Di mobil Roll Royle Phantom,
Hans duduk di belakang bersama Emily, dia membawa driver.
“Perfect banget sih, ngapain lw pakai beliin dress ini, terus pakai makan di restoran mahal seperti Red Star ! gw kan cuma mau ngomong sebentar !,” jelas Emily.
“Menurut gw sih ini biasa, ngeluarin uang segitu ngak ada masalah sama sekali !, malahan bingung black card gw buat apa lagi, “ ucap Hans santai.
Emily emosi, “ Ok sebenarnya kita cukup bisa ngomong di sini ! …
“Ssstt !,” Hans memotong pembicaraan Emily dengan menutup mulutnya dengan jari Hans. Mereka bertatapan lekat, Hans memajukan wajahnya ke Emily. Emily yang sudah mengetahui gelagat bahwa Hans akan menciumnya, langsung mendorong bahu Hans. Keduanya menjadi salah tingkah.
Suasana menjadi hening. Keduanya hanyut dalam pikirannya masing-masing, Dipikiran Emily orang disebelahnya sangatlah ganteng namun isi hatinya tidak bisa ditebak sama sekali, kadang menjadi sosok yang menyebalkan kadang menjadi sosok yang baik dan penuh pengertian. Sedang yang ada dalam pikiran Hans, dia senang banget bisa mengajak Emily dinner, dia belum pernah mengajak cewek untuk dinner, karena semua cewek yang pernah mendekatinya tidak ada yang membuatnya hatinya seperti ini, Hans juga belum tahu perasaannya kepada Emily bagaimana, namun yang jelas ketika sedang bersama dengan Emily membuat hatinya senang.
Suara driver memecah keheningan, “ Tuan Muda, Nona,…sudah sampai,” ucap Driver itu ramah. Driver itu membukakan pintu Hans dan Emily. Mereka turun di lobby restoran Red Star.
“Tuan Muda Hans !,” ucap laki-laki separuh baya beserta 10 pelayan yang sudah berjejer menunggu mereka. “Selamat datang Tuan Muda Hans dan Nona Emily,” sapa Bapak separuh baya serentak bersama Para Pelayan yang lain sambil menundukan badan. Sebelumnya Asisten Hans sudah meresevasi restoran itu.
Red Star Restaurant adalah cabang dari bisnis Emporer Group, merupakan restoraurant VVIP, yang bisa mereservasi hanyalah dari member restaurant itu yang kebanyakan kaum menengah keatas, para Konglomerat dan Artis ternama, serta pejabat pemerintahan. Restaurant ini hanya bisa menampung 20 pengunjung saja setiap harinya, konsep restaurant ini mengawinkan antara makanan, seni dan teknologi tentunya dengan service excellent. Hari ini Red Star tutup, karena sudah direservasi oleh Hans.
Hans menyodorkan lengannya, menyuruh Emily untuk menggandengnya. Mereka memasuki ruangan VVIP restaurant itu, begitu melangkahkan kaki tepat di tengah ruangan itu, Emily sangat terpesona tiba-tiba seperti sedang berada di taman gantung bernuansa hijau, cantik sekali.
semua dinding di restaurant itu full layar LED, sampai meja makannya juga full led disesuaikan tema dindingnya dan setiap 5 menit berganti background led, menjadi pemandangan gunung es antartika,
kini giliran suasana pemandangan dalam laut,
Emily takjub melihatnya, Restaurans Red Star memang luar biasa, “Hans, pemandangannya cantik banget.” Ucap Emily yang sedang menikmati pemandangan dasar laut di dalam restaurant itu.
Hans tersenyum puas melihat wajah Emily yang kelihatan bahagia itu. Hans menjentikkan jarinya. Para Pelayan yang sudah bersiap dari tadi langsung datang membawa hidangan pertama cocktail appetizer, disajikan dalan wadah gelas kecil dan dingin, yang berisi daging, udang, lalu ada sedikit sayuran dan saus didalamnya. Emily dan Hans menyantap menu hidangan pembuka itu.
Emily ragu, mau berbicara masalahnya sekarang atau nanti, karena suasananya formil banget takut menggangu suasana. Arrggghhh !!. Hans melihat tingkah Emily yang sedikit gusar, “ Emily ada apa ? lw ngak suka makan di sini?” tanya Hans serius.
“Nggak bukan itu kok, gw ngerasa aneh aja, ngapain sih lw booking restaurant semewah ini, cuma untuk ngajak gw doank..? kan sayang uangnya,” ucap Emily ragu-ragu.
“Kan udah di bilang kalau urusan uang itu ngak masalah, lagian ini restoran adalah cabang bisnis Emporer Group, punya gw juga.” Jelas Hans. Tak lama hidangan main course datang, menyajikan steak dengan caviar, sayuran dan French Fries. Sekali lagi suasana background seperti sedang di atas awan dengan pemandangan balon udara yang cantik, begitu juga mejanya berubah menjadi pemandangan di atas awan, alunan musik juga mengalun dengan lembut.
“Nah kebetulan, karena lw tidak masalah dengan uang, ehm … bisa tidak yang ganti rugi Lambogini ditiadakan ?.” pinta Emily sambil memasang muka melas terbaiknya.
Hans hampir tertawa melihat wajah Emily yang memelas, namun seketika Hans berkata tegas,” Tidak boleh !.”
“Hahhh, lw pelit amat sih,” kesal Emi dibuatnya keki sehingga dia ngasal memotong daging steaknya sambil kesal. Emily udah gak mood untuk makan lagi, sikap jaimnya yang selama ini ditahannya langsung buyar, Emily memasang wajah cemberut.
Hans menyodorkan piring yang berisi steaknya yang sudah terpotong rapih untuk Emily, lantas mengambil piring Emily yang belum berhasil memotong steaknya.
“Ehmmm emang table manner gw payah banget dah,” batin Emily. Emily pasrah, dia bingung uang untuk memperbaiki Lamborghini Rp. 100 juta rupiah menghantuinya. “Ahhh gak guna ! gw udah bela-belain makan sama Hans tapi hasilnya nol besar kayak gini,” gerutu Emily dalam hati.
Emily menghabiskan makanannya, dia udah malas untuk berdebat dengan Hans, dalam hatinya jika sudah selesai dengan serangkaian hidangan di restorant ini, dia ingin cepat-cepat pulang.
Dilihatnya cowok didepannya, benar-benar seorang Tuan Muda Emporer Group, udah tampan, table mannernya juga bagus.” batin Emily yang tidak sadar hanya memandang Hans.
“Udah puas liatin gw kayak gitu, “seru Hans sambil menyudahi makan malamnya dengan mengelap bibirnya dengan tisu. Seketika Hans merasakan ada dorongan dari dalam dirinya untuk mendekatkan wajahnya ke Emily, Emily terlihat sangat cantik malam ini, Hans mendekatkan wajahnya ke wajah Emily, semakin lama semakin dekat, Hans dapat melihat wajah Emily dari jarak sedekat ini, Emily pun takut, seakan Hans ingin menciumnya, Emily lalu memejamkan mata. DEG ! Hans merasakan jantungnya berdegub dengan kencang, Hans ingin mencium Emily, tapi takut Emily akan marah lagi sama dia, Hans mengurungkan niat dengan mengambil tisu lalu pura-pura mengelap ujung bibir Emily.
Emily merasakan bibirnya dengan tidak disentuh dengan sesuatu yang lembut namun agak kasar seperti tisu, Wajah Emily pun merona merah karena malu. “Arrhh bego ! mikiran apa sih gw !,” gerutu Emily dalam hati. Hans yang melihat wajah Emily seperti kepiting rebus tidak tahan untuk menahan tawa. “ Hahahhah…,” Hans tertawa terbahak-bahak menggoda Emily. “Kenapa mengharap untuk gw cium ya?,” goda Hans.
“Ihhh siapa yang ngarep ! ciuman lw tuh kurang romantis !,” ucap Emily keceplosan sambil menutup mulutnya.
“Ohh jadi ciuman yang kemarin itu kurang romantis yaa ? mau coba lagi ?,” goda Hans sambil memajukan wajahnya dan kini siap untuk mencium bibir Emily, Emily spontan langsung mendorong bahu Hans. Hans lalu tertawa terbahak-bahak lagi.
Hans memanggil Asistennya yang berdiri di dekat pintu ball room tersebut. Asistennya mengerti lalu membawakan sebuah map cokelat. Map cokelat itu di terima oleh Hans lalu diberikan kepada Emily, “Apa ini ? buat gw ?,” tanya Emily.
“Buka saja,” jawab Hans.
Emily membuka map cokelat itu dengan penasaran, apakah ini sertifikat tanah hadiah buat gw ? secara kan Hans Tuan Muda kaya raya,” batin Emi berpikir terlalu positif. DOENGGG !! Emi mengeluarkan selembar kertas yang isinya :
Kontrak Majikan dengan Sekretaris Pribadi
Pihak Pertama : Hans Djayadiningrat
Pihak Kedua : Emily Patricia Marine
Pihak Pertama memberi keleluasaan kepada pihak kedua untuk ganti rugi perbaikan mobil Lamborghini Plat B02HN dengan menjadi Sekretaris Pribadi Pihak Pertama selama 6 Bulan.
Pasal 1 : Pihak kedua wajib menaati semua perintah dari pihak pertama selam 6 bulan
Pasal 2 : Pihak Pertama tidak pernah salah
Pasal 3 : Jika Pihak Kedua menyerah sebelum masa berakhir kontrak ini atau melanggar isi Pasal dalam kontrak ini maka Pihak Kedua wajib mengganti biaya ganti rugi sebesar Rp. 100.000.000,- .
“Bagaimana baik kan gw ?,” ucap Hans dengan bangganya.
Emily kesal abis membaca surat Kontrak itu, bener-benar yaa ini Tuan Muda pelit beneran !, masa gw harus jadi sekretaris pribadi, ugh namanya kebagusan sekretaris pribadi arti sebenarnya kurang lebih seperti kacung dia selama 6 bulan, Ohh my god ! mimpi apa gw semalam !,” Emily mengutuk dirinya setelah membaca isi perjanjian Kontrak itu. Namun disisi lain Emily tidak punya pilihan, dia berpikir cuma 6 bulan, tenang Emily lw pasti bisa !,” batin Emily menyemangati dirinya.
“Okay !, namun sepertinya harus ada pasal tambahan, seperti tidak ada kontak fisik selama masa kontrak.”ucap Emily.
Hans menatap Emily dengan lekat, lalu tertawa “Hahahaha…memang yaa, ternyata cewek di depan gw sekarang ini gw akui fantasi khayalannya cukup baik,” seru Hans.
Hans memanggil Asistennya yang berdiri di sudut ruangan itu, dengan melambaikan tangannya. Asisten itu lalu menghampiri Hans.
“Toni, lw ubah kontrak ini,” seru Hans sambil mencoret-coret isi kontrak itu seperti kemauan Emily.
Mereka melanjutkan makanan mereka, kini dessert yang dihidangkan. Tak butuh waktu lama untuk Tony mengeprint ulang Kontrak itu. Kini kontrak itu sudah di depan Emily lengkap dengan materai. Emily membaca isi Kontrak itu dengan teliti, setelah dirasa aman, Emily menandatangani Kontrak itu. Hans lega melihatnya. Hans lalu menandatangani Kontrak itu. “Sip, udah clear semuanya sekarang.” Ucap Hans sumringah menatap Emily.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments