Frischa Koma

"A-a-apa?" Pekik kedua orangtua Frischa mendengar apa yang disampaikan Willy.

"Iya om..tante.. Frischa drop dan sekarang lagi di rumah sakit. Jika om dan tante masih menyayangi Frischa dan tidak mau kehilangan dia, saya minta sekarang juga kita ke rumah sakit. Frischa harus segera di operasi" Ucap Willy dengan nada lirih.

"Pa..ayo kita ke rumah sakit. Kakak butuh kita pa. Mama mohon, kali ini saja pa" Ucap Mamanya Frischa dengan terisak memohon pada sang suami untuk segera ke rumah sakit.

Akhirnya papanya Frischa pun mengangguk setuju.

"Adek...Fanya..." Mama Frischa memanggil nama anak bungsunya itu.

"Iya ma..kenapa mama kelihatan panik seperti ini?" Tanya Fanya, yang terlihat bingung dengan sang mama.

"Panggil kakakmu Renal, kita harus ke rumah sakit sekarang. Kakak Frischa masuk rumah sakit" Ucap sang mama pada anaknya.

Fanya pun terlihat panik dan segera memberitahu pada sang kakak laki-lakinya itu. Begitu mendengar perkataan sang adik, Renal langsung berlari keluar dari kamarnya menuju ke ruang tamu.

"Ini yang papa dan mama mau kan? Puas kalian berdua. Puas...." Pekik Renal dengan setengah terisak. Ia begitu marah karena papa dan mamanya begitu membenci sang kakak tanpa sebab dan alasan yang pasti.

Kedua orangtuanya pun hanya terdiam tanpa bersuara.

"De, sudahlah. Kakakmu sekarang membutuhkan tanda tangan persetujuan dari papa dan mamamu. Kita tidak punya banyak waktu lagi. Om.. tante.. Ayo kita berangkat sekarang" Ucap Willy dengan was-was.

Tanpa banyak kata, mereka akhirnya berangkat ke rumah sakit. Karena Willy sudah mendapat pesan dari Bastian kalau Frischa kembali drop.

***

"Dok, bagaimana keadaan Frischa?" Tanya Bastian pada dokter yang baru selesai memeriksa keadaan Frischa.

"Saudara Frischa harus segera di operasi, mas" Ucap dokter itu.

"Iya dok. Orangtuanya sedang dalam perjalanan " Ucap Bastian lagi.

Dokter itupun keluar dari ruangan Frischa ketika selesai memeriksanya.

"Cha, kamu yang kuat yah. Aku akan selalu ada di sini. Kamu harus segera sembuh, ada banyak hal yang mau aku lakukan denganmu" Ucap Bastian dengan suara bergetar sambil mengusap kepala dan mencium punggung tangan Frischa.

"Kakak..." Ucap Renal dan Fanya dengan terisak.

"Ini aku dan Fanya datang. Kakak bangun.."

"Sayang..maafkan papa..bangun sayang.. papa minta maaf, nak. papa minta maaf" Ucap Pak Frans dengan mencium kening sang anak.

"Om..kita ke ruang dokter yah. Biar om segera menandatangani surat persetujuan operasinya Frischa" Ucap Willy pada pak Frans.

Setelah kepergian sang suami, mama Frischa pun mendekat ke tempat tidur sang anak. Ia begitu sangat terpukul melihat keadaan anaknya sekarang.

"Kak, maafkan mama" Isak sang mama sambil terus mencium tangan sang anak.

"Ma..pa..." Lirih Frischa.

Bastian yang melihat Frischa sudah kembali sadar, segera berlari memanggil dokter.

"Pasien sudah sadar. Tapi kita harus segera melakukan operasi. Saya mengharapkan semuanya untuk terus memberi support pada pasien dan jangan sampai membuatnya kembali drop." Ucap sang dokter kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu.

"Pa..ma..Kakak rindu. Maaf kalau kakak banyak salah. Maaf kalau kakak belum bisa jadi anak yang baik buat papa dan mama" Tangis Frischa seketika pecah ketika melihat kedua orangtuanya berada di dekatnya.

"Sayang, papa yang salah. Papa terlalu peduli pada berita itu, ketimbang melihat kejujuran di mata anak papa" Ucap sang papa dengan terisak penuh penyesalan.

"Kalau kakak udah pergi, papa harus jaga mama dan adik-adik yah. Papa harus punya banyak waktu untuk mereka" Ucap Frischa dengan nada suara yang pelan.

"Sayang...hei...kamu bicara apa. Tidak akan terjadi apa-apa sama kamu. Kita akan segera berkumpul dan menyelesaikan semuanya ini bersama-sama" Ucap sang papa menolak apa yang dikatakan oleh Frischa.

Frischa hanya tersenyum melihat keluarganya sekarang berada di dekatnya. Pandangan Frischa pun beralih ke arah Bastian dan juga Willy.

"Makasih yah, karena kalian berdua selalu berada di sisiku selama ini. Bas, sampaikan permintaan maafku ke tante Ratna yah. Maaf karena belum bisa bekerja seperti biasanya" Ucap Frischa dengan tersenyum manis ke arah Bastian.

Bastian hanya menggelengkan kepalanya.

***

Operasi Frischa tinggal satu jam lagi. Semua yang berada di dalam ruangan itu memberi semangat pada Frischa.

"Sayang...jangan ada pikiran yang aneh-aneh yah. Papa mama dan adik-adikmu akan mendoakan yang terbaik untukmu" Ucap pak Frans pada sang anak.

"Kak, cepat sembuh yah. Adek kangen.." Ucap Fanya kemudian memeluk sang kakak.

"Kak..." Renal pun datang memeluk sang kakak dengan terisak.

"Hei... jagoan kakak kenapa cengeng sih" Frischa terkekeh melihat adik lelakinya itu.

"Cha, aku selalu menunggu kamu. Kamu harus melawan sakitmu dan kembalilah pada kami" Ucap Bastian dengan tersenyum manis pada wanita pujaannya itu.

"Frischa..." Willy pun langsung memeluk sahabatnya itu.

*****

Sudah dua jam Frischa berada di dalam ruangan operasi. Tetapi belum ada tanda-tanda bahwa operasinya sudah selesai. Ketika mereka semua tengah sibuk dengan pikiran masing-masing, tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan operasi itu. Mata mereka semua pun tertuju kearah pintu itu.

"Pasien membutuhkan darah. Ada yang bergolong darah A. Kebetulan stoknya habis" Ucap seorang suster ketika sudah berada di depan keluarga Frischa.

"Saya suster. Saya papanya, kebetulan golongan darah saya dan anak saya sama" Ucap pak Frans pada suster itu.

"Tapi pasien membutuhkan banyak darah, pak. Jadi kita membutuhkan 4 orang lagi yang bergolong darahnya sama" Ucap suster itu lagi. Membuat pak Frans menjadi gentir.

"Saya suster. Golongan darah saya A" Ucap Bastian tiba-tiba.

"3 lagi pak"

"Saya juga suster, kebetulan darah saya sama dengan kakak saya" Ucap Renal pada suster.

"Kalau begitu mari ikut saya. Kita harus memeriksa dulu, siapa yang berhak untuk mendonorkan darah" Ucap suster itu meminta ketiganya mengikutinya ke ruangan transfusi darah.

Ternyata yang bisa mendonorkan darahnya hanya Bastian seorang. Pak Frans dan Renal tidak bisa, karena keadaan mereka yang tidak memungkinkan mereka untuk melakukan donor darah.

"Kak Willy, kita masih kurang 4 orang buat jadi pendonornya. Aku sama papa tidak bisa mendonorkan darah" Ucap Renal ketika sudah berada di depan ruangan operasi.

"Om..boleh saya menghubungi teman-teman yang lain?" Tanya Willy pada pak Frans.

"Boleh nak. Terimakasih " Ucap Pak Frans lesu karena tidak bisa menolong anaknya.

Willy pun membuat postingan di media sosialnya. Ada tiga temannya yang sudah bersedia dan mereka akan segera ke rumah sakit.

Tiba-tiba ada nomor tidak di kenal menghubungi Willy.

"Halo.." Sapa Willy.

"Halo, kak Willy. Ini saya Cherly. Tadi saya baca postingan kakak, memangnya siapa yang butuh donor darah?" Tanya Cherly pada Willy.

"Frischa yang butuh. Karena Frischa sekarang lagi berada di ruangan operasi" Ucap Willy pada Cherly.

"A-a-a-a-paa? Kenapa tidak memberitahu saya kak. Sekarang Frischa di rumah sakit mana, saya akan segera ke sana. Golongan darah saya sama seperti Frischa" Ucap Cherly dengan suara bergetar.

****

Tiga jam pun berlalu, akhirnya operasi Frischa pun selesai. Sang dokter yang melakukan operasi itu pun keluar dari ruangan operasi itu.

"Operasi berjalan dengan lancar. Tapi pasien mengalami koma" Ucap sang dokter pada keluarga Frischa.

"Apa dok? Koma?" Tanya pak Frans.

"Iya pak. Dan untuk sementara pasien akan di pasangi alat bantu" Ucap sang dokter itu lagi.

"Pa..kakak..." Isak sang istri dalam pelukan pak Frans.

"Kita berdoa saja ma. Papa yakin Frischa bisa melewati ini semua. Dia anak papa yang kuat ma" Ucap pak Frans memberikan kekuatan pada sang istri.

"Satu-satu yah kalau mau berkunjung ke ruangan pasien" Ucap seorang suster ketika melihat mereka semua ingin masuk ke dalam ruangan Frischa.

"Om..Tante..boleh saya masuk?" Tanya Bastian dengan hati-hati.

"Silahkan nak" Ucap pak Frans dengan tersenyum.

***

Hancur hati Bastian ketika melihat Frischa tertidur dengan begitu banyak alat yang bersarang di tubuhnya.

"Cha, kamu jangan kalah sama keadaan ini. Cepat sadar, aku rindu senyummu" Ucap Bastian dengan nada sendu.

Setelah beberapa menit berada di dalam ruangan Frischa. Bastian pun keluar untuk pamit pada orangtua Frischa.

"Om.. tante..saya pulang dulu yah. Nanti malam saya ke sini lagi" Ucap Bastian kemudian mencium tangan kedua orangtua Frischa.

"Iya nak. Hati-hati di jalan dan terimakasih sudah membantu mendonorkan darahmu untuk Frischa" Ucap pak Frans kemudian memeluk Bastian.

"Will, saya duluan yah" Willy pun hanya tersenyum pada Bastian.

*Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!