Hari ini cukup melelahkan, setelah mengikuti 3 mata kuliah dari Akuntansi Intermediate, Ekonomi mikro dan Akuntansi Biaya, “Benar – benar melelahkan, “ batin Emily.
“Vin, lw masih ada Kuliah lagi ? tanya Emily.
“Ehm gw udah ngak ada sih, tapi gw masih ada urusan, kenapa ? lw mau nemenin gw ?,”
“Urusan apa ? temenin ke mana ?," Tanya Emily
Vina tampak ragu mengatakannya, “ ehm…ehm…gw mau daftar jadi cheerleader !,” ucap Vina malu-malu.
“Hahhhh ! beneran lw mau ikut ekskul cheerleader, ngak salah Vina ?,”Ucap Emily seraya bengong melihat sahabatnya itu.
“Iya,” jawab mantab Emily. “ Lw ikut daftar juga yaa Emily, please,” pinta Vina sambil merengek.
“Ahh gak lah, gw ngak suka cheerleader !, “ucap Emily datar.
“Yaelah lw kan cantik, body ramping, udah kayak berbie, lw tuh cocok banget jadi cheerleader. “ nyerocos Vina.
“Gw lebih suka ambil ekskul yang membawa ketenangan, kayak fotografi, menikmati pemandangan indah, mencari sunset, ehmm seru kan yang kayak begitu, dari pada jadi anggota cheerleader cuma nungging sana sini bawa pom-pom, teriak-teriak, ahh gak gw banget Vina !,” jelas Emily.
“Yasudahlah, berarti gw jalan duluan yaa, kita berpisah dulu baby,” ucap Vina sambil melambaikan tangannya kepada Emily lalu ngeloyor keluar kelas.
Emily melirik jam tangannya menunjukan sudah jam 4 sore, dia teringat akan janji si cowok rese itu yup Hans, sudah saatnya gw untuk pergi ke lapangan basket ! lihat aja apa yang bisa gw perbuat ke lw, jangan mentang mentang Tuan Muda, lw bisa bertindak seenaknya ambil kunci mobil orang tanpa seizinnya, ini namanya perampokan, dasar cowok rese !!! arghhh!, dongkol Emily sepanjang perjalanan menuju ke lapangan basket.
Setibanya di lapangan basket, Emily menyipitkan matanya mencari sosok yang bernama Hans itu, di ingat-ingat wajahnya. “Mana yaa itu orang ? kok gw ngak ngelihat makhluk rese itu yaa,” batin Emily yang memperhatikan orang-orang di lapangan basket itu.
Di perhatikan lapangan basket itu memang sedang dipakai oleh ekskul basket, banyak cowok-cowok sedang latihan basket, yang paling menyolok mata ada genk cowok di sisi seberang lapangan basket, yang sedang latihan tanding basket, cewek-cewek di pinggir lapangan dibuat histeris melihat cara permainan basket mereka. Kebanyakan genk cowok yang digandrungi cewek-cewek itu berwajah cool dan tampan, anak –anak orang kaya sepertinya.
Emily sekali lagi menyipitkan matanya sambil mengamati cowok-cowok yang sedang latihan basket itu, kali ini Emily terlalu masuk sedikit ke lapangan, seraya celingak-celinguk mencari cowok rese itu, tiba-tiba ,” Swingggg !!!,” bola basket mendarat manis di atas kepalanya. Emily terhuyung dan terjatuh, “Sialll, siapa sih yang sengaja melempar bola basket ini,” gumam Emily, tak lama yang punya bola datang menghampiri Emily yang masih terjatuh, cowok itu mengulurkan tangannya. Dilihatnya tangan siapa itu, gotcha ternyata tangan si cowok rese !.
“Lw…lw bener –bener sengaja kan tadi melempar bola basket ke arah gw !” ketus Emily sambil menghempaskan uluran tangan Hans.
Hans kaget, baru kali ini ada cewek yang sok jual mahal kepada dia, padahal selama ini cewek-cewek selalu mengejarnya. “Ehmm menarik !,” batin Hans.
“Ohh lw ! gw kira siapa ?! Lw emang caper banget yaa sama gw ! belum puas tadi pagi lw ngerayu gw ! sekarang masih cari-cari gw sampai sini, “ ucap Hans dengan angkuhnya dengan nada agak dibuat kenceng, sehingga banyak cewek-cewek memperhatikan mereka. Yups cewek-cewek itu adalah fansnya Tuan Muda Emporer ini, langsung seketika mata cewek-cewek itu menatap julid kepada Emily.
Ohh my God ! apa sih yang ada dalam otak cowok ini !,” batin Emily yang berteriak sangat tidak sabar terhadap si cowok rese itu, Hans !.
“Heyy ! seharusnya yang ngomong gitu gw ! bukan lw ! kebalik !, jadi gini yaa, lw yang dari pagi udah caper sama gw ! ambil kunci mobil gw ! sekarang sengaja lempar bola basket ini ke kepala gw ! emang gw ini bodoh apa ?,” teriak Emily tidak mau kalah.
“Dasar cewek bar-bar !,” ucap Hans lalu mengambil bola basketnya lalu kembali menghamburkan dirinya bersama temen-temen basketnya. Hans cuekin Emily yang berteriak ke arahnya.
“Heyy kembaliin kunci mobil gw ! dasar cowok rese ! Sialll, “ teriak Emily hampir frustasi dengan teriakannya yang sama sekali tidak di gubris oleh Hans.
Hans berusaha tidak ketahuan oleh Emily kalau dia memperhatikan Emily dari kejauhan, “Puftt cewek lucu!,”gumam Hans melihat tingkah Emily di pinggir lapangan yang kelihatan sudah hampir frustasi.
Hans makin bersemangat bermain basket seraya mau menunjukan betapa hebatnya dia bermain basket dihadapan Emily yang sedang kebingungan dengan cara apa lagi dia bisa memanggilnya, “ ehm seru juga ! hehh,” batin Hans sambil menshoot bola basketnya ke keranjang dan masuk ! di ikuti teriakan histeris cewek-cewek yang sedari tadi menonton pertandingan basket itu. Tim basket Hans langsung memeluk Hans, “ Yeahh ini yang namanya baru Tuan Muda dari Emporer Group !, Three point shoot !, Damn makin jago aja lw Hans !,” seru salah satu temannya bernama Ken.
Emily pasrah, dia dicuekin parah oleh Hans, Emily lantas berjalan lunglai meninggalkan lapangan basket, kepergiannya diamati oleh Hans dari kejauhan.
Setibanya di parkiran mobil dilihatnya mini cooper pinknya, Emily makin tidak rela, akal jahilnya pun muncul. Emily berjalan ke sisi mobil lamborghini merah milik Hans, “Mobil secanggih ini pasti punya system alarm kan, hehhh,” batin Emily. Emily mencoba membuka pintu mobil lambogini itu dengan paksa sehingga alarm mobil itu berbunyi dengan nyaring dengan suara yang khas, "ehmm sebentar lagi yang punya pasti datang," batin Emily.
Emily harus memasang posisi berdiri yang cool, pura-pura cool, padahal panik juga di dalam hati. Emily berdiri tidak jauh dari mobil lambogini itu ketika Hans mendekati mobilnya, Hans langsung menuduh Emily, "“Nahh bener kan, ini pasti ulah lw ! ngaku lw !,” ucap Hans sambil memencet remote mobilnya untuk mematikan alarm mobil itu.
“Hahahhah yaa iyalah, emang siapa lagi kalau bukan gw !, sekarang mana kunci mobil gw !” pinta Emily sambil menyodorkan tangannya. Bukannya dikasih kunci mobil Emily, Hans malah menarik tangan Emily lalu menghempaskan badannya, mendorongnya hingga ke sisi mobil lambogini merah itu, Hans mendekatinya, menekan tubuh Emily dengan tubuhnya, kini jarak mereka tinggal 5 centi lagi, DEG ! jantung mereka berdegub dengan kencang ketika wajah mereka berdekatan, bibir dan tubuh mereka juga saling bersentuhan, Hans memasukan kakinya di antara kaki Emily, sehingga Emily terkunci tidak bisa lari. Tubuh mereka sangat berdekatan dan saling bersentuhan.
“Damn ! cowok sialan !,” teriak Emily tapi disekitar parkiran itu terlihat sepi, tidak ada orang yang menolongnya. Hans makin menempelkan badannya ke badan Emily. Emily meronta, tangan Emily ingin menampar Hans yang sudah berlaku kurang ajar kepadanya, namun sekali lagi tangan satunya berhasil di genggamnya, Emily pasrah dengan kedua tangannya di cengkeram oleh tangan Hans yang di letakkan di atas kepala Emily.
Kini wajah mereka hampir bersentuhan, Hans mengamati wajah Emily dengan jarak sedekat itu, bibir mereka hampir berciuman. Emily tak kuasa menatap wajah Hans dengan jarak sedekat itu lalu dia memejamkan mata, pasrah akan kelakuan Hans.
Hans mengurungkan niat untuk menciumnya, entah apa yang dipikirkan oleh Hans sehingga dia bisa bersikap begitu agresif ketika di dekat Emily. Melihat wajah Emily yang ketakutan membuat Hans melepaskan cengkeraman tangannya.
Emily merasakan tidak ada sesuatu yang terjadi pada dirinya, dirinya aman, Hans melepaskannya, Emily membuka mata secara perlahan. Lalu melihat Hans masih di depannya.
Hans benar-benar bertindak diluar akalnya, bagaimana bisa dia bersikap seperti ini kepada cewek yang baru saja dikenalnya.
“Dasarrr cowok mesum lw !,” ucap Emily sambil menunjuk-nunjuk Hans.
Hans memegang tangan Emily yang menunjuk dirinya, Hans paling tidak suka di tunjuk-tunjuk tepat di wajahnya. Hans lalu memberi kunci mobil lamborghini merahnya kepada Emily, lantas berkata,” Ini kunci mobil gw, lw bawa mobil gw ke bengkel dulu, jika sudah selesai diperbaiki gw akan kembalikan mobil kecil lw itu !,” ucap Hans.
“Apa ? masa seorang Tuan Muda Hans memeras rakyat jelata seperti dirinya, apa tidak ada cara lain untuk ganti rugi ?,” ucap Emily sambil memohon kepada Hans. Emily sudah kepikiran akan ngeluarin biaya berapa juta untuk memperbaiki body sekelas mobil lamborghini yang tergores. Pasti mahal banget, Emily lantas memasang muka memelasnya, berharap Hans mengasihinya.
“Ada ganti rugi dengan cara lain, bayar dengan tubuh lw !,” ucap Hans sambil menatap menggodanya.
Emily Speechless mendengar kata itu keluar dari mulut Hans, demi harga dirinya yang tidak boleh diinjak oleh siapa pun termasuk Tuan Muda sengak ini, Emily berkata, “ok ! gw akan perbaiki mobil lw ! puas lw,” ucap Emily dengan wajah juteknya.
“Arrghh !! kenapa sih gw mesti ketemu sama makhluk menyebalkan ini,” batin Emily sambil mengambil kunci mobil lamborghini dari tangan Hans, lalu memencet tombol pada remote mobil tersebut, pintu mobil lambogini langsung terbuka namun kebukanya ke arah atas, Damn ! benar-benar mobil mewah yang keren.
Emily kikuk untuk memasuki mobil itu, diliriknya Hans yang seakan tersenyum merendahkannya. Emily langsung menutup dengan keras pintu mobilnya. Emily berpikir apakah sama pengoperasiannya seperti mobil biasa, “Arrrghhhh kepala gw pusing !! tenang, gak boleh panik, kalau panik cowok di luar sana pasti akan mencemohnya lagi, pasti dia akan bilang kampungan ! itu ngak boleh ! ayo berpikir Emily, “ batin Emily sambil melirik pedal, gas, rem porsneling. “Sepertinya ini matic, berarti aman,” ucap dalam hatinya berusaha menenangkan. Pasalnya dia belum pernah membawa mobil sport sekeren ini.
Tok…tok …! Hans mengetok kaca mobil lambogini itu seraya menyuruhnya membuka jendelanya.
“Lw bisa bawa ngak ? kalau ngak bisa turun nanti malah nabrak lagi,” ucap Hans setelah kaca mobilnya terbuka. Tetapi Emily langsung menyalakan mesin mobilnya, mobil itu berderu dengan suara berat, Emily tersenyum kepadanya seraya berkata, “ Kenapa ?! Tuan Muda Hans baru sadar takut mobilnya kenapa-kenapa kalau gw bawa, Telat !!,” ketus Emily sambil menginjak pedal perlahan, mesin menderu dengan suara khasnya yang berat dan mobil melaju pelan, dilihatnya Hans minggir perlahan, tak lupa Emily mengeluarkan tangannya jempol terbalik keluar kaca yang mengarahkannya kepada Hans lalu meninggalkan Hans di parkiran, di liriknya Tuan Muda yang sombong itu lama lama menghilang dari bayangan di spion. Mobil lamborghini merah itu melaju di jalanan ibukota Negara Y. ehmmm rejeki bisa bawa mobil ini jalan-jalan dulu, setelah itu baru kita cek harga di bengkel nanti.
Hans hanya tersenyum melihat tingkah Emily yang menurutnya lucu.
….
Di bengkel resmi lambogini Negara Y,
Emily terperanjat melihat struk estimasi biaya perbaikan body lambogini itu, menyentuh angka fantastis Rp.100.000.000. “ Damn ! ini benar-benar gilaa ! dari mana gw bisa dapatkan duit sebanyak itu ! sedang di atm saja Cuma ada saldo 20 juta saja, dia pikir harganya tidak semahal itu, tidak mungkin Emily meminta uang kepada Bundanya. Bunda sedang sakit, belum lagi Bunda masih konsentrasi memindahkan usahanya tekstilnya yang merugi di negara X.
“Mbak bagaimana ? jadi di eksekusi sekarang ? ,” tanya petugas teknisi dari bengkel tersebut membuyarkan lamunan Emily yang sedari dai otaknya berpikir secara keras dari mana dia harus mendapatkan uang sebanyak itu.
Emily gak bisa mengeluarkan sebanyak itu, dia akan negosiasi ulang dengan Hans ! yups dia harus memohon dengan baik-baik kepadanya agar dibebaskan ganti rugi, lagi pula Emily sadar bahwa kesalahan itu bukan dari dia doank, Hans juga punya andil lalai sehingga mengakibatkan mobilnya terserempet.
“Maaf Mas sepertinya saya tidak jadi memperbaiki mobil ini disini, makasi yaa,” ucap Emily ramah. Lalu beranjak pergi meninggalkan bengkel itu dengan lambogini merah itu.
Setelah Emily keluar dari bengkel, manager bengkel itu yang sedari tadi mengamati pembicaraan mereka, langsung menghampiri petugas teknisi itu, “ lho itu bukannya mobil Tuan Muda Hans yaa ?, lambogini Aventador limited edition ?” tanya manager bengkel itu.
“Oh iya saya baru ngeh kalau itu mobil Tuan Muda kita, pantes rasanya familiar dengan
mobilnya tersebut, tapi kenapa yang bawa cewek itu yaa ?.”
Yups bengkel itu ternyata juga merupakan bisnis mobil lambogini milik Emporer Corporate.
….
Dirumah Emily, Emily lesu memasuki halaman parkiran kediaman rumahnya, di parkirnya mobil lambogini merah itu di garasinya. Emily turun dengan wajah yang tertunduk lesu. Bunda yang sedang menyiram tanaman terkejut melihat Emily keluar dari mobil lambogini merah itu.
“Lho Emi, kok kamu naik mobil itu ?,” tanya Bunda sambil menunjuk mobil tersebut.
Emily sudah mempersiapkan jawaban di perjalanan tadi jika dia ditanya oleh Bundanya, dia tidak boleh jujur, kalau pemilik mobil itu minta ganti rugi, nanti Bunda malah tambah banyak pikiran, itu tidak boleh terjadi. “ Ehmm ini mobil temen Emi, Bunda tahu kan Vina, temen Emi waktu SMP dulu, nah ternyata Emi satu kampus tadi, satu jurusan juga, karena satu dari lain hal Vina menyuruh Emily membawa mobilnya, dia ingin memakai mobil kecil Emily karena katanya dia mau keluar kota, jadi katanya lebih nyaman naik mobil kecil. “ jelas Emily.
“Ohh yasudah gapapa, Bunda jadi berpikir yang tidak-tidak tadi, ehm ternyata kamu satu kampus dengan Vina, syukurlah Bunda jadi tenang, kamu sudah dapat teman di Kampus baru, lega Bunda dengarnya,” Ucap Bunda.
Emily langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya, setelah masuk kamar, Emily langsung membaringkan badannya di atas tempat tidurnya. Melepas penat dan lelah setelah beraktifitas seharian, di flashback kegiatan seharian ini di dalam memorinya, malah yang muncul wajah Hans ! ”Siall kenapa yang muncul wajah itu sihh !,” gerutunya.
Hans bikin tidur menjadi tidak nyaman, belum lagi bayangan 100 juta yang menghantui pikirannya, makin di pikirin makin stress, Emily lantas merilekkan tubuhnya berendam di bathtup. Air hangat dan Wewangian body shop-white musk memang manjur merilekskan tubuhnya, Emily berendam hampir setengah jam lebih.
Setelah memakai piyamanya, yahh ini memang masih jam setengah 7 malam, tapi rasanya dia mau langsung tidur aja abis makan malam bersama Bundanya. Emily keluar kamar tidurnya lalu menuruni anak tangga menuju ruang makan, di sana Bundanya sedang sibuk menata meja makan, menyiapkan hidangan makan malam bersama Bibi Ati.
“Kamu sudah bangun, ayo kita makan malam bersama,” ajak Bunda sembari menata hidangan malam ini.
“Makan yang banyak,” ucap Bunda mengambilkan potongan kimbab dan ramyeon. Ini memang makanan favorite Emily, Bunda sengaja membuat hidangan kimbab dan ramyeon untuk merayakan hari pertama masuk kuliahnya.
Emily langsung ngiler melihat kimbab isi tuna mayonnaise dan ramyeon yang tersaji di depannya, nafsu makannya kembali meningkat, Emily melahap kimbab buatan Bundanya itu satu, dua, hingga 5 potong kimbab, lalu menghabiskan semangkuk ramyeon. “ ehmmm enak banget Bunda, pedas mantabz, Bunda memang jago kalau soal masakan korea. “ puji Emily. Sesaat Emily melupakan kejadian yang terjadi hari ini. Bersama Bundanya
dia harus melupakan kejadian itu seolah tidak terjadi apa-apa.
“Bunda abis ini Emily langsung tidur yaa Bun,” ucap Emily sambil mencuci piring bekas makannya. Emily memang sudah diajarkan Bunda harus bisa mandiri, termasuk Bundanya tidak memperbolehkan Bibi Ati disuruh oleh Emily, untuk urusan Emily, harus dikerjakan sendiri, tidak boleh mangandalkan orang lain, prinsip Bundanya bahwa Bibi ati merupakan ART Bundanya dan bukan ART nya Emily sehingga Emily tidak boleh menyuruh Bibi Ati ini itu. Prinsip yang sudah ditanamkan Bundanya sedari kecil, maklum ayah Emily sudah meninggal dunia semenjak Emily masih usia balita, Emily tidak sempat merasakan kasih sayang seorang ayah, Bundalah yang berperan sebagai single parent menafkahi keluarga. Emily merupakan anak Tunggal, dia tidak mempunyai kakak atau adik. Maka dari itu dia mengurungkan niat untuk menceritakan masalah Hans kepada Bundanya. Bunda sudah terlalu banyak beban yang dipikulnya, dia tidak boleh menambah beban Bundanya.
-------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments