"Ka-kamu..?" Ucap Frischa dengan terbata-bata.
"Hai, Cha. Apa kabar?" Sapa seorang pemuda pada Frischa dengan senyuman manis.
"Ya Tuhan. Kenapa harus bertemu dengan dia saat seperti ini?" Gumam Frischa dalam hati.
"Hei, Cha. Kenapa bengong gitu sih. Kamu apa kabar? Udah lama banget loh kita tidak bertemu". Ucap pemuda itu membuyarkan lamunan Frischa.
"Hai Bas. Kabar aku baik-baik saja. Aku kaget soalnya ketemu kamu di sini. Kamu bukannya kerja di Kalimantan yah?" Akhirnya Frischa pun menyapa pemuda itu. Pemuda tampan yang bernama Bastian.
"Aku udah hampir 2 bulan disini, Cha. Mama sakit jadi aku sempatkan diri untuk pulang dulu. Oh ya, kamu sendirian? Atau sama papa mama kamu?" Tanya Bastian kepada Frischa.
"Aku sendirian, Bas." Jawab Frischa dengan senyum.
"Kamu tidak pernah berubah yah Cha. Tetap seperti pertama kali aku kenal." Ucap Bastian sambil memandang wajah Frischa. Frischa yang merasa di perhatikan oleh Bastian menjadi salah tingkah.
"Hehehe...Kamu apaan sih, Bas. Ngapain juga aku harus berubah.Oh ya, kamu sama siapa ke sini? Pasti sama istri kamu yah." Tanya Frischa dengan nada sedikit menggoda.
Mendengar pertanyaan Frischa, Bastian hanya terkekeh.
"Istri?? Kapan aku nikah, Cha. Kamu ini yah, sok tahu banget. Aku masih sendirian. Tapi kalau kamu mau jadi istri aku, boleh ajah", Ucap Bastian dengan sedikit nada menggoda.
Frischa hanya tersipu malu mendengar jawaban Bastian.
"Oh yah, Cha. Evan tidak akan marah kan kalau lihat kita berdua," Tanya Bastian.
"Santai ajah, Bas. Dia tidak akan marah. Lagian aku kesini pun bukan sama dia."
"Mmmm...Kamu udah selesai belanja? Kalau udah selesai, boleh tidak kita lanjut ngobrolnya di kafe depan." Tanya Bastian kepada Frischa.
"Udah selesai, Bas. Boleh kok. Tapi aku bayar dulu yah." Ucap Frischa.
Setelah Frischa membayar semua belanjaannya, mereka berdua kemudian menuju ke sebuah kafe yang dekat minimarket. Bastian dan Frischa memilih tempat duduk dekat jendela. Lalu mereka pun memesan makanan.
"Oh yah, Cha. Kamu kerja di mana sekarang?" Tanya Bastian memecahkan keheningan sedari tadi mereka tiba.
"Aku sudah tidak bekerja, Bas. Sudah di pecat dari sekolah." Ucap Frischa dengan senyuman kecut.
"Di pecat?"
"Iya , Bas. Ada masalah yang membuat aku di pecat," Ucap Frischa dengan raut wajah sedih.
"Apa masalahnya ini, Cha?" Tanya Bastian sambil menyodorkan hpnya ke arah Frischa.
Frischa yang melihat apa yang di perlihatkan Bastian merasa sangat kaget.
"Oh Tuhan. Belum habis juga cara mereka menjatuhkan aku. Bas, boleh kamu kirimkan ini ke Hpku?" Tanya Frischa yang kemudian mendapat anggukan dari Bastian.
"Sebenarnya ada masalah apa sampai mereka membuat status seperti ini di media sosial, Cha?" Tanya Bastian.
Frischa menghembuskan nafas kasar dan mulai bercerita. Bastian yang mendengar cerita Frischa hanya menahan emosi.
"Jadi, papa dan mamamu pun lebih percaya sama mereka?" Tanya Bastian tidak percaya.
Lagi-lagi hanya anggukan kepala yang Frischa berikan.
"Aku akan bantu kamu, Cha. Kebetulan di sekolah tanteku lagi butuh guru. Tapi yah sekolahnya di kampung. Kalau kamu mau, aku akan menghubungi tanteku. Dan aku yang akan mengantar kamu ke sana," Ucap Bastian dengan sungguh-sungguh.
Frischa hanya diam membisu mendengar perkataan Bastian.
"Kamu tidak usah takut, Cha. Aku tidak ada niat apapun di sini. Ini murni karena aku pengen bantuin kamu".
"Aku belum bisa jawab sekarang. Kasih aku waktu buat pikirkan tawaranmu yah, Bas." Ucap Frischa dengan hati-hati.
"Baiklah. Aku akan menunggu." Ucap Bastian.
"kalau kamu sudah selesai, ayo kita pulang. Biar aku yang mengantar kamu", Ajak Bastian. Frischa hanya mengangguk dengan senyuman manis.
"Pria yang dulu di tolak mentah-mentah oleh papa mama dan keluarga besar. Kini benar-benar berubah seratus persen. Semoga kamu bisa mendapatkan perempuan yang baik, Bas." Batin Frischa dalam hati.
Bastian pun mengajak Frischa untuk menuju ke parkiran mobil. Mereka kemudian masuk ke dalam mobil, Bastian kemudian melajukan mobilnya untuk mengantarkan Frischa pulang.
"Cha, boleh tidak aku ketemu kamu setiap hari? Yah, mumpung aku belum balik ke Kalimantan," Tanya Bastian pada Frischa.
"Mmmm..boleh saja, Bas. Tapi mama kamu keberatan tidak kita bertemu? Kamu tahu sendirikan gimana Tante Meli sama aku," Ucap Frischa dengan hati-hati.
"Kamu tenang saja. Mama udah lupakan masalah itu. Sudah lama juga kan, lagian buat apa juga mama nyimpan dendam lama-lama," Jawab Bastian dengan lembut.
"Maafin papa yah. Karena dulu papa sudah menghina kamu. Aku benar-benar minta maaf."
"Sudah lah, Cha. Itukan hanya masa lalu kita. Sekarang kita perlu menata masa depan kita saja. Hmmm..Cha benaran ini kos kamu?" Tanya Bastian ketika mereka sampai di kosan Frischa.
"Iya, Bas," Jawab Frischa.
"Makasih yah, udah anterin aku. Nanti kapan-kapan kita ketemu lagi", Ucap Frischa.
"Oke. Aku langsung balik yah, Cha. Takut mama nungguin di rumah"
"Baiklah. Titip salam buat tante Meli yah"
Bastian hanya tersenyum manis pada Frischa. Ia kemudian melajukan mobilnya meninggalkan kos Frischa.
Ketika Frischa hendak masuk ke kamar kosnya, tiba-tiba hp nya berdering. Frischa mengerutkan keningnya karena melihat nomor yang tidak kenal menghubunginya.
"Hallo...", Jawab Frischa ketika mengangkat telpon itu.
"He pencuri, kau di mana? Bisa tidak sebentar sore aku jemput kita sama mbak Icha ke tempat orang pintar. Nanti aku sama Anjela yang jemput," Ucap seseorang dalam telepon itu dengan nada yang ketus.
"Aku bukan pencuri, Ren. Tidak usah di jemput, biar aku ajak Willy untuk menemaniku. Sherlock ajah tempatnya, aku nyusul sama Willy," Jawab Frischa dengan nada yang tegas.
"Ishhh, jangan sampai tidak datang yah pencuri"
Belum sempat Frischa membalas ucapannya teleponnya sudah terputus. Frischa hanya menghela nafas kasarnya. Ia kemudian masuk kedalam kamar kosnya dan langsung menghubungi Willy.
*Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Abdul Rahman
Waduh, aku ikutan deg-degan baca nih. 😱😍
2023-10-13
2