Di mansion Tuan Muda, di Kampus Moderat,
Setelah dari Ruang Dekan, Hans membawa Emily ke dalam mansion itu, dilihat sekeliling mansion itu, sepi tidak ada orang, kenangan masa lalu langsung teringat saat Hans memaksa menciumnya, tapi kenangan itu segera langsung dihapusnya karena mereka memang tak ada hubungan semacam kekasih, dan seperti kata Hans dulu itu adalah suatu kesalahan.
Emily memilih berdiri di depan kaca jendela besar itu, sedang Hans mengambil minuman di bar mininya. Emily memandang ke arah keluar dengan tatapan hampa karena pikirannya masih sedih, Ia masih teringat akan ucapan Papahnya Sania dan Bapak Dekan yang segampangnya mengeluarkan keputusan untuk menhentikan beasiswa atau mengeluarkan dirinya dari kampus ini, kalau bukan karena Hans pasti hal tersebut sudah terjadi dan Emily sudah tidak bisa kuliah di kampus Moderat ini, Ia teringat akan bundanya, bagaimana ia bisa mengambil keputusan untuk bisa berkelahi dengan Sania, mengapa dia tidak memikirkan konsekuensi setelahnya karena mengganggu Sania yang merupakan calon penurus Liang Group, seketika air matanya menetes, " sebegitu tidak berharganya dirinya di mata orang-orang itu," batin Emily sambil menghirup napas dalam-dalam.
" Emily, lw ngak papa ?," tanya Hans yang melihat Emily meneteskan air matanya.
"Hahahh gapapa kok, mata gw kelilipan," ucapnya sambil menyeka air matanya, Emily tidak sadar Hans kini sudah berada di belakangnya.
Hans memegang bahu Emily dengan kedua tangannya, Mereka berdiri sejajar, dilihatnya mata Emily yang sembab, tak kuasa Emily meneteskan air matanya lagi dan itu membuat Hans terenyuh.
"Lw bisa pinjam pundak gw," ucap Hans.
"Udah gw udah gapapa !," elak Emily.
Hans menarik tubuh Emily masuk ke dalam pelukannya, "Kalau air mata ingin keluar ya dikeluarin jangan ditahan," ucap Hans yang hari itu terdengar manis.
Emily membenamkan wajahnya ke dada Hans yang bidang, Emily menangis sambil terisak dan Hans memeluknya.
Emily belum pernah direndahkan oleh orang lain sampai detik ini, dan ini membuat kepercayaan dirinya hancur. Bagaimana tidak, usahanya untuk mendapatkan beasiswa tidaklah gampang dan seseorang dengan sebegitu gampangnya menghancurkan usaha yang sudah dia rintis dari dahulu kala. Emily gak kebayang jika dirinya berhenti kuliah, dia mau jadi apa kelak, membayangkan hanya menjadi beban untuk Bundanya membuatnya Emily bergidik. " Emily, kamu harus kuat ! jangan jadi wanita yang lemah," batin Emily.
suara batin Emily yang berteriak untuk harus kuat, membuat air matanya berhenti menangis, Emily lalu menarik tubuhnya dari pelukan Hans, " Gw beneran udah gapapa, thanks !," ucapnya sambil menyeka air mata terakhirnya.
"Coba lw ceritakan ke gw apa yang terjadi di ruang Dekan ? ," tanya Hans.
Emily menjelaskan bahwa Papahnya Sania dan Sania menuduh Emily mengawali perkelahian kemarin, Papahnya Sania melontarkan kata-kata yang menyakitkan dan menyuruh Dekan untuk mencabut beasiswa gw atau mengeluarkan gw dengan segera," ucap Emily, menjelaskan runutan kejadian tadi membuat air matanya menetes kembali, "Apa gw gak sebegitu berharganya di depan mereka semua ?!," ucap Emily sedih.
"Kata siapa, lw berharga buat gw !...ehm yaa setidaknya lw pintar dan pantas untuk jadi Sekretaris gw," ucap Hans belum bisa sepenuhnya jujur kepada Emily.
"Iya lw benar paling tidak dibelakang gw ada backup seorang Tuan Muda Emporer Group yang berdamage banget," seru Emily mulai tertawa.
" Hahahanhh, gw jadi teringat Papahnya Sania yang berubah sikapnya 180 derajat begitu lw datang, kamu benar-benar hebat Tuan Muda !," sanjung Emily.
" Nah lw sekarang baru tahu kan pengaruh gw di Kampus ini !, bersyukur lw punya Bos kayak gw !," ucap Hans dengan angkuhnya.
"Thanks !," ucap Emily setelah mencium pipi Hans. dan sukses membuat wajah Hans merona merah.
"Ohh iya Hans, gw lupa udah janjian sama Vina di kantin, gw ke sana dulu ya, " ucap Emily sembari mengambil tas yang dia taruh di atas sofanya Hans. "Bye !," ucapnya lanjut.
"Bye..bye !," ucap Hans masih berdiri kaku di sana setelah dicium Emily.
BRAK ! suara pintu mansion kembali tertutup.. Begitu yakin melihat pintu sudah tertutup dan Emily sudah pergi, Hans menari-nari kagak jelas kegirangan, "Yes ! sepertinya Emily sudah membuka hatinya untuk gw, bisa lanjut ke strategi berikutnya." batinnya sambil memegang sisa-sisa kecupan Emily di pipinya.
***
Hans tiba di ruang kerja Emporer Kingdom,
Sebelumnya di perjalanan menuju rumahnya dari Kampus, Hans sudah menelepon Asistennya Tony, Tony merupakan Asisten kepercayaannya, tangan kanan Hans. Kali ini Hans menyuruh Tony untuk mencari tahu hubungan antara Liong Group dengan Emporer Group. Dia minta agar datanya sudah ada di meja kerjanya sebelum jam 19.00. Hans memang sudah terbiasa memeriksa segala urusan dari cabang-cabang Perusahaan Emporer Group. Hans memeriksa segala dokumen menjelang tidur. Ayahnya Chairman sudah tidak bisa mengamati perkembangan anak perusahaannya atau perusahaan rekan bisnisnya, karena Chairman masih fokus dengan urusan tambang diamond yang akan menjadi aset terbesar Emporer Group.
Hans duduk di kursi kerjanya, matanya menatap berkas-berkas terkait kerjasama antara Emporer Group dengan Liong Group. Hans langsung meneliti berkas itu satu persatu, diteleponnya Tony.
"Tony bisa lw ke ruangan kerja gw sekarang !," ucap Hans di telepon.
Tony selalu stand by di Kingdom Emporer, jam kerjanya mulai dari jam 08.00 hingga jam 21.00, Toni baru bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai Asisten Hans. Tony sangat loyal kepada Hans dan keluarganya, karena di samping gajinya yang luar biasa besar, Keluarganya Hans yang telah memberikan kesempatan untuk hidup dengan layak, masa lalu Tony terbilang cukup kelam, masa kecilnya pernah mengalami human trafficking (perdagangan manusia), Chairman yang sedang berburu tambang diamond, menemukan Tony di antara sekumpulan anak lainnya di gudang tua sekitar tambang tersebut, saat itu Tony masih anak berumur sekitar 10 tahun, merasa iba, Chairnan langsung merawat mereka semuanya, Chairman mendirikan kids foundation Emporer untuk menampung mereka. dan anak-anak lain yang terlantar.
Melihat Tony tumbuh berkembang dengan baik dan merupakan anak yang jujur, pemberani dan loyal, sehingga Chairman mengenalkan Tony yang seumuran dengan Hans untuk menjadi Asisten Pribadinya, dan Hans setuju.
Tok ! Tok !
"Selamat malam Tuan Muda, Toni menghadap," seru suara Tony keluar dari speker di telp yang sudah terkoneksi denga alat mic yang ada di pintu.
"Masuk saja Ton !," seru Hans pada alat tersebut.
Tony memasuki ruang kerja Hans,
"Ada apa Tuan Muda memanggil saya ?,"
"Ini setelah gw baca dokumen yang lw bawa terkait kerjasama antara Emporer Group dan Liong Grup ada yang aneh, saham kita di liong grup mencapai 60%, tapi kenapa Direksi tidak ada yang dari Emporer Group, semua Direksi berasal dari Liong Group, mana laba setiap tahun sangat kecil lagi ! bisa rugi Emporer kalau kayak begini trus, coba kamu lihat laporan keuangannya gak make sense !, gak masuk akal masa penjualan batu bara tahun ini kemarin merugi ? padahal Eropa sedang tinggi banget harga BBM akibat perang, mereka kan beralih ke batubara, kok bisa Liong Gruop perusahaan export batubara terbesar di Asia tenggara bisa merugi !, "
"Begini Pak, setelah saya amati, memang banyak desas desus di sana bahwa Direktur Utamanya suka mengkorupsi uang perusahaan," ucap Tony ringan.
"Apa ? budaya korupsi kok dibiarkan !, ini ngak bisa dibiarkan terus, cepat atur jadwal saya untuk bisa meeting dengan para petinggi dari Liong Group itu.
"Siap Tuan Muda, kira-kira kapan saya jadwalkan meeting anda ?"
"Secepatnya, lusa, karena besok saya harus laporan dulu dengan Chairman."
"Siap Tuan Muda, akan saya persiapkan semuanya !," ucap Asisten itu ramah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments