami Bapak Ardi.
"Iya, aku mau beli bakso buat Azizah" ucap Bapak Ardi, ia lalu memesan bakso untuk Azizah.
"Biasanya Azizah langsung kesini, tapi sekarang Azizah ga boleh keluar dulu" sambung bapak Ardi setelah menyelesaikan pesanannya.
"Kenapa pak? Apa azizah sakit?" tanya Joko. Bapak Ardi mengkerutkan keningnya. "Buka-" belum selesai Bapak Ardi menyelesaikan ucapannya, trio ibu-ibu rese datang menyambangi.
"Ehhh pak Ardi?? Beneran ya ternyata Azizah mau kawin? Saya kaget waktu baca undangan yang dikasi Mbak Inah, eh taunya si anak preman itu cucunya Pak RT ya? Ya Ampunnn kok bisa begitu ya cucunya Pak RT? Kayak berandalan begitu, kok ikhlas sih anaknya dinikahin sama laki-laki begitu pak? Saya mah liatnya langsung takut, serem" cerocos Bu Marni ia menaikkan bahunya.
"Tau ihh... Penampilan aja serem banget apalagi kelakuannya! Sebelas dua belas itu mah sama preman tukang palak dipasar!" Bu Jamilah menimpali.
Joko terdiam. Ia masih mencerna kata-kata bu Marni. 'Azizah menikah dengan siapa? Apa laki-laki yang diwarung bakso waktu itu?' batin Joko.
"Insyaa Allah nak Daffa orang yang baik ibu-ibu. Saya yakin untuk menyerahkan anak saya" Pak Ardi menjawab dengan lembut, berusaha tidak terpancing emosi dengan perkataan ibu-ibu rese tersebut.
"Pasti cuman baik didepan aja itu pak Ardi!! Nanti pas udah dikawinin anaknya, pasti ditinggal!" Bu Marni menjawab dengan lantang. Sehingga mendapat sikutan dari Bu Jamilah dan Bu Tessi.
Pak Ardi terkejut mendengarkan perkataan bu Marni. "Husss, kamu ini kok brutal banget ngomongnya!" bisik bu Tessi.
"Yasudah saya pulang dulu masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan" Pak Ardi pergi membawa pesanannya.
Perkataan Ibu-ibu tadi membuat pikiran Pak Ardi bercabang. Apa iya hanya baik dedepan lalu setelahnya anaknya akan ditinggalkan?
Lain pula dengan Joko. Pria itu sudah bersiap akan kerumah Azizah hari ini untuk menyampaikan niatnya melamar Azizah. Namun sebelum mulai ia terpaksa harus pulang karena kabar Azizah akan menikah.
"Apa benar Azizah mau menikah Ibu-ibu?" tanya Joko lemah. "Iya... Joko, nikah sama cucunya Pak RT Kipli. Yang waktu itu ketemu diwarung bakso ini loh" jawab Bu Tessi.
Hancur sudah bayangan Indah Joko hidup bersama Azizah. 'Kenapa kamu memilih pria itu Azizah?' batin Joko dengan kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Sitie Nurhalijah
kasihan si joko
2024-10-18
0
Sarah Yuniani
nikah ama tetangga ??
aku juga thor 😅
2024-10-15
0
Sari Maya
Kurang gercep nih si joko
2024-09-16
0