Episode 6

Vera bergerak lalu membelakangi sosok itu yang perlahan mendekat ke arah telinga Vera dan berbisik,

“akhirnya aku menemukanmu...."

Mendadak mata Vera terbuka dan langsung terduduk menatapi ke sekeliling kamarnya, sosok itu kini sudah tidak ada. Nafas Vera tersengal – sengal seakan baru saja lari satu keliling lapangan, jari jemarinya menyentuh bibirnya yang sempat merasakan sensasi dingin.

Seperti ada yang menyentuhku, tapi siapa? Gumam Vera dengan mata mencari – cari setiap sudut kamar, tangannya menghidupkan lampu tidur yang ada di atas nakas samping ranjang. Vera kembali merebahkan tubuhnya dengan lampu tidur masih menyala, rasa penasaran serta bingung berkecamuk di hatinya. Akibat rasa lelah membuat Vera kembali tertidur dalam buaian mimpi.

Mentari pagi menyinari bumi menembus masuk ke dalam kamar Vera, perlahan dia terbangun menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang dan sedikit melakukan peregangan. Kakinya di turunkan ke lantai setelah menyibak selimut yang menyelimuti, mata Vera semula terpejam langsung terbuka saat telapak kakinya merasakan sesuatu di lantai.

Vera tercenung saat melihat beberapa tangkai mawar merah tergeletak begitu saja di lantai samping ranjang, dia lalu mengedarkan pandangan menatap ke arah pintu kamar yang tertutup rapat.

Bunga mawar? Kenapa bisa ada bunga mawar di sini? Gumam Vera bingung dalam hati, tangannya terulur akan meraih bunga mawar di lantai itu. Pandangan mata menatap lurus pada bunga mawar, saat bunga mawar itu di pegang raut wajah Vera terlihat sangat tegang. Dia yang sedang membungkukkan tubuhnya mengalihkan matanya ke arah depan, Vera terdiam ketakutan saat melihat apa yang di saksikan di hadapannya. Samar – samar dia melihat kaki pucat menggantung di udara tepat di hadapannya, posisi Vera yang masih membungkuk sama sekali tidak bisa melihat siapa pemilik kaki putih pucat itu.

Perlahan Vera mengangkat wajahnya untuk melihat apa yang ada di depannya,

“Hah” Vera terkejut saat melihat ke depannya yang kosong melompong, kaki yang tergantung di udara sama sekali tidak terlihat lagi. Dia dalam posisi duduk di tepi ranjang melihat ke kiri dan ke kanan seluruh penjuru kamar, dalam kepanikan Vera mendadak diam mematung saat merasakan sesuatu yang berbeda.

Vera merasakan ada sesuatu yang naik ke ranjang dari sisi berlawanan di mana dia duduk, pergerakan sesuatu yang ada di belakang sangat jelas terasa olehnya. Wajah Vera terlihat semakin tegang saat sesuatu itu kini berada tepat di belakangnya, hembusan angin dingin serta aura mencengkam membuat Vera merasa merinding hebat. Jantung Vera berdetak sangat cepat, seluruh tubuhnya bergetar hebat.

Vera memberanikan diri untuk menoleh ke belakang melihat siapakah yang naik ke atas ranjang, tapi lagi – lagi tidak ada seorang pun di lihatnya. Jantung Vera berdegup kencang saat kini hawa dan hembusan angin dingin terasa di pipi kanannya, dia langsung melihat ke depan.

Mata Vera terbuka lebar nyaris melotot saat melihat wajah seorang perempuan dengan warna kulit putih pucat berada tepat di samping wajahnya, matanya yang hitam legam menatap tajam dan dingin ke arah Vera. Wajah sosok perempuan itu terlihat sangat menakutkan membuat Vera takut,

“AAAAAAAAAAAAAA” Vera berteriak keras terbangun dari tidurnya dengan raut wajah ketakutan, Tanisha yang tidur di sampingnya ikut terbangun.

“kenapa Vera?” tanya Tanisha khawatir memegangi tangan Vera yang langsung melihat ke segala penjuru kamar, dia melihat ke arah Tanisha yang membalas menatap bingung.

“Vera... kamu mimpi buruk lagi?” tanya Tanisha khawatir, Dia lalu turun dari ranjang untuk mengambil segelas air putih yang terletak di atas meja rias.

“ sigh.... (menarik nafas panjang lalu membuangnya) astaga...” ujar Vera yang termenung sejenak, pikirannya teringat dengan sosok perempuan yang ada dalam mimpinya.

Siapa perempuan itu? Kenapa dia selalu ada di mimpi ku? Gumam Vera dalam hati termenung.

“ kamu baik – baik aja Ve? Ini udah ke sekian kalinya kamu mimpi buruk” ujar Tanisha mencemaskan sahabatnya, Vera menenggak minuman yang di berikan Tanisha sampai habis.

Tanisha sering melihat raut wajah Vera terlihat lelah dengan kantung mata samar – samar terlihat, dia juga sering memergoki sahabatnya tertidur di kelas saat ada kelas. Dia lalu bertanya gerangan hal apa yang terjadi pada Vera, dengan setengah mengantuk dia menjelaskan sering mendapat mimpi buruk tentang seorang perempuan.

Nafas Vera tersengal – sengal seakan baru saja habis meraton pagi, punggung tangannya menyeka air pada mulutnya.

“sigh.... (Menghela nafas kembali) siapa cewek itu? Kenapa dia selalu hadir di mimpi ku? Dia juga bahkan ada di bandara membuatku semakin nggak nyaman“ ujar Vera bingung.

“Cewek? Bandara? Emang kamu liat cewek di bandara? ” Tanisha menatap heran Vera.

“Iya, dia berdiri persi di bawah pohon yang tidak jauh dari parkiran. Dia menatap kita dengan sangat lama dan..” Ucapan Vera terhenti saat Tanisha memotong begitu saja.

“tunggu... tunggu Ve, kamu yakin kalo tidak salah lihat? Bisa ajakan karena kecapekan kamu berhalusinasi dan melihat cewek yang sama dengan apa yang kamu lihat di mimpi” ujar Tanisha membuat Vera terdiam, matanya menatap ke arah gadis manis itu.

“aku yakin banget kalo aku nggak salah lihat, cewek itu... ( mengingat wajah perempuan di dalam mimpinya) cewek itu sama persis dengan cewek yang sering muncul di mimpi ku Nisha” ujar Vera cemas, Tanisha yang duduk di sampingnya menghela nafas panjang.

“Ve, kita ke sini itu buat senang – senang. Buat refreshing, mimpi itu hanya bunga tidur jangan terlalu di pikirkan” hibur Tanisha, Vera menatap ke arah sahabatnya setelah dia menghela nafas panjang. Dia lalu tersenyum hangat pada Tanisha yang membalas membelai lembut lengan Vera, lalu Tanisha turun dari ranjang untuk pergi ke kamar mandi.

Pagi itu mereka bertujuh sarapan di meja makan, mereka memakan lahap sarapan yang sudah di siapkan Bi tinah dan kedua putrinya.

“ gi mana kalo setelah sarapan kita jalan – jalan ke pusat kota?” ujar Prisa memberi ide.

“wah ide bagus tu” ujar Elvano senang.

“kalo gitu, aku hubungi pak Agus dulu buat mau ngantar kita” ujar Vera memegangi ponsel miliknya.

“ayolah Ve, di mana jiwa petualang kamu?! Kalo pak Agus ikut bakalan kagak bebas kitanya” ujar Jordan.

“ iya Ve, kita – kita aja yang pergi, biar seru” ujar Dhatu.

“ntar kalo kita kesesat gi mana? Apa lagi kita semua baru di sini” ujar Tanisha.

“benar kata Tanisha, kita semua baru di sini dan nggak kenal jalan. Bisa – bisa kita semua tersesat ke tempat yang nggak jelas” ujar Aksa.

“ ya elah kan ada GPS, kalian semua tenang aja aku udah searching di internet tentang resort ini” ujar Jordan memperlihatkan GPS di ponsel miliknya, mereka semua bisa melihat jalur jalanan yang menuju pusat kota.

“hmmm.. kalo di lihat – lihat jalannya cuma satu, bakalan kagak ke sesat juga kitanya” ujar Dhatu menyetujui ide Jordan.

“kalo kalian yakin, aku hanya ikut aja” ujar Vera.

“mantap... “ Jordan terlihat sangat bersemangat.

“ya udah kita jalan sekarang aja, biar bisa hunting barang – barang bagus di pusat kota” ujar Dhatu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!