Rio menatap tangga di hadapan, dengan tatapan yang seolah kosong. Menerima fakta mengejutkan, bahwa Abimana kembali datang.
Ia mengangkat kepala kembali. Dia semakin meneguhkan seluruh hatinya. "Huh! Ayo semangat! Ini untuk Anjani!"
"Aku harus memberitahu kepada Anjani soal permasalahan ini. " Rio mengangguk setuju, dengan apa yang dikatakan dari hati. Melangkah kaki menaiki lantai dua Gedung A.
Dia semakin cepat berlari dari anak tangga tadi. Kedua kaki semakin tertatih semangat, menuju atas. Tidak sabar lagi, dia akan memberi informasi yang sangat berharga untuk Anjani.
Napasnya mulai tersengal-sengal, saat Rio Dewantoro mengangkat kepalanya. Keringat mulai membanjiri pelipisnya. Memegang pinggang yang mulai berdenyut, pegal.
"Astaga." Napasnya masih saja tersengal-sengal, sambil memegang pinggang itu.
Tangannya ikut memegangi tembok sekolah. Keringat yang dikeluarkan dari telapak tangan tadi, membuat bekas basah. "Basah, basah. "
" Nanti saja bicara nya. " Gumam Rio, membuka pintu kelas. Pelan.
Kakinya melangkah masuk. Mendatangi bangku, tempat biasa dia belajar. Memangku wajah kembali, seperti rutinitas harian yang membosankan di tempat seperti kurungan belajar.
Anak kelas disini, mereka hanya tau bermain saja. Tidak peduli kalau ada orang yang membutuhkan bantuan. Hanya grup circle mereka saja, yang dipedulikan. Selain dari itu, terserah mau apa. Kecuali sang ketua kelas, Alfa yang belum hadir lagi. Sifatnya memang suka membela, seperti kejadian bu Veronica dan aku disini.
Rio terlarut dalam kejadian tadi. Berpikir sendiri di tengah ramai orang. Juga, tidak adanya Tristan menjadi lebih tenang untuk sementara waktu. Jika saja, aku bisa mengalahkan sistem sekolah ini, sudah dari dulu, warga sekolah bisa merdeka. Karena prinsip sekolah ini memang aneh, "uang mempunyai kekuasaan tertinggi di sekolah."
Kembali ke topik.
"Aku harus memberitahu dia segera. " Rio merogoh ponsel dari dalam saku celana berwarna abu-abu agak pudar.
Menyalakan tombol on berada di sisi atas ponsel Rio. Bunyi "Klik." baru saja ditekan. Mengusap usap aplikasi yang tertera di dalam. " Ini, dia. "
Jari jempol ku entah mengapa kembali gemetar. Menekan nama "Anjani Lesmana Dewi." Dalam fitur pencarian yang terletak di pojok kanan atas. Tulisan Online terpampang di atas fitur chat hijau muda.
"Apa tidak usah? " Tanya Rio penuh bimbang. "Tapi, coba saja deh. " Balasnya dalam batin.
Keraguan tampil di wajah Rio Dewantoro. Menghirup napas tegang, dan menghembuskan.
...Chat ...
^^^Rio Dewantoro^^^
^^^" An, ada dimana? "^^^
Anjani
Mengetik...
("Aku ada di taman belakang, ketemuan saja.")
^^^Rio Dewantoro^^^
^^^" O-oke. "^^^
Anjani
"Ada apa? "
^^^Rio Dewantoro^^^
^^^"Ada yang penting."^^^
Anjani
"Okedeh. Habis pulang ini. "
^^^Rio Dewantoro^^^
^^^" Ya. Baiklah. "^^^
Jari jempolku ikut berhenti. Menempelkan kepalaku diatas meja kayu. Berpaling, ke kanan dengan cepat sambil mengarahkan ponsel tadi yang digenggam.
Jempolku kembali bergerak, menggeser pesan tadi, kami berdua. " Semoga saja, nanti saat kuberi tahu, dia tak menangis. " Kemudian menarik napas, lelah.
Bel kembali berbunyi. Pelajaran dimulai lagi. Pelajaran terakhir untuk hari ini, segera berlangsung. Aku mencoba fokus lagi, dalam mata pelajaran yang tidak begitu disukai.
"Jangan mengantuk, kali ini. Wahai Rio Dewantoro." Rio menampar cepat, pipi tirus. Menyuruh diri sendiri jangan melamun terlalu larut.
Semua kembali dengan biasanya.
...... ...
Nantikan keseruan cerita ini ya guys.
Stay tuned untuk mimin bisa update terus perkembangan cerita "Till We Meet Again."
See you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments