Jangan lupa Like, Vote, subscribed and Coments Reader !
Happy Reading !!
Di Rumah Sakit Djayadiningrat,
Hans membawa Emily ke rumah sakit Djayadiningrat, salah satu rumah sakit elite di bawah jaringan Emperor Group. Hans menggendong Emily turun dari mobil padahal Emily sudah bersikeras kalau dia bisa jalan, tetapi Hans tetap menggendong Emily memasuki UGD di rumah sakit itu, Emily menempati di ranjang di salah satu bilik UGD.
Setelah Emily dibaringkan di bed rumah sakit, Hans menatap wajah Emily dengan tatapan iba, dirinya melihat dari ujung rambut Emily sampai ke ujung kakinya, banyak luka lebam, memar berwarna kemerahan, Hans menyentuh pelipis Emily yang masih mengeluarkan darah, lalu lanjut menyentuh ujung bibir Emily yang cedera, tampak luka lebam di sana, sepertinya kena pukul Sania, belum lagi pergelangan kakinya yang luka karena diinjak Sania. Hans jadi tidak tega melihak cewek di depannya ini, wajahnya mulai menegang, entah apa yang dipikirkannya.
Seseorang dokter muda, cowok berparas ganteng namun kelihatan smart itu menghampiri Hans dengan panik.
“Tuan Muda, apa yang terjadi, siapa yang sakit ? mendengar suara anda panik di telepon, saya langsung berlari dari gedung sebelah ke ruang UGD ini,” tanya dokter yang kelihatan masih muda itu menyapa Hans dengan sangat hormat. Sebelumnya di mobil arah perjalanan dari rumah sakit, Hans sudah menelepon seseorang yang baru diketahui Emily adalah dokter ini.
“Tolong obati dia,” seru Hans datar masih dengan wajah yang dingin.
Emily jadi serba salah, ini orang kenapa yaa nggak jelas ekspresinya, kadang sok care sama gw, sedetik kemudian acuh, Emily pasrah aja akan perubahan sikap Hans yang akan kembali dingin.
“Ohh jadi ini orangnya yang sudah membuat Tuan Muda kita gelisah dan panik sampai teriak – teriak di telepon,” goda Dokter muda itu.
“Udah deh Erick ! lw jangan ngomong macam-macam, urus aja tugas lw sebagai dokter !,” geram Hans sambil melirik Emily yang masih tampak rambut berantakan, muka babak belur, belum lagi bajunya yang menjadi menerawang karena cairan berwarna merah itu, Hans langsung melepaskan jaket trainingnya lalu menutupi dada Emily. Hans lalu bersilang tangan sambil mengamati cara kerja Dokter Erick, sedang Erick menatap aneh kepada Hans atas tingkahnya.
Setelah mengobati dan memperban Kaki Emily yang lebam dan terkilir, “Sekarang lanjut kita check bagian tubuh atas apakah ada yang lebam, maaf yaa Mba saya buka bajunya,” seru dokter Erick sambil mau melepas kancing pertama baju atasan Emily. Spontan tangan Hans menyambar tangan Erick yang berusaha membuka kancing baju Emily. “ Panggil dokter cewek saja !,”seru Hans datar sambil menatap julid ke dokter Erick.
“Hahhhh, maaf Tuan Muda ?,” tanya dokter itu bingung.
“Panggil dokter cewek ! ,” ketus Hans kali ini dengan tatapan membunuh ke dokter itu.
“Siap…siap Tuan Muda, segera saya panggilan dokter cewek ke sini.,” ucap dokter itu gagap.
“Hans gw gapapa, lw ngak usah repot-repot gini, gw mau pulang !,” ucap Emily datar sambil masih menahan rasa sakitnya.
“Gapapa gimana muka lw babak belur kayak gini ! kaki terkilir, tunggu sebentar dokter akan datang.” Ucap Hans tidak mau kalah.
Tak berselang lama dokter cewek yang sudah berumur masuk ke bilik ugd. “ Selamat siang Tuan Muda, “ sapa dokter itu ramah, malah di balas Hans dengan deheman saja.
“Sekarang kita periksa yaa bagian tubuh atas apakah ada yang cedera juga, “ jelas dokter itu. Dokter itu mulai membuka kancing baju Emily, Emily jadi malu karena Hans tidak ikut keluar bilik, “Entah apa yang dipikirkan si tuan muda yang terhormat itu. Malah menatap tajam ke Emily tanpa ada rasa malu, dasar mesum, “ batin Emily.
Emily memberi sinyal ke Hans agar memutar badannya agar tidak melihat bagian tubuhnya yang terbuka, Hans yang baru ngeh langsung merona merah lalu memutar balik badannya membelakangi tubuh Emily yang setengah telanjang.
“Tuan Muda, boleh ambilkan kapas di sisi sebelah situ, tolong bantu saya,” pinta dokter itu.
Damnnn ! Emily dibuat malu setengah mati begitu Hans terpaksa memutar badannya dan sedang melihat tubuhnya yang setengah telanjang itu. Emily spontan menutup sebagian payudaranya dengan tangannya. Mukanya memerah baik Emily maupun Hans yang tidak sengaja melihat belahan payudara Emily, Emily kala itu masih memakai bra pinknya, sekilas wajah Hans merona merah.
“Haduhh Nona, jangan ditutupi, saya jadi susah ini membersihkan lukanya. Ehmm lukanya tidak terlalu parah namun ada lebam sedikit yang harus segera diobati jika tidak infeksinya akan semakin parah, saya periksa juga tidak ada yang patah ya Tuan Muda, hanya lebam ringan di bagian sisi tulang rusuknya, Pacar anda insyaallah akan segera membaik.” Jelas dokter itu dengan singkat setelah selesai memperban bagian dada Emily dan meninggalkan mereka. “ Saya akan buatkan resep obat dulu.” Ucap dokter itu.
“Whatt ? Pacar ? ini dokter benar-bener dah ! bukan Pacar tapi musuh bebuyutan !,” batin Emily yang segera mau memakai kembali baju olahraganya, tiba-tiba Hans menahan tangan Emily seraya berkata, “ Baju lw basah pakai jaket gw aja,” seru Hans.
Benar juga kata Hans, bajunya memang sudah basah gara-gara fanta yang disiram Sania, menerawang juga jika dia tetap memakainya. Lantas diambilnya Jaket pemberian Hans tersebut.
“Cepat ganti, apa lw bisa sendiri atau gw bantu ?,” seru Hans dengan muka menggodanya.
“Gw bisa sendiri ! sana cepet lw keluar !,” usir Emily.
Emily baru akan memakai jaket training Hans, Jaket itu tidak ada retsleting depan, cara pakainya masuk dari kepala dahulu, begitu Emily mengangkat lengannya terasa nyeri menjalar di sekujur tubuhnya, Emily meringis, "Aduhh," tak sengaja suara keluar dari mulutnya,
Suara rintihan Emily terdengar oleh Hans yang baru beranjak pergi keluar bilik, “Sini gw bantu !,” ucap Hans sambil menarik jaket trainingnya lalu memakaikan ke Emily, Hans kali ini melihat lekuk tubuh Emily dengan jelas termasuk belahan payudaranya, Melihatnya Hans menelan ludah.
Setelah dokter cewek itu memberikan obat, Hans langsung mengajak Emily untuk pulang dan menyerahkan segala urusan administrasi rumah sakit ke dokter Erick.
“ Tuan Muda, jika membutuhkan sesuatu jangan sungkan untuk panggil saya, saya siap 24 jam jika Tuan Muda memerlukan bantuan saya,” Itulah ucapan perpisahan dari dokter Erick yang kelihatan sangat mengagumi Hans. Dan ucapan itu hanya dijawab dengan lambaian tangan Hans. Sedang Emily mengucapkan terima kasih dan salam menunduk kepada dokter tersebut.
“Dasar arogan ini orang, sombongnya gak ketolong mentang-mentang Tuan Muda Emperor Group.” batin Emily.
Perjalanan pulang, di mobil Hans, suasana hening.
Emily sudah sangat lelah akibat berkelahi dengan Sania, namun dia masih penasaran kenapa yang Hans tolong itu dia dan bukan Sania, padahal kan Sania dikenal teman dekatnya atau banyak yang bilang Sania itu pacarnya. Emily memberanikan diri untuk bertanya.
“Ehm…kenapa lw malah tolong gw, bukan Sania ?,”
“Hahahah kenapa lw tanya gitu, jangan kegeeran yaa, gw biasa menolong itu pada orang yang lemah, gw lihat lw terlihat lebih kesakitan di banding Sania, lagi pula kan lw Sekretaris gw, jadi lw harus sehat ngak boleh sakit, kalau lw sakit, gw yang akan rugi kedepannya,” jelas Hans dengan nada angkuhnya.
“Ckck, gw kira lw udah jatuh cinta sama gw !,” jawab Emily kesal jadi menjawab ngelantur.
Hans memegang dahi Emily dengan tangan kirinya, “ Gak panas tapi kenapa otak lw jadi error ya ! Hahahah !!!,” canda Hans.
Emily malas membalas candaan Hans, "Bentuk perhatian yang aneh," batinnya. Emily lelah dan akhirnya tertidur pulas di mobilnya Hans.
Hans tetap fokus nyetir sekali-kali melirik ke Emily yang tertidur pulas, “ Wajahnya lucu, manis, apa benar ucapan lw kalau gw udah mulai jatuh cinta sama lw ?” batin Hans yang masih bimbang.
Hans mengantar Emily sampai ke rumahnya.
***
Pagi hari di Kampus Moderat,
Suara cempreng Vina membuyarkan lamunan Emily yang masih mengingat kejadian dia berantem dengan Sania. “Emily ! are you ok ?!,” tanya Vina Khawatir sambil memegang pipi sobatnya itu, dilihatnya masih ada bekas memar di wajahnya.
“Tenang Vin, gw udah jauh lebih baik,”
“Sumpah gw kagak pernah nyangka lw bakal bergelut dengan Ratu Drama itu, apalagi pas Hans menggandeng tangan lw, trus gendong lw, ahhh so romantis,” ucap Vina bercerita sambil histeris dengan muka yang sumringah bener.
“Udah deh Vin, lw ngak usah lebay, gw sama Hans ngak ada hubungan khusus kok. “jelas Emily.
Vina memancing sahabatnya itu, “ Memang yang lw mau hubungan khusus seperti apa Emily ?, kok lw mikirnya ke arah situ sihh, cieee,” goda Vina.
Suara ringtone Ponsel Emily mengalun lembut. Dilihatnya panggilan dari Tuan Muda belagu, nama Hans di ponselnya Emily.
“Halo, Emily,” seru Hans dari seberang telepon.
“Iya, kenapa Hans ?,”
“Lw bisa ke sini, ke mansion ?,” pinta Hans
“Hahh, ya gak bisa lah, sebentar lagi bel masuk bunyi, Bu Setyowati lagi yang ngajar pagi, kayak ngak tahu aja, emang kenapa gw mesti ke sana ?,”
“Ini obat lw ketinggalan di mobil gw kemarin,” ucap Hans
“Gw udah baikkan kok, obatnya buat lw aja,” ucapan Emily bikin keki Hans.
Hans langsung menutup teleponnya.
Huhh dasar Tuan Muda belagu sejagat, main matiin ponsel tiba-tiba.
“Tuh kan klo menurut pengamatan gw itu, Tuan Muda Emperor menaruh hati sama lw Emily, lw peka sedikit dunk. Sampai nganterin lw ke rumah sakit, bla…bla…” Emily malas mendengarkan omongan Vina yang berbicara tidak ada dasar, Emily reflek menutup kupingnya.
Emily baru mau mengeluarkan buku pelajaran Akuntansi Intermediate, tiba-tiba terdengar suara histeris teman-temanya yang sambil melongo, menatap dengan tatapan takjub ke arah jendela, membuat Emily juga ingin tahu apa yang dilihat oleh mereka. Yups tidak lain genk Tuan Muda melewati kelas mereka lagi. Damage bener yaa efek klo genk Tuan Muda lewat. Diliriknya Hans dengan tatapan dingin, dengan sok coolnya berjalan di koridor Kampus, lalu masuk ke kelas Emily dan berdiri tepat di mejanya. Hans ! di kelilngi Christ, Roby, dan Ken.
“Ini obat lw !,” ucap Hans datar sambil menyodorkan paper bag berisi obat Emily.
Teman sekelas Emily menatap takjub ke arahnya. “Yaa ampun Tuan Muda pakai repot-repot antar ini segala,” ucap Emily dengan nada manja. Ini membuat semakin iri teman-temannya.
"Emily, kamu kemarin keren banget bisa menghajar Sania !," ucap Roby girang.
"Padahal di kampus ini ngak ada lho yang berani sama genknya Sania, kamu memang gadis pemberani !," ucap Christ ikutan menanggapi kejadian kemarin sambil memberikan dua jempolnya.
"Tapi kemarin memang Genknya Sania yang cari masalah duluan, Sania duluan yang jorokin aku sampai terjungkal hampir masuk selokan, lalu Emily membelaku, tapi dasar Sania, dia malah merampas dan menumpahkan minuman fanta aku di sekujur tubuh Emily, tidak terima, Emily langsung membalas air aqua juga ditumpahkan ke badannya Sania. akhirnya pergelutan tidak bisa dihindarkan. gak tahu sihh kenapa Sania bisa sampai berbuat itu ke kami, selalu saja mengganggu kami. benar kan Emily ?, " ucap Vina menjelaskan kejadian kemarin dari awal sampai akhir agar Hans dan Tuan Muda lainnya tidak salah sangka sama Emily.
Emily hanya terdiam.
"Wahh tapi bisa gawat kalo Liong group tahu kejadian ini," ucap Ken keceplosan. Hans langsung buru-buru menyingkut tangan Ken.
"Apa ?," tanya Emily tidak mengerti apa yang di katakan Ken barusan.
"Tenang aja, biar nanti Tuan Muda kita ini yang membereskannya," potong Ken.
Lagi-lagi Hans menatapnya dengan tatapan dingin, datar, jemari Hans menyentuh luka-luka memar yang ada di wajah Emily, seolah mau mengecek progres kesembuhan lukanya. setelah menyentuh wajah Emily yang masih memar dan sekarang tampak berwarna biru, wajah Hans menengang kembali, kelihatan dari urat-uratnya keluar, serta tangannya yang sudah mengepal, seolah menyiratkan bahwa seseorang harus membayar atas kejadian yang menimpa cewek yang dikasihi itu.
***
Setelah 3 jam kuliah berlalu bergelut dengan Akuntansi Intermediate, seseorang dari staf Dekan memanggil Emily agar mengikutinya ke ruang Dekan Kampus tersebut.
"Apa benar Mba yang namanya Emily Patricia Marine ?," ucap Staf Dekan tersebut.
"Iya benar, ada apa ya Mas ?," jawabnya.
"Bisa ikut saya sebentar ketemu sama Bapak Dekan ? ada yang mau beliau sampaikan," jelas Staf Dekan tersebut.
"Iya bisa, " jawab Emily, lalu berucap kepada Sania, " Tunggu gw di kantin ya, paling cuma sebentar," ucap Emily pada sahabatnya itu.
"Benaran lw gapapa ? perlu gw temani tidak ?," ucap Vina.
Emily menggeleng ," gak perlu," ucapnya sambil berdiri lalu mengikuti Staf Dekan itu pergi membawanya ke ruangan Dekan di lantai 2.
"Tok...Tok..., ijin Pak, saya sudah membawa Mba Emily," ucap Staf Dekan itu agak kencang agar yang didalam ruangan dapat mendengarnya.
"Iya silakan masuk, " ucap suara dari dalam ruangan.
Mereka memasuki ruang Dekan, dilihatnya sudah ada Pak Dekan, duduk di sofa, lalu di sebelahnya ada Bapak yang memakai stelan Jas abu-abu itu, di sebelah Bapak itu ada Sania.
Silakan duduk Nak Emily," ucap Dekan itu ramah.
Emily duduk ditatapnya Sania, Sania balas menatapnya dengan jutek, lalu Bapak itu juga menatap Emily dengan tatapan hina dan kesal.
" Begini Nak Emily, Nona Sania mengadukan kejadian kemarin, katanya kamu berkelahi dengan Sania, kamu menghajar Sania sampai babak belur seperti ini ?," tanya Bapak Dekan.
Emily memandangi wajah Sania, memang ada beberapa bagian yang memar sama seperti dirinya,
"Saya tidak bersalah, Sania dan genknya duluan yang memulai perkelahian itu, bahkan Sania duluan yang memukul wajah saya saat itu, banyak kok saksinya." ucap Emily tidak gentar.
"Kurang aja kamu !, berani kamu sama pewaris Liong Group !, anak saya ini mana mungkin memukul duluan ! jangan mengada-ada kamu ! kamu seharusnya mengaca ! kamu anak orang tidak mampu bisa bersekolah di sini itu berkat siapa ? kalau bukan dari beasiswa yang diberikan oleh Liong group setiap tahunnya. Sekarang kamu malah menggigit Tuan yang memberikan fasilitas itu semua !," teriak Bapak itu marah. Ternyata dia adalah Bapaknya Sania dari Liong Group. dia hanya membela anaknya yang seperti tuan putri tanpa cela itu.
Emily terdiam, pasalnya pembelaan yang keluar dari mulutnya pasti dimentahkan oleh Bapaknya Sania atau Sania.
Kini giliran Sania berbicara," Benaran Pahh dia orangnya yang bikin aku kayak gini, lw tau gak kalo perawatan wajah gw dan tubuh gw mahal, Duhh mana sakit semua ini badan Pahh," ucap Vina berusaha menyakinkan Papahnya.
" Jadi bagaimana ini Pak Dekan, saya gak mau anak saya terancam kuliah di kampus ini."
"Bagaimana dengan dijatuhkan hukuman diskors sementara dari Kampus," ucap Pak Dekan.
"Tapi Pak saya ngak bersalah ! Sania duluan yang memulai perkelahian itu Pak. "
"Ehhh enak ajaa lw nuduh gw biang perkelahian !,"
"Pokoknya saya gak mau tahu ! anak ini pintar membalikkan fakta, jadi hukuman yang pantas adalah beasiswa anak ini dicabut ! saya gak sudi memberikan uang saya pada mahasiswa yang tidak tahu diri ini ! atau lebih baik anak ini dikeluarkan saja dari Kampus ini Pak Dekan ! bagaimana ?!," sewot Papahnya Sania.
DEG !!! Sekujur tubuh Emily gemetar hebat, pasalnya Papahnya Sania tidak main-main dengan perkataannya. dilihatnya Sania tersenyum sinis kepadanya.
Sementera Pak Dekan menimbang-nimbang ingin mencabut beasiswa Emily, tiba-tiba BRAK !, Hans masuk ke ruang Dekan tersebut tanpa permisi dan langsung duduk di sebelah Emily.
"Apa yang sedang terjadi di sini ?!," tanya Hans datar dan dingin.
Melihat Tuan Muda Emporer Group di hadapannya, Papahnya Sania langsung berdiri dan memberi hormat kepada
Hans.
"Apa Kabar Pak Hans ?," tanya Papahnya Sania sambil menyodorkan tangan ingin bersalaman dengan Tuan Muda Emporer Group itu.
Hans tidak menyambut tangan Papahnya Sania untuk bersalaman dan itu sukses membuat Papahnya Sania Keki dan malu.
Hans malahan bertanya kepada Emily, "Emily kamu gak papa ?," tanya Hans melihat wajah Emily pucat.
"Ngak, gw gak papa," ucapnya sedih.
"Jadi Pak Dekan, sebenarnya ada masalah apa ? kenapa anda menahan Pacar saya sampai begitu lama di sini !," ucap Hans ketus.
Emily langsung melotot ke arah Hans, Hans memberi kode kepada Emily agar Ia mau mengikuti permainnannya, lantas Hans memegang tangan Emily, menggenggamnya.
"Bohong lw Hans ! gw gak percaya Emily pacar lw !," panik Sania, pasalnya dia naksir berat sama Tuan Muda Emporer Group itu.
Hans mencium tangan Emily yang digenggamnya, apa perlu gw berciuman di depan lw !," ucap Hans dengan tatapan dingin ke Sania.
"Bagaimana Pak Dekan, ada masalah apa ?,"
"Jadi begini Tuan Muda ,,,,,
Baru saja Pak Dekan akan menjelaskan hukuman kepada Emily, tapi langsung dipotong oleh Papahnya Sania.
"Pak Dekan, begini saja, yang tadi saya omongkan di sini dibatalkan saja yaa, anggap saja saya ngak pernah berbicara seperti itu, saya benar-benar menyesal Nak Emily, saya tidak tahu Nak Emily adalah pacar dari Tuan Muda kita, tidak usahlah membicarakan masalah tadi di depan Tuan Muda, saya kira sudah jelas bahwa tidak ada masalah yang berarti ya Nak Emily, Sania, kita cukup akhiri di sini saja. " ucap Papahnya Sania sambil berdiri dan bersalaman kepada Pak Dekan, la lalu menjabat tangan Emily dan mencoba sekali lagi menyodorkan tangannya kepada Hans, dan Hans menyambut etiket baik Papahnya Sania itu. Setelah itu Papahnya Sania menggandeng tangan Sania keluar dari ruangan Dekan itu.
Emily takjub dengan perubahan sikap Papahnya Sania itu begitu Hans datang, se-berdamage segitunyakah Tuan Muda Emporer ini," batin Emily menatap takjub kepada Hans.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments